Gaza, 15 Februari 2025 – Bayangan genosida masih membayangi Jalur Gaza. Ratusan ribu warga Palestina, korban dari konflik yang menghancurkan, kini hidup di tengah reruntuhan rumah mereka, terkatung-katung dalam ketidakpastian dan kekurangan yang mencekik. Janji bantuan internasional yang membuncah pasca gencatan senjata masih jauh dari realisasi, meninggalkan mereka dalam keputusasaan yang mendalam.
Situasi di lapangan menggambarkan potret kemanusiaan yang mengerikan. Rumah-rumah yang dulunya menjadi tempat berlindung kini hanya menyisakan puing-puing, menjadi saksi bisu atas kekejaman konflik. Warga Palestina yang selamat, sebagian besar mengungsi, hidup dalam kondisi yang memprihatinkan. Mereka mendirikan tenda-tenda darurat yang jauh dari layak huni, berdesakan di tempat-tempat penampungan sementara yang kelebihan kapasitas, atau bahkan terpaksa berlindung di sisa-sisa bangunan yang hancur.
Foto-foto yang beredar memperlihatkan realitas pahit ini. Keluarga-keluarga, termasuk anak-anak dan lansia, tidur berhimpitan di atas lantai tanah yang dingin dan lembab, tanpa alas yang memadai, tanpa perlindungan dari cuaca, dan tanpa jaminan kesehatan yang layak. Mereka menjahit karung beras bekas untuk dijadikan alas tidur, sebuah gambaran nyata dari keputusasaan dan kekurangan sumber daya yang mereka hadapi. Jalanan yang dipenuhi reruntuhan bangunan menjadi penghalang bagi akses bantuan dan mobilitas warga. Menyusuri jalanan tersebut sama saja dengan berjibaku dengan tumpukan puing-puing yang mengancam keselamatan.
Data korban jiwa yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan angka yang mengguncang hati nurani: 48.239 kematian telah dikonfirmasi. Angka ini, yang mengerikan, belum termasuk ribuan orang yang masih hilang di bawah reruntuhan bangunan yang runtuh. Kantor Media Pemerintah Gaza bahkan memperbarui angka tersebut menjadi sedikitnya 61.709 jiwa, menunjukkan kemungkinan peningkatan jumlah korban tewas yang signifikan seiring dengan upaya pencarian dan evakuasi yang terus dilakukan. Selain itu, 111.676 orang terluka, membutuhkan perawatan medis yang intensif dan jangka panjang.
Bantuan yang telah tiba di Gaza, meskipun jumlahnya terbatas, hanya berupa makanan, air minum, perlengkapan medis, dan selimut. Israel, meskipun telah menyatakan komitmennya untuk memberikan bantuan kemanusiaan, tetap memblokir masuknya mesin berat dan kendaraan bantuan yang dibutuhkan untuk membersihkan reruntuhan, membangun kembali infrastruktur, dan mendirikan tempat penampungan yang layak. Truk-truk bantuan tertahan di perbatasan dengan Mesir, menunggu izin yang tak kunjung datang, sementara waktu terus berlalu dan penderitaan warga Gaza semakin bertambah.
Situasi ini diperparah oleh lambatnya proses distribusi bantuan yang telah masuk. Akses yang terbatas ke daerah-daerah yang terdampak berat, kerusakan infrastruktur yang parah, dan kurangnya koordinasi yang efektif antara lembaga bantuan internasional dan otoritas lokal menjadi beberapa faktor yang menghambat penyaluran bantuan secara efisien. Banyak warga yang membutuhkan bantuan mendesak, terutama obat-obatan dan perawatan medis, belum mendapatkan akses yang memadai.
"Bantuan ini tidak cukup," kata Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera, mengungkapkan keprihatinan atas situasi kemanusiaan yang sangat parah di Gaza. "Warga sipil menghadapi kondisi yang sangat memprihatinkan. Mereka hidup dalam kondisi yang tidak higienis, meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular. Anak-anak dan lansia sangat rentan terhadap penyakit dan kekurangan gizi," tambahnya.
Ketiadaan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang memadai juga menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Kekurangan fasilitas kesehatan yang berfungsi optimal, terbatasnya tenaga medis, dan kurangnya persediaan obat-obatan membuat warga Gaza semakin rentan terhadap wabah penyakit. Kondisi ini diperburuk oleh kerusakan sistem infrastruktur air bersih dan sanitasi yang mengakibatkan kesulitan mendapatkan air bersih untuk keperluan minum, memasak, dan kebersihan.
Selain masalah kesehatan, ancaman kelaparan juga mengintai warga Gaza. Pasokan makanan yang terbatas dan sulitnya akses ke pasar menyebabkan banyak keluarga mengalami kekurangan pangan. Anak-anak, yang paling rentan terhadap kekurangan gizi, berisiko mengalami malnutrisi dan berbagai penyakit terkait. Situasi ini membutuhkan respons cepat dan terkoordinasi untuk mencegah terjadinya krisis kemanusiaan yang lebih besar.
Perlu diingat bahwa sebelum konflik ini terjadi, Jalur Gaza telah lama menghadapi krisis kemanusiaan yang berkepanjangan. Blokade yang telah berlangsung selama bertahun-tahun telah membatasi akses warga Gaza terhadap sumber daya penting, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Konflik terbaru telah memperparah situasi yang sudah buruk ini, menciptakan krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tanggung jawab internasional untuk membantu warga Gaza sangatlah besar. Komunitas internasional harus meningkatkan upaya bantuan kemanusiaan, menjamin akses yang tidak terhalang bagi bantuan untuk mencapai mereka yang membutuhkan, dan memastikan bahwa bantuan tersebut disalurkan secara adil dan transparan. Selain itu, upaya rekonstruksi dan pembangunan kembali infrastruktur yang hancur harus segera dimulai untuk membantu warga Gaza membangun kembali kehidupan mereka.
Lebih dari sekadar bantuan material, warga Gaza juga membutuhkan dukungan psikologis untuk mengatasi trauma yang mereka alami. Konflik yang brutal telah meninggalkan luka mendalam di hati dan pikiran mereka. Layanan konseling dan dukungan psikologis sangat dibutuhkan untuk membantu mereka pulih dari trauma dan membangun kembali kehidupan mereka.
Ke depan, upaya diplomasi dan perdamaian harus diprioritaskan untuk mencegah terjadinya konflik serupa di masa mendatang. Penyelesaian konflik yang adil dan berkelanjutan sangat penting untuk memastikan keamanan dan kesejahteraan warga Palestina di Gaza. Hanya dengan demikian, mereka dapat membangun kembali kehidupan mereka dan menikmati hak-hak dasar mereka sebagai manusia.
Situasi di Gaza bukanlah sekadar krisis kemanusiaan; ini adalah tragedi kemanusiaan yang membutuhkan perhatian dan tindakan segera dari seluruh dunia. Keheningan internasional hanya akan memperparah penderitaan warga Gaza dan membiarkan mereka terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan, ketidakpastian, dan keputusasaan. Dunia internasional harus bertindak sekarang sebelum terlalu banyak nyawa melayang dan harapan untuk masa depan yang lebih baik sirna.