Jakarta – Ayat 11 Surat Al-Mujadalah menegaskan sebuah prinsip fundamental dalam ajaran Islam: keutamaan ilmu pengetahuan dan derajat yang tinggi bagi para penuntut dan pemegangnya. Ayat ini, yang seringkali diinterpretasikan sebagai perintah untuk bersikap lapang dada dan saling menghormati dalam berbagai situasi, mengungkapkan lebih dari sekadar etika sosial. Ia menyingkapkan sebuah hierarki nilai di mana pencarian dan penguasaan ilmu menempati posisi terhormat, bahkan diangkat sebagai bentuk ibadah dan jihad. Ketinggian derajat ini bukan semata-mata penghargaan duniawi, melainkan juga janji surgawi yang dijamin oleh Allah SWT.
Ayat tersebut berbunyi (terjemahan): "Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Kalimat "niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat" menjadi inti dari pembahasan ini. Ayat ini tidak hanya menekankan pentingnya keimanan, tetapi secara eksplisit menghubungkannya dengan ilmu pengetahuan. Keduanya berjalan beriringan, saling menguatkan, dan menghasilkan derajat yang lebih tinggi di sisi Allah. Keimanan tanpa ilmu pengetahuan dapat menjadi stagnan, sementara ilmu pengetahuan tanpa keimanan dapat menjadi alat yang merusak. Keduanya, dalam harmoni, menciptakan individu yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.
Hadis Nabi Muhammad SAW semakin memperkuat pandangan ini. Banyak riwayat hadis yang menegaskan keutamaan menuntut ilmu dan menempatkannya sebagai bentuk ibadah yang mulia. Salah satu hadis yang terkenal dari HR At-Tirmidzi berbunyi: "Barang siapa menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan melapangkan jalan baginya menuju syurga." Hadis ini menunjukkan bahwa perjalanan mencari ilmu, betapapun sulitnya, dianggap sebagai jalan menuju ridho Allah dan surga-Nya. Pengorbanan, waktu, dan usaha yang dikeluarkan dalam proses menuntut ilmu akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.
Hadis lain dari HR At-Tirmidzi juga menyatakan: "Barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai ia kembali." Pernyataan ini mengangkat status penuntut ilmu sebagaimana status mujahid yang berjuang di jalan Allah. Mencari ilmu bukan hanya aktivitas individu, melainkan juga sebuah jihad yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan umat dan menebarkan rahmat Allah di muka bumi. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat menghargai dan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan sebagai bagian integral dari kehidupan beragama.
Tafsir Ibnu Katsir terhadap Surat Al-Mujadalah ayat 11 memberikan penjelasan yang lebih mendalam. Ibnu Katsir mengartikan ayat ini sebagai ajaran Allah SWT kepada umat beriman untuk saling menghormati dan bersikap baik satu sama lain, khususnya dalam majelis atau pertemuan. Ia menghubungkan ayat ini dengan hadits tentang pahala membangun masjid, menunjukkan bahwa perilaku positif dan kebaikan terhadap sesama juga merupakan bentuk ibadah yang dihargai Allah.
Ibnu Katsir juga menjelaskan pentingnya memberikan kelapangan dan kesempatan kepada orang lain, bahkan jika itu berarti harus berkorban dari kenyamanan pribadi. Sikap rendah hati dan keikhlasan dalam memberikan tempat duduk kepada orang lain dianggap sebagai suatu keutamaan yang akan dibalas oleh Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat. Ini menunjukkan bahwa keutamaan ilmu tidak hanya terletak pada pengetahuannya sendiri, tetapi juga pada aplikasinya dalam kehidupan sosial dan perilaku terhadap sesama.
Lebih jauh, Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA., dalam bukunya "Islam, Ilmu & Kebudayaan," menjelaskan bahwa Islam merupakan agama yang sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini terlihat jelas dari banyaknya ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang ilmu pengetahuan dan fenomena alam. Jumlah kata yang berakar dari "ilmu" dalam Al-Qur’an mencapai 750 kata, menunjukkan betapa pentingnya konsep ilmu dalam ajaran Islam. Angka ini mewakili hampir 1% dari keseluruhan kosakata Al-Qur’an yang diperkirakan sekitar 78.000 kata. Ini menunjukkan bahwa ilmu bukanlah sesuatu yang dipinggirkan, melainkan merupakan bagian integral dari ajaran Islam.
Franz Rosenthal, seorang orientalis Barat, bahkan menyatakan bahwa ilmu merupakan salah satu konsep yang mendominasi Islam dan memberikan bentuk serta kompleksitas yang khas kepada peradaban Muslim. Pernyataan ini menunjukkan pengakuan dari luar Islam tentang peran penting ilmu dalam perkembangan peradaban Islam sepanjang sejarah. Kontribusi umat Islam dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, dari matematika hingga kedokteran, merupakan bukti nyata dari perhatian dan dukungan Islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Namun, Islam tidak hanya menekankan pentingnya mencari ilmu, tetapi juga mengajarkan tentang tanggung jawab dalam menebarkan ilmu tersebut. Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa menyembunyikan suatu ilmu, maka pada hari kiamat Allah akan mengekangnya (mengikatnya) dengan kekangan dari api neraka." (HR al-Hakim dan Ibnu Hibban). Hadis ini menunjukkan bahwa ilmu bukanlah milik pribadi, melainkan amanah yang harus dibagi dan diberikan kepada orang lain. Menyembunyikan ilmu dianggap sebagai suatu dosa yang akan dihukum di akhirat.
Kesimpulannya, Surat Al-Mujadalah ayat 11 dan berbagai hadis Nabi SAW menunjukkan dengan jelas bahwa Islam memberikan penghargaan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Mencari dan mengembangkan ilmu dianggap sebagai bentuk ibadah dan jihad yang mulia, yang akan dibalas dengan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. Lebih dari itu, Islam juga mengajarkan pentingnya menebarkan ilmu kepada orang lain sebagai bentuk tanggung jawab dan amal saleh. Oleh karena itu, menuntut ilmu bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kemajuan umat dan peradaban manusia secara keseluruhan. Ini merupakan pesan yang tetap relevan hingga saat ini, dan harus terus dihayati dan diamalkan oleh setiap muslim.