Hari Kiamat, Yaumul Jaza, hari pembalasan atas segala amal perbuatan manusia. Gambarannya—kehancuran total bumi dan alam semesta—telah terukir dalam berbagai kitab suci dan hadis, memicu rasa takut sekaligus penyesalan bagi mereka yang menyadari kesalahan di masa lampau. Namun, di tengah kekacauan dahsyat itu, terdapat golongan manusia yang penyesalannya akan jauh lebih mendalam, lebih menyesakkan dada, karena menyadari betapa besarnya kesempatan yang telah mereka sia-siakan. Siapakah mereka? Berdasarkan berbagai sumber keagamaan, setidaknya empat golongan manusia akan merasakan penyesalan yang amat sangat di hari pembalasan kelak.
1. Mereka yang Mengabaikan Ilmu Pengetahuan:
Hadis Rasulullah SAW secara tegas menyebutkan golongan ini sebagai yang paling menyesal di hari kiamat. Bukan sekadar menyesal karena kurang ilmu, tetapi menyesal karena telah memiliki kesempatan untuk menuntut ilmu, namun kesempatan emas itu dibiarkan berlalu begitu saja. Bunyi hadis tersebut, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Asakir, menyatakan: "Orang yang paling menyesal kelak pada hari kiamat adalah orang yang memiliki kesempatan untuk menuntut ilmu, namun ia tidak menuntutnya; dan orang yang mengetahui suatu ilmu sehingga orang lain dapat mengambil manfaatnya, sedangkan dirinya sendiri tidak dapat mengambil manfaatnya."
Hadis ini bukan sekadar menekankan pentingnya menuntut ilmu, tetapi juga memperingatkan akan konsekuensi dari pembiaran potensi diri. Ilmu, dalam konteks ini, bukan hanya sekadar pengetahuan teoritis, melainkan pemahaman yang mendalam dan aplikatif yang membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Hasan Muhammad Asy Syarqawi dalam karyanya, Nahwa Manhaj ‘Ilmi Islami, menjelaskan bahwa ilmu yang hakiki adalah ilmu yang bermanfaat, baik bagi pemiliknya maupun lingkungan sekitarnya. Manfaat tersebut mencakup penyucian jiwa, amar makruf nahi mungkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran), dan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.
Menuntut ilmu yang bermanfaat berarti menggali pemahaman tentang hakikat Allah, sifat-sifat-Nya, dan hikmah di balik segala ciptaan-Nya. Dengan demikian, ilmu bukan hanya menjadi bekal di dunia, tetapi juga bekal akhirat yang menentukan nasib seseorang di hari pembalasan. Mereka yang mengabaikan kesempatan menuntut ilmu, bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan umat manusia secara keseluruhan, karena kehilangan potensi kontribusi positif yang seharusnya mereka berikan. Penyesalan mereka di hari kiamat akan begitu mendalam karena menyadari betapa besarnya kerugian yang tak terukur itu.
2. Mereka yang Memperoleh Harta dari Sumber yang Haram:
Kehidupan duniawi seringkali menggiurkan, membuat manusia terlena mengejar harta kekayaan tanpa memperhatikan halal haramnya. Namun, jalan menuju kekayaan yang ditempuh dengan cara yang tidak halal akan berujung pada penyesalan yang tak terkira di hari kiamat. Hadits Riwayat Bukhari dengan tegas menyatakan: "Orang yang paling dirundung penyesalan pada hari kiamat adalah orang yang memperoleh harta dari sumber yang tidak halal, lalu harta tersebut menyebabkan dia masuk neraka."
Ayat Al-Mu’min ayat 17 juga menegaskan prinsip keadilan Ilahi: "Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya." Ayat ini menggarisbawahi bahwa setiap amal perbuatan, sekecil apapun, akan dipertanggungjawabkan. Perolehan harta dari sumber yang haram, seperti korupsi, penipuan, pencurian, riba, dan berbagai bentuk ketidakadilan lainnya, merupakan pelanggaran serius terhadap hukum Allah. Harta yang diperoleh dengan cara demikian, bukan hanya tidak membawa keberkahan, tetapi justru menjadi beban yang amat berat di akhirat.
Abu Dzikra dan Sodik Hasanudin dalam buku Dicintai Penduduk Langit dan Bumi menjelaskan bahwa hukuman bagi mereka yang mengabaikan kehalalan harta sangat berat. Harta yang haram bukan hanya akan menjerumuskan ke dalam neraka, tetapi juga akan menjadi sumber penyesalan yang tak terperi di hari kiamat. Mereka akan menyadari betapa sia-sianya mengejar kekayaan duniawi dengan mengorbankan akhirat dan ridho Allah SWT. Penyesalan ini akan semakin pedih karena harta yang mereka kumpulkan dengan susah payah justru menjadi penyebab kehancuran diri mereka sendiri.
3. Mereka yang Mencari Harta Bukan Karena Ketaatan kepada Allah:
Mengejar harta bukanlah sesuatu yang terlarang, asalkan dilakukan dengan cara yang halal dan dilandasi niat yang baik. Namun, jika pencarian harta semata-mata didorong oleh keserakahan dan jauh dari ketaatan kepada Allah, maka hal itu akan berbuah penyesalan yang mendalam di hari kiamat. Sayyidina Ali bin Abi Thalib, sebagaimana termaktub dalam Nahj al-Balaghah dan dikutip dalam Ensiklopedia Mizanul Hikmah karya Muhammad M. Reyshahri, menyatakan bahwa penyesalan terbesar adalah bagi mereka yang mencari harta bukan karena ketaatan kepada Allah.
Mereka yang mengejar harta tanpa mempertimbangkan aspek spiritualitas, akan kehilangan makna sejati kehidupan. Harta yang mereka kumpulkan mungkin melimpah, tetapi hati mereka tetap kosong dan jauh dari kebahagiaan sejati. Lebih menyedihkan lagi, jika harta tersebut diwariskan kepada ahli waris yang justru menggunakannya untuk kebaikan dan amal shaleh, sedangkan si pencari harta sendiri masuk neraka karena cara memperoleh hartanya yang tidak benar. Ini merupakan ironi yang menyayat hati, di mana hasil jerih payah justru membawa kebahagiaan bagi orang lain, sementara dirinya sendiri menderita siksa akhirat. Penyesalan mereka di hari kiamat akan dipenuhi oleh rasa penyesalan yang mendalam atas pilihan hidup yang keliru.
4. Mereka yang Mengetahui Keadilan, Namun Bertindak Berlawanan:
Golongan terakhir ini mewakili mereka yang memiliki pengetahuan tentang keadilan, namun dalam praktiknya justru bertindak berlawanan dengan prinsip keadilan itu sendiri. Imam Ja’far Ash-Shadiq dalam kitab Amal al-Thusi menyatakan bahwa mereka yang menggambarkan keadilan dengan kata-kata, tetapi bertindak sebaliknya, akan menjadi golongan yang paling menyesal di hari kiamat.
Ini merupakan bentuk kemunafikan yang sangat berbahaya. Mereka yang mengaku memahami dan menjunjung tinggi keadilan, namun dalam tindakan nyata justru melakukan ketidakadilan, akan menghadapi konsekuensi yang sangat berat. Mereka akan merasakan penyesalan yang amat sangat karena telah mengkhianati prinsip-prinsip moral dan agama yang mereka yakini. Ketidakadilan yang mereka lakukan, baik yang bersifat personal maupun struktural, akan menjadi saksi bisu atas kebejatan moral mereka di hadapan Allah SWT. Penyesalan mereka di hari kiamat akan dipenuhi dengan rasa malu dan penyesalan yang mendalam karena telah menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat baik dan menegakkan keadilan.
Kesimpulannya, empat golongan di atas merupakan gambaran betapa pentingnya merenungkan pilihan hidup kita. Hari kiamat bukanlah sekadar mitos, tetapi realitas yang tak terelakkan. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, menuntut ilmu yang bermanfaat, memperoleh harta dengan cara yang halal, dan senantiasa berpegang teguh pada prinsip keadilan dalam setiap tindakan kita. Semoga kita semua dijauhkan dari penyesalan yang mendalam di hari kiamat kelak. Wallahu a’lam bishawab.