Jakarta – Surah Al-Baqarah ayat 153 menjadi pilar penting dalam pemahaman keimanan umat Islam, khususnya dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup. Ayat ini memberikan perintah tegas sekaligus janji penguatan bagi mereka yang beriman: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS Al-Baqarah: 153). Ayat ini, yang singkat namun sarat makna, mengungkapkan esensi ketahanan spiritual dalam menghadapi kerasnya kehidupan duniawi.
Lebih dari sekadar nasihat, ayat ini merupakan perintah ilahi yang ditujukan kepada seluruh umat yang beriman. Kata "hai orang-orang yang beriman" (yā ayyuhallażīna āmanū) menunjukkan panggilan langsung dan bersifat universal, mencakup seluruh lapisan dan kondisi umat. Perintah ini bukan sekadar anjuran, melainkan kewajiban moral dan spiritual yang harus dijalankan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
Fokus utama ayat ini terletak pada dua pilar utama ketahanan spiritual: sabar (ṣabr) dan salat (ṣalāt). Keduanya bukan entitas yang berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan dan saling memperkuat. Sabar di sini bukan sekadar menahan diri dari emosi negatif, melainkan keteguhan hati dan jiwa dalam menghadapi segala macam kesulitan, baik berupa penderitaan fisik, kehilangan, kecemasan, maupun godaan. Ia merupakan manifestasi dari keimanan yang kokoh dan ketawakkalan yang tulus kepada Allah SWT.
Salat, sebagai tiang agama, berfungsi sebagai penyeimbang dan penguat sabar. Melalui salat, seorang mukmin menjalin komunikasi langsung dengan Allah SWT, mencurahkan segala keluh kesah, meminta pertolongan, dan mencari kekuatan batin. Gerakan salat yang terukur, bacaan yang khusyuk, dan dzikir yang dipanjatkan membantu menenangkan jiwa yang bergejolak dan memperkuat tekad untuk tetap sabar dalam menghadapi cobaan.
Gabungan sabar dan salat ini membentuk benteng pertahanan yang kokoh bagi orang-orang beriman. Mereka tidak akan mudah goyah di tengah badai kehidupan, karena memiliki sandaran yang kuat dan sumber kekuatan yang tak terbatas. Ayat ini menegaskan bahwa kesabaran dan ketekunan dalam menjalankan salat bukanlah usaha sia-sia, karena Allah SWT senantiasa menyertai dan memberikan pertolongan kepada hamba-Nya yang sabar.
Tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menjelaskan bahwa ayat ini merupakan anjuran untuk bersabar dalam menghadapi cobaan yang Allah SWT berikan kepada orang-orang beriman. Cobaan tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan, dan kesabaran menjadi kunci untuk melewatinya dengan penuh ketabahan dan keteguhan iman. Salat, sebagai ibadah wajib, diharapkan dapat menjadi sumber kekuatan dan penghiburan di tengah kesulitan.
Lebih lanjut, Tafsir Kemenag menekankan pentingnya memohon pertolongan kepada Allah SWT dalam segala hal, baik dalam menjalankan kewajiban, menjauhi larangan-Nya, maupun dalam menghadapi cobaan. Kebergantungan penuh kepada Allah SWT merupakan inti dari kesabaran sejati, karena hanya dengan bersandar kepada-Nya seorang mukmin dapat menghadapi segala tantangan dengan tenang dan penuh keyakinan.
Tafsir Kemenag juga menyinggung konteks sejarah turunnya ayat ini, yang berkaitan dengan perjuangan kaum muslimin dalam mempertahankan keimanan mereka. Perjuangan tersebut seringkali diiringi dengan pengorbanan dan penderitaan yang luar biasa, seperti peperangan dan perlawanan terhadap kekuatan yang jauh lebih besar. Ayat ini memberikan penguatan bahwa mereka yang gugur di jalan Allah bukanlah mati, melainkan hidup di sisi Allah SWT dan mendapatkan kenikmatan yang tak terhingga. Hal ini memberikan perspektif yang lebih luas tentang makna kematian dan kehidupan akhirat.
Sementara itu, tafsir Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar memberikan penafsiran yang lebih mendalam tentang konteks perjuangan menegakkan tauhid. Beliau menghubungkan kesabaran dan salat dengan cita-cita luhur yaitu menegakkan kalimat Allah dan memancarkan tonggak tauhid di muka bumi. Perjuangan ini tidaklah mudah, dan akan dihadapi dengan berbagai macam rintangan dan kesulitan.
Buya Hamka menekankan bahwa semakin mulia dan tinggi tujuan yang ingin dicapai, maka semakin besar pula tantangan dan kesulitan yang akan dihadapi. Oleh karena itu, Allah SWT mengajarkan kepada hamba-Nya untuk memiliki hati yang teguh, semangat yang baja, dan kesabaran yang tak terbatas. Kesabaran dan salat menjadi senjata ampuh untuk menghadapi segala rintangan dalam perjuangan menegakkan tauhid dan keadilan.
Kesimpulannya, Surah Al-Baqarah ayat 153 bukan hanya sekadar ayat yang berisi perintah, melainkan merupakan pedoman hidup bagi umat Islam dalam menghadapi segala cobaan dan kesulitan. Ayat ini mengajarkan pentingnya kesabaran dan salat sebagai pilar ketahanan spiritual, serta kebergantungan penuh kepada Allah SWT sebagai sumber kekuatan dan pertolongan. Pemahaman yang mendalam terhadap ayat ini akan membantu umat Islam untuk melewati segala cobaan dengan tenang, teguh, dan penuh keyakinan. Ayat ini juga mengingatkan bahwa perjuangan dalam menegakkan kebenaran dan keadilan seringkali diiringi dengan kesulitan, namun Allah SWT senantiasa bersama orang-orang yang sabar dan tetap bertawakal kepada-Nya. Oleh karena itu, menjadikan sabar dan salat sebagai penolong merupakan kunci untuk meraih keberhasilan dan ridha Allah SWT dalam menjalani kehidupan di dunia ini.