Jakarta, 5 Februari 2025 – Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Listyo Sigit Prabowo, menegaskan komitmennya untuk menjadikan rekrutmen santri menjadi anggota Polri sebagai program prioritas. Langkah ini, menurutnya, merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di tubuh kepolisian, sekaligus memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Nahdlatul Ulama (NU) dalam mencetak kader bangsa yang berkarakter. Dalam sambutannya pada acara Musyawarah Nasional (Munas) dan Konferensi Besar (Konbes) NU di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (5/2/2025), Kapolri menekankan pentingnya integrasi nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan dalam membentuk polisi yang profesional dan berintegritas.
Jenderal Sigit memaparkan bahwa NU, dengan jaringan pesantren yang luas – mencakup lebih dari 26.000 pesantren, 10.177 lembaga pendidikan, dan 274 perguruan tinggi – memiliki peran strategis dalam mencetak generasi muda yang unggul dan berakhlak mulia. Potensi ini, menurutnya, perlu dioptimalkan untuk memperkuat institusi Polri. Rekrutmen jalur santri, bukan sekadar upaya menambah jumlah anggota, melainkan strategi strategis untuk membangun korps kepolisian yang tidak hanya menguasai ilmu kepolisian secara teknis, tetapi juga memiliki pondasi karakter yang kuat, berlandaskan iman dan taqwa.
"Rekrutmen jalur santri ini bukan sekadar program, melainkan sebuah prioritas bagi Polri. Kita ingin memiliki polisi-polisi yang tidak hanya menguasai ilmu kepolisian secara teknis, tetapi juga memiliki kematangan karakter, ketahanan mental, dan integritas yang tinggi dalam menjalankan tugas," tegas Jenderal Sigit. Ia menambahkan bahwa pendidikan pesantren, dengan penekanan pada nilai-nilai agama dan akhlak mulia, diharapkan dapat menjadi benteng bagi para anggota polisi dalam menghadapi berbagai godaan dan tantangan dalam tugasnya. Pendidikan tersebut, diyakini mampu membentuk karakter yang tangguh dan tahan terhadap berbagai bentuk korupsi dan penyimpangan.
Kapolri juga menggarisbawahi pentingnya pembentukan polisi yang memiliki kepekaan sosial dan empati yang tinggi terhadap masyarakat. Santri, yang selama ini terbiasa hidup berdampingan dengan masyarakat dan terlibat dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan di lingkungan pesantren, dianggap memiliki potensi yang besar untuk menjadi polisi yang responsif dan humanis. Mereka diharapkan mampu membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan menjadi teladan dalam penegakan hukum yang adil dan berkeadilan.
Lebih lanjut, Jenderal Sigit menjelaskan bahwa program rekrutmen jalur santri ini merupakan bagian dari upaya Polri untuk terus berbenah dan meningkatkan citra positif di mata masyarakat. Dengan merekrut santri yang memiliki integritas dan karakter yang kuat, diharapkan Polri dapat membangun kepercayaan publik dan memperkuat legitimasinya sebagai penegak hukum yang profesional dan terpercaya. Program ini juga diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian, terutama di kalangan masyarakat yang mayoritas berlatar belakang religius.
Pentingnya peran pesantren dalam mencetak kader bangsa yang berkarakter dan berintegritas juga menjadi sorotan utama dalam sambutan Kapolri. Ia menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Pondok Pesantren, khususnya yang berada di bawah naungan NU, atas kontribusinya dalam mendorong para santri untuk bergabung dengan Polri. Kerjasama yang erat antara Polri dan pesantren dianggap krusial dalam mewujudkan cita-cita untuk memiliki korps kepolisian yang profesional, modern, dan terpercaya.
Kapolri juga menekankan bahwa program rekrutmen jalur santri ini tidak akan mengabaikan standar kompetensi dan profesionalisme yang telah ditetapkan. Para calon anggota polisi dari jalur santri tetap akan mengikuti proses seleksi yang ketat dan transparan, sesuai dengan standar prosedur operasional (SOP) yang berlaku. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa hanya calon-calon yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan yang akan diterima menjadi anggota Polri.
Program ini juga diharapkan dapat memberikan kesempatan yang lebih luas bagi para santri untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara. Dengan bergabung menjadi anggota Polri, para santri tidak hanya dapat mengabdi kepada negara, tetapi juga dapat menerapkan nilai-nilai agama dan akhlak mulia dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum. Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Lebih jauh, Jenderal Sigit menjelaskan bahwa program ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Polri dalam membangun institusi yang modern, profesional, dan berintegritas. Rekrutmen jalur santri merupakan salah satu langkah strategis untuk mencapai tujuan tersebut. Polri menyadari bahwa pembangunan institusi yang kuat tidak hanya bergantung pada aspek teknis dan operasional, tetapi juga pada aspek moral dan karakter para anggotanya.
Kapolri juga menekankan pentingnya sinergi dan kolaborasi antara Polri dan berbagai elemen masyarakat, termasuk pesantren, dalam membangun institusi kepolisian yang modern dan profesional. Kerjasama yang erat dan saling mendukung diyakini akan mampu menghasilkan hasil yang optimal dalam upaya meningkatkan kualitas SDM di tubuh kepolisian.
Dalam konteks yang lebih luas, program rekrutmen jalur santri ini juga dapat dilihat sebagai upaya untuk memperkuat moderasi beragama di Indonesia. Dengan melibatkan para santri yang memiliki pemahaman agama yang moderat dan toleran, diharapkan Polri dapat berperan lebih efektif dalam menjaga kerukunan umat beragama dan mencegah terjadinya konflik horizontal. Para santri yang memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat diharapkan dapat menjadi jembatan komunikasi antara kepolisian dan masyarakat, khususnya di daerah-daerah yang memiliki keragaman agama dan budaya yang tinggi.
Program ini juga diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan kualitas pelayanan kepolisian kepada masyarakat. Dengan adanya anggota polisi yang memiliki karakter yang kuat dan berintegritas, diharapkan pelayanan kepolisian kepada masyarakat akan lebih profesional, responsif, dan humanis. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi kepolisian dan memperkuat hubungan antara polisi dan masyarakat.
Singkatnya, rekrutmen santri menjadi anggota Polri merupakan langkah strategis yang diambil oleh Kapolri untuk membangun institusi kepolisian yang berkarakter, berintegritas, dan profesional. Program ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis dan operasional, tetapi juga pada aspek moral dan spiritual para anggotanya. Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pesantren dan masyarakat, diharapkan program ini dapat mencapai tujuannya dan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan bangsa dan negara. Keberhasilan program ini akan menjadi bukti nyata komitmen Polri dalam membangun institusi yang modern, profesional, dan dicintai oleh masyarakat. Program ini juga merupakan bukti nyata sinergi antara institusi negara dan lembaga keagamaan dalam membangun bangsa yang lebih baik.