Jakarta, [Tanggal Publikasi] – Perbedaan penanggalan antara kalender Masehi dan Hijriah kembali memunculkan dinamika dalam penetapan awal bulan Ramadhan. Menjelang Ramadhan 1446 H yang jatuh pada tahun 2025 M, tiga entitas utama di Indonesia, yaitu Pemerintah (melalui Kementerian Agama), Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah, kemungkinan besar akan kembali menunjukkan perbedaan pendekatan dalam menentukan awal puasa. Perbedaan ini, yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, mencerminkan perbedaan metodologi dalam menentukan awal bulan berdasarkan perhitungan hisab dan rukyatul hilal.
Ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183, "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," menjadi landasan utama pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan bagi seluruh umat muslim yang telah baligh. Namun, implementasi perintah tersebut di lapangan mengalami perbedaan penafsiran dalam menentukan awal bulan Ramadhan.
Prediksi Pemerintah dan Sidang Isbat:
Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) telah merilis prediksi awal Ramadhan 1446 H berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia 2025. Prediksi tersebut menempatkan 1 Ramadhan 1446 H pada hari Sabtu, 1 Maret 2025. Namun, penting untuk ditegaskan bahwa prediksi ini bersifat sementara dan masih dapat berubah.
Kemenag akan menggelar sidang isbat pada 29 Syaban 1446 H untuk menetapkan secara resmi awal Ramadhan. Sidang isbat ini merupakan mekanisme penting yang menggabungkan hasil hisab (perhitungan astronomis) dengan rukyatul hilal (pengamatan hilal). Tim ahli hisab akan mempresentasikan hasil perhitungan posisi hilal, yang kemudian akan dikonfirmasi melalui laporan hasil pengamatan hilal dari berbagai lokasi di Indonesia. Proses ini bertujuan untuk memastikan keakuratan penentuan awal bulan Ramadhan berdasarkan kaidah-kaidah agama Islam. Hasil sidang isbat inilah yang akan menjadi acuan resmi pemerintah dalam menentukan awal puasa Ramadhan bagi seluruh Indonesia. Proses ini melibatkan berbagai pihak, termasuk perwakilan ormas Islam, untuk memastikan transparansi dan akurasi penetapan.
Penentuan Awal Puasa Ramadhan versi NU:
Nahdlatul Ulama (NU), salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, umumnya mengikuti metode rukyatul hilal dalam menentukan awal Ramadhan. NU akan melakukan pemantauan hilal secara serentak di berbagai titik yang telah ditentukan. Hasil pengamatan ini kemudian akan dikaji oleh Lembaga Falakiyah PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) untuk menentukan awal bulan Ramadhan. Metode ini menekankan pada aspek observasi langsung sebagai konfirmasi atas hasil hisab. Keputusan resmi NU terkait awal Ramadhan biasanya diumumkan setelah proses rukyatul hilal dan kajian internal selesai dilakukan. Sampai saat ini, NU belum mengumumkan secara resmi penetapan awal Ramadhan 1446 H/2025 M, namun diperkirakan akan mengikuti mekanisme yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Penetapan Awal Puasa Ramadhan versi Muhammadiyah:
Berbeda dengan pemerintah dan NU yang menggabungkan hisab dan rukyat, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah konsisten menggunakan metode hisab wujudul hilal dalam menentukan awal Ramadhan. Berdasarkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT), Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada hari Sabtu, 1 Maret 2025. Penetapan ini selaras dengan prediksi awal Kemenag. Dengan menggunakan KHGT, Muhammadiyah menetapkan durasi puasa Ramadhan selama 29 hari, sehingga Idul Fitri 1446 H diprediksi jatuh pada Minggu, 30 Maret 2025. Konsistensi Muhammadiyah dalam menggunakan metode hisab menghasilkan penetapan awal Ramadhan yang lebih pasti dan terprediksi dibandingkan dengan metode yang menggabungkan hisab dan rukyat. Hal ini memungkinkan umat Islam di bawah naungan Muhammadiyah untuk lebih siap dalam mempersiapkan diri menghadapi ibadah puasa Ramadhan.
Libur Sekolah Awal Ramadhan 2025:
Menjelang Ramadhan 1446 H, pemerintah juga telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Bersama Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2025, Nomor 2 Tahun 2025, dan Nomor 400.1/320/SJ tentang Pembelajaran di Bulan Ramadan Tahun 1446 Hijriah/2025 Masehi. SE tersebut mengatur tentang libur sekolah bagi siswa pada awal Ramadhan. Berdasarkan SE tersebut, libur sekolah dijadwalkan dimulai pada tanggal 27 Februari 2025, beberapa hari sebelum awal Ramadhan berdasarkan prediksi pemerintah dan Muhammadiyah. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk mempersiapkan diri secara spiritual dan fisik dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Penentuan tanggal libur ini mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk prediksi awal Ramadhan dan kebutuhan pembelajaran siswa selama bulan Ramadhan.
Implikasi Perbedaan Penetapan:
Perbedaan penetapan awal Ramadhan antara pemerintah, NU, dan Muhammadiyah merupakan fenomena yang sudah berlangsung lama dan menjadi bagian dari dinamika keagamaan di Indonesia. Perbedaan ini tidak serta-merta menimbulkan konflik, namun membutuhkan pemahaman dan toleransi antar umat Islam. Penting bagi seluruh pihak untuk saling menghormati perbedaan metode dan tetap menjaga ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam). Pemerintah, melalui Kemenag, berperan penting dalam memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antar berbagai pihak untuk memastikan pelaksanaan ibadah Ramadhan berjalan lancar dan kondusif.
Ke depannya, dialog dan diskusi yang konstruktif diperlukan untuk mencari titik temu dalam penentuan awal Ramadhan. Penting untuk terus meningkatkan pemahaman publik tentang metodologi hisab dan rukyatul hilal, sehingga perbedaan yang ada dapat dipahami dengan baik dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Upaya edukasi dan sosialisasi yang intensif diharapkan dapat menciptakan suasana yang harmonis dan toleran dalam menghadapi perbedaan penanggalan Ramadhan.
Perbedaan ini juga menunjukkan kekayaan interpretasi dan praktik keagamaan di Indonesia. Keberagaman ini, jika dikelola dengan baik, justru dapat memperkaya khazanah keislaman dan memperkuat persatuan bangsa. Yang terpenting adalah semangat ketakwaan dan pengamalan nilai-nilai Islam dalam menjalani ibadah puasa Ramadhan, terlepas dari perbedaan tanggal awal puasanya. Semoga Ramadhan 1446 H/2025 M menjadi momentum untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.