Jakarta, 27 Januari 2025 – Pemerintah Presiden Prabowo Subianto tengah gencar mengimplementasikan "Asta Cita", delapan misi strategis yang menjadi pilar pembangunan menuju "Indonesia Maju" dan cita-cita Indonesia Emas 2045. Salah satu fokus utama Asta Cita adalah pembangunan ekonomi berkelanjutan yang menekankan optimalisasi potensi lokal, hilirisasi industri, industrialisasi sektor strategis, pemerataan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Langkah ini diyakini krusial untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan memperkuat kemandirian ekonomi nasional. Dalam konteks inilah, peran ulama, khususnya dari Nahdlatul Ulama (NU), dipandang sebagai elemen penting untuk mendorong keberhasilan program tersebut.
Untuk menggali lebih dalam peran strategis ulama dalam konteks Asta Cita, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan menyelenggarakan Sarasehan Ulama bertajuk "Asta Cita dalam Perspektif Ulama NU" pada Selasa, 4 Februari 2025, di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta Pusat. Acara ini bertepatan dengan perayaan Hari Lahir NU ke-102, menandai komitmen organisasi keagamaan terbesar di Indonesia ini untuk turut serta membangun peradaban bangsa, tidak hanya di ranah keagamaan, tetapi juga politik, ekonomi, dan kesejahteraan sosial.
Sarasehan ini akan menjadi forum diskusi yang melibatkan para ulama, cendekiawan, dan pemangku kepentingan, untuk membahas secara komprehensif delapan prioritas strategis pemerintahan Prabowo-Gibran. Diskusi akan terbagi dalam tiga sesi, dengan sesi kedua secara khusus memfokuskan pada Asta Cita poin kelima dan keenam: hilirisasi, industrialisasi, pemerataan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Topik ini dipilih mengingat potensi ekonomi lokal Indonesia yang masih belum tergali secara maksimal untuk menciptakan nilai tambah di dalam negeri.
Kehadiran tokoh-tokoh berpengaruh dari berbagai latar belakang menjadi daya tarik utama Sarasehan Ulama ini. Dr. Ginanjar Sya’ban, intelektual muda NU, akan memimpin diskusi sesi kedua yang krusial ini. Sebagai pengantar, Burhanuddin Abdullah, mantan Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran dan Komisaris PT PLN, akan memberikan perspektifnya mengenai pentingnya sinergi antara program pemerintah dan peran ulama dalam pembangunan ekonomi.
Panel diskusi sesi kedua akan menghadirkan figur-figur terkemuka, antara lain:
-
Thomas A.M. Djiwandono, Wakil Menteri Keuangan, yang akan memberikan perspektif kebijakan pemerintah dalam mendorong hilirisasi dan industrialisasi serta pemerataan ekonomi. Pengalaman beliau di bidang ekonomi makro akan memberikan wawasan penting mengenai strategi yang efektif dan efisien.
-
Masdar F. Mas’udi, tokoh NU yang berpengaruh, akan memberikan perspektif keagamaan dan kultural mengenai pentingnya pembangunan ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan. Pandangan beliau akan memperkaya diskusi dengan sudut pandang nilai-nilai Islam yang relevan dengan konteks pembangunan ekonomi Indonesia.
-
Prof. Dr. Ova Amelia, Rektor Universitas Gadjah Mada, akan memberikan perspektif akademis dan riset mengenai potensi ekonomi lokal Indonesia dan strategi optimalisasinya. Keahlian beliau dalam bidang pendidikan tinggi dan riset akan memberikan data dan analisis yang objektif untuk mendukung pengambilan kebijakan yang tepat.
Diskusi ini bukan sekadar forum akademis, tetapi juga merupakan upaya strategis untuk mengkaji peran ulama dalam memperkuat program Asta Cita Presiden Prabowo, khususnya di bidang perekonomian. Sarasehan ini akan mengupas strategi konkret yang dapat dijalankan oleh ulama untuk mendukung program pemerintah, mencakup bagaimana mengoptimalkan potensi ekonomi lokal berbasis kearifan lokal, mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan ekonomi, dan mensosialisasikan program pemerintah kepada masyarakat luas.
Pembukaan Sarasehan Ulama akan dilakukan oleh Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, yang akan memberikan arahan dan visi NU dalam mendukung pembangunan nasional. Sementara itu, Keynote Speech akan disampaikan oleh Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, yang akan memberikan perspektif keagamaan mengenai pentingnya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Acara ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi dan strategi yang komprehensif untuk memperkuat sinergi antara pemerintah dan ulama dalam mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia. Hasil diskusi ini akan menjadi masukan berharga bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang lebih efektif dan tepat sasaran.
Pentingnya peran NU dalam konteks ini tidak dapat diabaikan. Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan sejarah lebih dari seabad, NU telah membuktikan komitmennya dalam membangun bangsa. NU tidak hanya berperan dalam bidang keagamaan, tetapi juga aktif dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk politik, ekonomi, dan sosial. Peran NU dalam membangun peradaban bangsa sejalan dengan nilai-nilai keagamaan yang dijunjung tinggi, menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang berkelanjutan harus selaras dengan nilai-nilai moral dan keagamaan.
Sarasehan Ulama ini menjadi momentum penting bagi NU untuk menegaskan kembali komitmennya dalam mendukung program pemerintah dalam membangun Indonesia yang lebih maju dan sejahtera. Acara ini juga menjadi kesempatan bagi publik untuk menyaksikan secara langsung bagaimana ulama berperan aktif dalam pembangunan ekonomi nasional, sekaligus memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai Asta Cita dan implementasinya.
Bagi masyarakat yang ingin menyaksikan Sarasehan Ulama ini, acara tersebut akan disiarkan secara langsung melalui live streaming di detikcom pada tanggal 4 Februari 2025, pukul 14.00 WIB. Jangan lewatkan kesempatan untuk menyaksikan diskusi penting ini yang akan memberikan wawasan berharga mengenai strategi pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui hilirisasi dan industrialisasi, serta peran vital ulama dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Sarasehan ini bukan hanya sekadar diskusi, tetapi juga sebuah deklarasi komitmen bersama untuk membangun Indonesia yang lebih baik.