Kepercayaan akan kedatangan kembali Nabi Isa Al-Masih (Yesus) menjelang hari kiamat merupakan salah satu ajaran penting dalam Islam. Keyakinan ini bukan sekadar mitos atau legenda, melainkan bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis, yang menjadi rujukan utama umat Islam. Kehadiran Nabi Isa AS di akhir zaman diyakini sebagai tanda-tanda kebesaran Ilahi dan peristiwa monumental yang akan membentuk lanskap dunia menjelang hari akhir. Artikel ini akan menelaah secara mendalam berbagai narasi dan interpretasi terkait waktu, tempat, dan signifikansi kedatangan Nabi Isa AS, berdasarkan referensi keagamaan yang sahih.
Hadis sebagai Landasan Keyakinan:
Hadis riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah RA menjadi salah satu rujukan utama mengenai kedatangan Nabi Isa AS. Hadis tersebut berbunyi, "Demi (Allah), yang jiwaku di tangan-Nya, Isa putra Maryam akan turun di antaramu sebagai hakim yang adil, kemudian ia akan memecah salib, membunuh babi, menghentikan peperangan, dan membagi-bagikan harta, sehingga tak seorang pun yang akan menerimanya (karena tidak membutuhkan lagi) dan merasa bahwa sujudnya (ibadahnya) lebih utama dari dunia dan semua isinya."
Hadis ini melukiskan gambaran yang jelas mengenai peran Nabi Isa AS dalam menegakkan keadilan dan kedamaian dunia. Ia bukan hanya akan datang sebagai seorang hakim yang adil, tetapi juga akan menghapus simbol-simbol penyembahan berhala dan praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran agama yang benar. Pembagian harta secara merata menunjukkan visi Nabi Isa AS untuk menciptakan keadilan sosial dan menghapus kesenjangan ekonomi yang kerap menjadi akar konflik. Fokus pada ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT sebagai hal yang lebih utama daripada kekayaan duniawi menegaskan pesan spiritual yang mendalam dari kedatangannya.
Namun, penting untuk memahami bahwa hadis ini, seperti hadis lainnya, memerlukan pemahaman kontekstual dan interpretasi yang bijak. Detail-detail seperti "memecah salib" dan "membunuh babi" perlu dimaknai dalam konteks sosial dan historis saat itu, bukan secara harfiah. Interpretasi yang lebih luas mungkin merujuk pada penghapusan sistem penindasan dan praktik-praktik yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Hadis lain yang relevan berasal dari Jabir bin ‘Abdillah RA, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, menjelaskan interaksi Nabi Isa AS dengan Imam Mahdi. Hadis ini menekankan penghormatan Nabi Isa AS terhadap kepemimpinan Imam Mahdi dan syariat Islam yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi Isa AS tidak akan datang membawa syariat baru, melainkan akan bergabung dengan umat Islam dan mendukung kepemimpinan Imam Mahdi dalam menegakkan keadilan dan melawan Dajjal. Hal ini menunjukkan bahwa kedatangan Nabi Isa AS merupakan bagian integral dari rencana Ilahi yang lebih besar, yang melibatkan peran penting Imam Mahdi dalam mempersiapkan kedatangannya dan memimpin umat Islam di akhir zaman.
Al-Qur’an sebagai Sumber Utama:
Ayat Al-Qur’an dalam Surah Az-Zukhruf ayat 61, "Sesungguhnya dia (Isa) itu benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari Kiamat. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali kamu ragu tentang (kiamat) itu dan ikutilah (petunjuk)-Ku. Ini adalah jalan yang lurus," menegaskan bahwa kedatangan Nabi Isa AS merupakan salah satu tanda-tanda kiamat yang tak terbantahkan. Ayat ini tidak hanya mengkonfirmasi kedatangannya, tetapi juga menyerukan umat manusia untuk tidak meragukan hari kiamat dan mengikuti petunjuk Allah SWT.
Ayat ini memberikan konteks yang penting, yaitu bahwa kedatangan Nabi Isa AS bukan tujuan akhir, melainkan sebagai bagian dari proses menuju hari kiamat. Ia menjadi pengingat akan dekatnya hari perhitungan dan panggilan untuk kembali kepada jalan yang lurus, yaitu jalan hidup sesuai dengan ajaran agama yang benar.
Waktu Kedatangan Nabi Isa AS: Sebuah Perkiraan yang Tidak Pasti:
Waktu pasti kedatangan Nabi Isa AS tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an maupun Hadis. Namun, kedatangannya dikaitkan erat dengan munculnya Imam Mahdi dan Dajjal, dua tokoh penting dalam narasi akhir zaman. Oleh karena itu, waktu kedatangannya hanya dapat diperkirakan berdasarkan interpretasi dari berbagai hadis dan peristiwa-peristiwa yang diyakini akan terjadi menjelang kiamat. Ketidakpastian ini menekankan pentingnya fokus pada persiapan spiritual dan akhlak yang baik, daripada terpaku pada perhitungan waktu yang tepat.
Tempat Turunnya Nabi Isa AS: Damaskus sebagai Titik Fokus:
Berbagai literatur keagamaan, seperti kitab Al Fitan karya Ibnu Katsir, menyebutkan bahwa Nabi Isa AS akan turun di Damaskus, Suriah. Lebih spesifik lagi, disebutkan bahwa ia akan turun di atas sebuah menara putih di sebelah timur kota tersebut, pada waktu shalat subuh. Meskipun detail ini mungkin bersifat simbolik atau interpretatif, Damaskus, sebagai kota bersejarah dengan signifikansi keagamaan yang tinggi, memiliki konotasi spiritual yang kuat dalam konteks ini.
Lokasi tersebut tidak hanya memiliki signifikansi geografis, tetapi juga mengandung makna simbolik. Damaskus, sebagai kota yang memiliki sejarah panjang dan peradaban yang kaya, dapat diinterpretasikan sebagai tempat yang mewakili perpaduan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Turunnya Nabi Isa AS di Damaskus dapat dimaknai sebagai simbol kebangkitan spiritual dan keadilan di tengah-tengah dunia yang penuh gejolak.
Signifikansi Kedatangan Nabi Isa AS:
Kedatangan Nabi Isa AS di akhir zaman memiliki signifikansi yang sangat besar bagi umat Islam. Ia bukan hanya akan menjadi saksi atas peristiwa-peristiwa besar menjelang kiamat, tetapi juga akan berperan aktif dalam menegakkan keadilan dan melawan kejahatan. Ia akan memerangi Dajjal, tokoh anti-mesias yang diyakini akan menyebarkan fitnah dan kerusakan di muka bumi. Kehadiran Nabi Isa AS akan menjadi bukti nyata kekuasaan Allah SWT dan memberikan harapan bagi umat manusia dalam menghadapi tantangan akhir zaman.
Lebih dari itu, kedatangan Nabi Isa AS menegaskan kesatuan ajaran tauhid dalam Islam dan agama-agama samawi lainnya. Ia akan menegaskan kembali ajaran-ajaran monoteisme dan melawan segala bentuk penyimpangan dan kesesatan. Kehadirannya akan menyatukan umat manusia di bawah panji-panji kebenaran dan keadilan.
Kesimpulan:
Keyakinan akan kedatangan kembali Nabi Isa AS merupakan bagian integral dari ajaran Islam mengenai akhir zaman. Meskipun waktu dan detail spesifiknya masih menjadi perdebatan, Al-Qur’an dan Hadis memberikan landasan yang kuat untuk keyakinan tersebut. Peristiwa ini diyakini akan memiliki dampak yang sangat besar bagi dunia, menandai pertempuran terakhir antara kebaikan dan kejahatan, dan mempersiapkan umat manusia untuk menghadapi hari kiamat. Lebih dari sekadar peristiwa historis, kedatangan Nabi Isa AS menjadi pengingat akan pentingnya keimanan, keadilan, dan persiapan spiritual dalam menghadapi masa depan yang tak terduga. Fokus utama bukanlah pada perhitungan waktu yang pasti, melainkan pada penguatan iman dan amal saleh sebagai bekal menghadapi hari akhir.