Jakarta, 27 Januari 2025 – Umat Islam di Indonesia kembali memperingati Isra Miraj, peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW ke Masjidil Haram dan Sidratul Muntaha, yang menandai penetapan perintah salat lima waktu. Peristiwa monumental ini, yang terjadi setahun sebelum Hijrah, jatuh pada Senin, 27 Januari 2025 M, bertepatan dengan 27 Rajab 1446 H, berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia 2025 yang diterbitkan Kementerian Agama Republik Indonesia. Peringatan Isra Miraj tahun ini pun bermakna ganda, karena beriringan dengan libur panjang Tahun Baru Imlek, menciptakan momentum refleksi spiritual dan rehat bersama keluarga.
Meskipun terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai tanggal pasti peristiwa Isra Miraj, tanggal 27 Rajab merupakan pendapat yang paling banyak diterima dan diadopsi secara luas. Perbedaan penanggalan ini, umumnya disebabkan oleh perbedaan metode perhitungan kalender Hijriah yang digunakan. Namun, konsensus umum pada tanggal 27 Rajab memperkuat makna pentingnya peristiwa ini dalam sejarah Islam. Peristiwa ini terjadi pada tahun kesepuluh kenabian Rasulullah SAW, menandai titik balik penting dalam penyebaran ajaran Islam dan pembentukan syariat.
Isra Miraj: Libur Nasional dan Long Weekend
Keputusan bersama tiga menteri, Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, yang ditandatangani pada 14 Oktober 2024, menetapkan Isra Miraj 1446 H sebagai hari libur nasional. Hal ini memberikan kesempatan bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, untuk merenungkan makna perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW dan menghayati perintah salat lima waktu sebagai tiang agama. Lebih istimewa lagi, peringatan Isra Miraj tahun ini jatuh pada hari Senin, diikuti oleh cuti bersama Tahun Baru Imlek pada Selasa, 28 Januari 2025, dan libur nasional Tahun Baru Imlek pada Rabu, 29 Januari 2025. Ditambah dengan libur akhir pekan pada Sabtu dan Minggu, 25 dan 26 Januari 2025, maka terbentuklah libur panjang selama lima hari, memberikan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat untuk berlibur dan berkumpul bersama keluarga.
Sejarah Perjalanan Isra Miraj: Perjalanan Spiritual Menuju Sidratul Muntaha
Peristiwa Isra Miraj, sebagaimana termaktub dalam berbagai hadits shahih, merupakan perjalanan luar biasa Nabi Muhammad SAW yang sarat dengan keajaiban dan hikmah. Perjalanan ini dimulai pada malam Senin, setelah Rasulullah SAW pulang dari Thaif, kota yang penduduknya menolak dakwah beliau. Rasulullah SAW, dalam keadaan lelah dan berduka, tiba-tiba diangkat oleh Allah SWT untuk melakukan perjalanan Isra (perjalanan malam) dan Miraj (perjalanan naik).
Beliau menaiki Buraq, hewan tunggangan yang digambarkan sebagai makhluk berwarna putih, lebih besar dari keledai tetapi lebih kecil dari bagal. Buraq membawa Rasulullah SAW dengan kecepatan luar biasa menuju Baitul Maqdis, Yerusalem, tempat suci bagi tiga agama samawi: Islam, Kristen, dan Yahudi. Di sana, Rasulullah SAW menambatkan Buraq dan masuk ke Masjidil Aqsa untuk menunaikan salat dua rakaat, sebuah peristiwa bersejarah yang menandai pengakuan atas kesucian Baitul Maqdis bagi umat Islam.
Setelah salat, Malaikat Jibril AS datang menemui Rasulullah SAW, menawarkan segelas arak dan segelas susu. Rasulullah SAW memilih susu, menunjukkan fitrah dan kesucian beliau. Pilihan ini menjadi simbol keteguhan beliau dalam memilih jalan kebenaran dan hidayah.
Kemudian, perjalanan Miraj dimulai. Rasulullah SAW, bersama Malaikat Jibril AS, naik ke langit-langit. Di setiap lapisan langit, mereka bertemu dengan para nabi terdahulu, seperti Nabi Adam AS di langit pertama, Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS di langit kedua, Nabi Yusuf AS di langit ketiga, Nabi Idris AS di langit keempat, Nabi Harun AS di langit kelima, Nabi Musa AS di langit keenam, dan Nabi Ibrahim AS di langit ketujuh. Pertemuan-pertemuan ini menandai penghormatan dan silaturahmi antar para nabi utusan Allah SWT, menunjukkan kesinambungan risalah kenabian. Para nabi menyambut Rasulullah SAW dengan penuh hormat dan mendoakan kebaikan untuk beliau.
Di setiap pintu langit, Malaikat Jibril AS menjelaskan kedatangan Rasulullah SAW kepada para penjaga langit, menunjukkan kedudukan dan misi suci beliau. Perjalanan ini menunjukkan tingkatan-tingkatan langit dan keagungan ciptaan Allah SWT.
Puncak perjalanan Miraj adalah saat Rasulullah SAW mencapai Sidratul Muntaha, pohon yang berada di batas langit ketujuh. Di tempat ini, Rasulullah SAW menyaksikan keagungan dan kebesaran Allah SWT yang tak terbayangkan. Di Sidratul Muntaha, Rasulullah SAW menerima wahyu langsung dari Allah SWT, yang mewajibkan salat sebanyak 50 waktu dalam sehari semalam.
Setelah menerima wahyu tersebut, Rasulullah SAW turun kembali dan bertemu dengan Nabi Musa AS. Nabi Musa AS, melihat beratnya beban salat 50 waktu bagi umat manusia, menyarankan Rasulullah SAW untuk meminta keringanan kepada Allah SWT. Rasulullah SAW pun menghadap Allah SWT dan memohon keringanan. Allah SWT, mempertimbangkan kesulitan umat manusia, memberikan keringanan menjadi 5 waktu salat dalam sehari semalam. Peristiwa ini menunjukkan kasih sayang dan rahmat Allah SWT kepada hamba-Nya.
Selain perintah salat lima waktu, Rasulullah SAW juga diperlihatkan keindahan surga. Dalam riwayat Bukhari, Rasulullah SAW menceritakan pengalaman beliau di surga, dengan dinding-dinding dari mutiara dan tanahnya bubuk kesturi. Pengalaman ini menjadi gambaran surgawi yang menjanjikan bagi mereka yang beriman dan beramal saleh.
Peristiwa Isra Miraj merupakan bukti nyata keajaiban dan kekuasaan Allah SWT, serta perjalanan spiritual yang luar biasa yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini mengajarkan kita tentang keimanan, kebesaran Allah SWT, dan pentingnya menjalankan perintah-perintah-Nya, terutama salat lima waktu sebagai tiang agama. Peringatan Isra Miraj setiap tahunnya menjadi momentum untuk meningkatkan ketaqwaan dan memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT. Semoga libur panjang Isra Miraj ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan keimanan dan mempererat tali silaturahmi.