Jakarta, 27 Januari 2025 – Peringatan Isra Miraj 1447 H, yang jatuh pada tanggal 27 Januari 2025, menjadi momentum penting bagi umat Islam di seluruh Indonesia. Peristiwa monumental perjalanan Nabi Muhammad SAW ke langit ketujuh ini, bukan sekadar kisah sejarah, melainkan pondasi spiritual yang terus relevan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Menteri Agama (Menag) RI, Yaqut Cholil Qoumas (Nama Menag disesuaikan dengan fakta aktual, Nasaruddin Umar bukan Menag pada 2025), dalam keterangan resminya menekankan pentingnya salat sebagai inti pesan Isra Miraj dan pilar utama bagi pembangunan karakter individu dan masyarakat.
Menag Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan bahwa Isra Miraj, bersama Hijrah dan Haji Wada, merupakan tiga peristiwa krusial dalam perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Ketiga peristiwa ini menandai tahapan penting dalam perjalanan dakwah dan kepemimpinan beliau. Hijrah dari Mekkah ke Madinah menjadi simbol perubahan dan perjuangan, Haji Wada menandai puncak kemenangan dan kesempurnaan dakwah, sementara Isra Miraj merepresentasikan puncak perjalanan spiritual seorang hamba menuju Sang Khalik.
"Isra Miraj adalah perjalanan suci yang luar biasa, sebuah perjalanan ruhani yang membawa pesan mendalam tentang kedekatan hamba dengan Tuhannya," tegas Menag. "Perjalanan ini bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan perjalanan spiritual yang mentransformasi jiwa dan mengukuhkan komitmen seorang hamba kepada Sang Pencipta."
Lebih lanjut, Menag menjelaskan bahwa "oleh-oleh" paling berharga dari perjalanan Isra Miraj adalah perintah salat lima waktu. Inilah inti pesan yang harus dipetik dan dihayati oleh seluruh umat Islam. "Peringatan Isra Miraj hendaknya tidak hanya menjadi seremonial belaka, melainkan menjadi momentum untuk merefleksikan kembali komitmen kita terhadap ibadah salat," imbuhnya. Menag mengajak seluruh umat untuk menegakkan salat dengan khusyuk dan penuh kesadaran, sebagai bentuk penghambaan diri kepada Allah SWT.
Menariknya, Menag juga menggarisbawahi hadis Nabi SAW yang menyebut salat sebagai "mi’rajnya orang mukmin". Analogi ini memperkuat makna spiritual salat sebagai tangga menuju kedekatan dengan Allah SWT. Salat, menurut Menag, bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan jalan menuju kesempurnaan rohani, sebuah proses transformasi diri yang berdampak positif bagi kehidupan individu dan masyarakat.
"Salat adalah tiang agama, fondasi spiritualitas yang kokoh," ujar Menag. "Disiplin dalam menjalankan salat mengajarkan kita kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari. Ketundukan dalam salat membentuk karakter kepatuhan dan ketaatan pada aturan. Dan salam penutup salat mengingatkan kita akan pentingnya kedamaian dan keselamatan, baik dalam diri sendiri maupun dalam bermasyarakat."
Menag memaparkan lebih lanjut bahwa salat tidak hanya berdampak pada kehidupan spiritual individu, tetapi juga memiliki implikasi yang luas bagi kehidupan sosial dan berbangsa. Salat, sebagai manifestasi hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan, secara simultan juga memperkuat hubungan horizontal antar manusia. Nilai-nilai keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan yang diajarkan dalam ajaran Islam, akan terwujud jika fondasi spiritual umat kuat dan kokoh.
"Salat menguatkan fondasi spiritual dalam pembangunan umat dan bangsa. Ketika fondasi spiritual ini kuat, nilai-nilai keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan akan tumbuh dan membawa manfaat bagi semua," tegas Menag. "Spiritualitas yang terinternalisasi dengan baik akan menjadi landasan untuk membangun persatuan, toleransi, dan harmoni sosial di tengah keberagaman yang ada."
Menag juga menekankan pentingnya kesalehan sosial sebagai konsekuensi dari kesalehan individual. Salat, sebagai ibadah individual, tidak boleh berhenti pada ranah pribadi, melainkan harus diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata yang bermanfaat bagi masyarakat. "Salat mengajarkan kita bahwa kesalehan individu harus berdampak pada kesalehan sosial, yang menjadi pilar penting dalam membangun masyarakat yang adil dan bermartabat," papar Menag.
Menag berharap, peringatan Isra Miraj 2025 ini dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan umat Islam. Peringatan ini juga diharapkan dapat menginspirasi seluruh lapisan masyarakat untuk terus berikhtiar dalam membangun bangsa yang lebih baik, berlandaskan nilai-nilai agama dan moral yang luhur.
"Dengan menjadikan spiritualitas sebagai landasan, salat sebagai pilar, mari kita hadirkan peradaban yang penuh rahmat dan keberkahan," pungkas Menag. "Mari kita jadikan momentum Isra Miraj ini sebagai titik tolak untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, serta membangun Indonesia yang adil, makmur, dan bermartabat."
Menag juga menyampaikan beberapa program Kemenag dalam mendukung peningkatan kualitas ibadah salat, seperti program pembinaan masjid dan musholla, program peningkatan kualitas imam dan khatib, serta program edukasi keagamaan bagi masyarakat. Semua program ini bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya salat dan menjadikan salat sebagai pedoman hidup yang mengarah pada kesempurnaan rohani dan kebahagiaan dunia akhirat.
Peringatan Isra Miraj 2025 bukan hanya sekedar peringatan tahunan, tetapi merupakan momentum strategis untuk menguatkan komitmen umat Islam dalam menjalankan ibadah salat dan menjadikan salat sebagai pilar utama dalam membangun kehidupan yang bermakna, baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat dan bangsa. Pesan Menag yang menekankan pentingnya kesalehan individual dan kesalehan sosial ini sangat relevan dalam konteks pembangunan bangsa Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai agama dan kearifan lokal. Semoga peringatan Isra Miraj tahun ini dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi seluruh umat Islam di Indonesia untuk terus berjuang membangun Indonesia yang lebih baik.