Jakarta – Ayat ke-74 Surat Al-Furqan kerap dimaknai sebagai doa untuk memperoleh keluarga yang bahagia, sebuah harapan universal yang dipanjatkan lintas generasi dan budaya. Namun, pemahaman yang komprehensif terhadap ayat ini menuntut penelaahan lebih dalam, melampaui sekadar interpretasi doa semata. Ayat ini, sesungguhnya, merupakan bagian integral dari rangkaian ayat sebelumnya (ayat 63-74) yang melukiskan sembilan karakteristik ibadurrahman, hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Dengan demikian, mengamalkan doa yang termaktub dalam ayat ini bukan hanya sekadar memohon kebahagiaan keluarga, melainkan juga mencerminkan upaya untuk meneladani sifat-sifat terpuji tersebut, yang pada akhirnya akan mengantarkan pada kemuliaan di sisi Allah SWT.
Teks Arab dan Terjemahan Surat Al-Furqan Ayat 74:
Teks Arab yang disajikan dalam artikel sumber, meskipun terdapat beberapa ketidakakuratan penulisan, secara umum dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
وَالَّذِينَ قَالُوا رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Transliterasi: Wallażīna qālū rabbana hab lana min azwājinā wa żurriyyātinā qurrata a’yunin waj’al-nā lil-muttaqīn imāman.
Terjemahan: "Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.’"
Doa yang Dipanjatkan:
Bagian doa yang lazim dipanjatkan adalah: "رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُُتَّقِينَ إِمَامًا." (Rabbanā hab lanā min azwājinā wa żurriyyātinā qurrata a’yunin waj’al-nā lil-muttaqīn imāman.) Doa ini dapat dipanjatkan kapan saja, terutama setelah menunaikan sholat, sebagai bentuk munajat dan permohonan kepada Allah SWT.
Konteks Ayat dalam Sifat-Sifat Ibadurrahman:
Menurut Tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia, Surat Al-Furqan ayat 74 merupakan bagian dari deskripsi sembilan sifat ibadurrahman yang termaktub dalam ayat 63 hingga 74. Ayat ke-74 menggambarkan sifat kesembilan, yaitu permohonan tulus kepada Allah agar dianugerahi keturunan yang saleh dan istri yang shalihah. Kehadiran keluarga yang bertakwa dipandang sebagai sumber kebahagiaan dan ketenangan hati, menciptakan keharmonisan rumah tangga dan memperkuat pondasi keluarga yang kokoh. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya keluarga sebagai pilar utama masyarakat.
Makna "Pemimpin bagi Orang-orang yang Bertakwa":
Ungkapan "jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa" tidak semata-mata merujuk pada kepemimpinan dalam arti formal atau jabatan. Lebih luas lagi, ungkapan ini mengisyaratkan kepemimpinan moral dan spiritual. Harapan untuk memiliki keturunan yang menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa mencerminkan cita-cita luhur untuk menyebarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan, menegakkan keadilan, dan membangun masyarakat yang adil dan beradab. Ini merupakan bentuk kontribusi nyata bagi kemajuan umat manusia, sebuah warisan abadi yang akan terus memberikan manfaat bahkan setelah seseorang meninggal dunia.
Hadits Rasulullah SAW tentang Amal Jariyah:
Pemahaman ini diperkuat oleh hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah: "(Hadits tentang tiga amal jariyah yang terus mengalir pahalanya setelah kematian, salah satunya adalah anak shaleh yang mendoakan orang tuanya)". Hadits ini menegaskan bahwa mendidik anak-anak dengan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan merupakan investasi akhirat yang sangat berharga, sebuah amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir meskipun orang tua telah tiada. Keturunan yang saleh akan meneruskan perjuangan orang tuanya dalam menyebarkan kebaikan dan menegakkan kebenaran, menjadi penerus estafet dakwah dan pembangunan peradaban yang berlandaskan nilai-nilai agama.
Sembilan Sifat Ibadurrahman (Al-Furqan 63-74):
Pemahaman mendalam terhadap Surat Al-Furqan ayat 74 membutuhkan konteks yang lebih luas, yaitu sembilan sifat ibadurrahman yang diuraikan dalam ayat 63-74. Sifat-sifat tersebut, secara umum, menggambarkan karakteristik hamba Allah yang senantiasa bertakwa, beribadah dengan khusyuk, dan senantiasa berbuat kebaikan. Masing-masing sifat tersebut saling berkaitan dan membentuk suatu kesatuan yang utuh, menggambarkan pribadi yang mulia dan dekat dengan Allah SWT. Dengan memahami sembilan sifat ini, kita dapat lebih menghayati makna doa dalam ayat 74 dan berusaha untuk meneladani sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari. (Penjelasan rinci sembilan sifat ini dapat dikaji lebih lanjut melalui berbagai tafsir Al-Qur’an).
Ganjaran bagi Ibadurrahman (Al-Furqan 75-76):
Allah SWT menjanjikan ganjaran yang luar biasa bagi hamba-hamba-Nya yang memiliki sembilan sifat ibadurrahman tersebut. Ganjaran ini dijelaskan dalam ayat selanjutnya (Al-Furqan 75-76), yang menggambarkan tempat yang mulia di surga, sambutan para malaikat, dan kenikmatan surgawi yang kekal abadi. Janji Allah ini menjadi motivasi bagi setiap muslim untuk senantiasa berusaha menjadi ibadurrahman, meneladani sifat-sifat terpuji yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an, dan memohon kepada-Nya agar dikaruniai keluarga yang saleh dan menjadi bagian dari orang-orang yang bertakwa.
Kesimpulan:
Surat Al-Furqan ayat 74 bukanlah sekadar doa untuk mendapatkan keluarga bahagia, melainkan juga sebuah refleksi atas sifat-sifat ibadurrahman yang mulia. Doa ini mengajak kita untuk senantiasa bermunajat kepada Allah SWT, memohon agar dikaruniai keluarga yang saleh sebagai penyejuk hati dan menjadi bagian dari umat yang bertakwa. Lebih dari itu, doa ini mengandung cita-cita luhur untuk membangun peradaban yang berlandaskan keimanan dan ketakwaan, sebuah kontribusi abadi bagi kemaslahatan umat manusia. Dengan memahami konteks ayat ini secara menyeluruh, kita dapat menghayati makna doa tersebut dengan lebih mendalam dan berusaha untuk meneladani sifat-sifat ibadurrahman dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a’lam bisshawab.