Kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur menyimpan sejarah yang kaya dan kompleks, menjadikannya salah satu situs paling penting dan paling disucikan dalam agama Islam. Di jantung kompleks ini berdiri Masjid Kubah Batu (Dome of the Rock), sebuah bangunan megah yang kerap disamakan dengan Masjid Al-Aqsa, namun memiliki sejarah dan signifikansi yang berbeda. Lebih dari sekadar tempat ibadah, Kubah Batu merupakan monumen arsitektur yang mengagumkan, sekaligus saksi bisu pergulatan politik dan spiritual selama berabad-abad. Pemahaman mendalam tentang sejarah dan arsitekturnya membuka jendela ke dunia Islam awal dan perannya dalam membentuk lanskap keagamaan dan budaya dunia.
Batu Sakhrah: Pusat Spiritual dan Sejarah
Sebelum membahas Kubah Batu, penting untuk memahami signifikansi Batu Sakhrah (Sakhrah Muqaddasah) yang menjadi pusat bangunan tersebut. Batu ini, berukuran sekitar 56 x 42 kaki, diyakini oleh umat Islam sebagai tempat Nabi Muhammad SAW melakukan Isra’ Mi’raj, perjalanan malam ajaib ke langit yang dicatat dalam Al-Quran. Keyakinan ini menjadikan Batu Sakhrah sebagai tempat suci yang sangat dihormati, setara dengan Hajar Aswad di Ka’bah, Mekkah. Signifikansi spiritual ini melampaui batas-batas sektarian, dengan beberapa tradisi Yahudi juga menghubungkan situs ini dengan tempat suci mereka.
Di bawah Batu Sakhrah terdapat sebuah gua kecil, berukuran sekitar 4,5 x 4,5 meter dengan tinggi 1,5 meter. Lubang di atap gua, berdiameter sekitar satu meter, memungkinkan cahaya matahari masuk, menciptakan suasana sakral dan mistis di dalam ruang sempit tersebut. Gua ini menambah lapisan sejarah dan misteri pada situs yang sudah kaya akan makna religius.
Kubah Batu: Mahakarya Arsitektur Islam Awal
Masjid Kubah Batu, dibangun antara tahun 685 dan 691 M atas perintah Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Dinasti Umayyah, merupakan sebuah mahakarya arsitektur Islam awal. Bangunan ini menandai tonggak penting dalam sejarah arsitektur Islam, sebagai salah satu bangunan masjid pertama yang menggunakan kubah sebagai elemen desain utama. Pemilihan kubah, yang terinspirasi oleh arsitektur Bizantium yang sudah ada di Yerusalem, menunjukkan kemampuan para arsitek Muslim untuk mengadaptasi dan menyempurnakan gaya arsitektur yang ada, sambil tetap mempertahankan identitas Islam yang kuat.
Dua arsitek Muslim Palestina, Raja’ bin Hayat dari Bitsan dan Yazid bin Salam dari Yerusalem, memimpin pembangunan masjid yang megah ini. Bangunan tiga tingkat ini memiliki tinggi total 39,3 meter, dengan dua tingkat pertama masing-masing setinggi 35,3 meter. Ketiga tingkat ini dihubungkan oleh tiga koridor yang melingkari Batu Sakhrah, menciptakan efek visual yang unik dan menyerupai sistem tawaf di Masjidil Haram, Mekkah. Penggunaan koridor ini, selain fungsional, juga melambangkan gerakan ritual dan spiritual yang dilakukan oleh para jamaah.
Ornamen dan Dekorasi: Perpaduan Seni dan Spiritualitas
Masjid Kubah Batu dihiasi dengan ornamen dan dekorasi yang luar biasa, mencerminkan puncak seni dan keahlian para seniman Muslim pada masa itu. Hiasan arabesk yang rumit, dengan motif geometris, tanaman rambatan, dan kaligrafi yang indah, menghiasi dinding dan permukaan bangunan. Gaya arabesk ini, yang berkembang pesat pada abad ke-7 M, menjadi ciri khas arsitektur Islam dan menunjukkan kemampuan para seniman untuk mengekspresikan keyakinan mereka melalui bentuk-bentuk artistik.
Selain arabesk, Masjid Kubah Batu juga menampilkan ukiran Bizantium yang indah, menunjukkan pengaruh arsitektur sebelumnya pada desain bangunan. Keberadaan 13 mihrab besar dan 104 mihrab kecil di dalam masjid menunjukkan kekayaan detail dan perencanaan yang cermat. Empat pintu gerbang besar, masing-masing dilengkapi atap, memudahkan akses bagi para jamaah yang datang untuk beribadah.
Signifikansi Politik dan Sejarah
Pembangunan Masjid Kubah Batu tidak hanya memiliki makna spiritual, tetapi juga makna politik yang signifikan. Pembangunannya setelah Yerusalem jatuh ke tangan Islam di bawah kekuasaan Khalifah Umar bin Khattab menandai penegasan kekuasaan Islam di wilayah tersebut. Kubah Batu menjadi simbol kekuasaan dan kejayaan Islam, sekaligus pernyataan artistik dan spiritual yang mengesankan. Biaya pembangunan yang mencapai 100.000 dinar emas, jumlah yang sangat besar pada masanya, menunjukkan komitmen Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk membangun sebuah monumen yang akan dikenang sepanjang sejarah.
Sepanjang sejarahnya, Masjid Kubah Batu telah menjadi saksi bisu berbagai peristiwa penting, termasuk konflik dan perebutan kekuasaan. Posisinya yang strategis di jantung Yerusalem Timur telah menjadikannya pusat pertikaian antara berbagai kelompok agama dan politik. Namun, terlepas dari konflik yang terjadi, Masjid Kubah Batu tetap menjadi tempat suci yang dihormati oleh jutaan umat Islam di seluruh dunia.
Masjid Kubah Batu vs. Masjid Al-Aqsa: Perbedaan yang Penting
Seringkali terjadi kebingungan antara Masjid Kubah Batu dan Masjid Al-Aqsa. Meskipun keduanya terletak di kompleks yang sama, keduanya memiliki sejarah dan fungsi yang berbeda. Masjid Al-Aqsa, yang lebih besar dan lebih tua, merupakan tempat ibadah utama bagi umat Islam, sementara Masjid Kubah Batu lebih berfungsi sebagai tempat peringatan dan ziarah, yang dipusatkan pada Batu Sakhrah. Penting untuk memahami perbedaan ini untuk menghargai signifikansi masing-masing bangunan dalam konteks sejarah dan keagamaan.
Kesimpulan: Warisan Berharga bagi Umat Manusia
Masjid Kubah Batu, dengan arsitekturnya yang megah dan signifikansi spiritualnya yang mendalam, merupakan warisan berharga bagi umat manusia. Bangunan ini bukan hanya simbol kekuasaan dan kejayaan Islam, tetapi juga bukti kemampuan para seniman dan arsitek Muslim untuk menciptakan karya seni yang menakjubkan dan penuh makna. Sebagai situs suci yang dihormati oleh jutaan orang, Masjid Kubah Batu terus memainkan peran penting dalam kehidupan spiritual dan budaya umat Islam di seluruh dunia, sekaligus menjadi simbol persimpangan sejarah, budaya, dan agama. Memahami sejarah dan arsitektur Masjid Kubah Batu membuka jendela ke dunia yang kaya akan sejarah, seni, dan spiritualitas, mengingatkan kita akan pentingnya menghargai warisan budaya dan memahami kompleksitas sejarah manusia.