Jeddah, Arab Saudi – Masjidil Haram, jantung spiritual umat Islam dunia, berdiri megah di Makkah, menerangi langit malam dengan cahaya yang tak pernah padam. Keberadaan cahaya abadi ini bukan sekadar keajaiban arsitektur, melainkan juga bukti nyata dari perencanaan infrastruktur yang canggih dan komitmen tak kenal lelah otoritas Arab Saudi dalam menjaga kelancaran ibadah jutaan jamaah setiap tahunnya. Dibalik keindahan dan kesakralan Masjidil Haram, tersimpan sistem kelistrikan yang rumit dan handal, sebuah sistem yang telah menjamin pasokan listrik tanpa henti selama lebih dari empat dekade.
Ghazi Al Shahrani, CEO Otoritas Umum untuk Perawatan Dua Masjid Suci, baru-baru ini mengungkapkan rahasia di balik penerangan tak pernah padam ini dalam sebuah forum haji di Jeddah. Beliau menjelaskan bahwa Masjidil Haram dilengkapi dengan 11 sumber pasokan listrik utama dan cadangan, sebuah infrastruktur yang begitu kokoh sehingga mampu beroperasi tanpa bantuan stasiun cadangan eksternal selama 40 tahun terakhir. Kehandalan sistem ini merupakan bukti nyata komitmen pemerintah Arab Saudi dalam menyediakan layanan terbaik bagi para jamaah haji dan umrah.
"Masjidil Haram unik dibandingkan tempat lain di dunia," ujar Al Shahrani sebagaimana dikutip dari Gulf News (20/1/2025). "Ini adalah fasilitas terbesar di dunia, yang paling aktif sepanjang waktu, dan paling banyak dikunjungi di dunia. Hal ini menjadikan isu keberlanjutan sebagai hal yang tak terelakkan dan menentukan bagi kita." Pernyataan ini menggarisbawahi kompleksitas pengelolaan Masjidil Haram, yang membutuhkan solusi teknologi mutakhir untuk menjamin kelancaran operasionalnya.
Lebih dari sekadar menyediakan penerangan, sistem kelistrikan Masjidil Haram mendukung seluruh operasional masjid yang luas dan kompleks. Sistem ini menopang berbagai fasilitas, mulai dari sistem pendingin ruangan yang vital di tengah teriknya cuaca Makkah, sistem pencahayaan yang spektakuler, hingga sistem audio yang memastikan lantunan ayat suci Al-Quran terdengar dengan jelas di seluruh penjuru masjid. Bayangkan skala operasionalnya: jutaan jamaah yang datang dari berbagai penjuru dunia, melaksanakan ibadah shalat berjamaah, tawaf mengelilingi Ka’bah, dan berbagai aktivitas lainnya yang membutuhkan dukungan infrastruktur yang handal dan tak kenal lelah.
Keberadaan 11 sumber pasokan listrik utama dan cadangan ini bukan hanya sekadar solusi teknis, tetapi juga sebuah strategi mitigasi risiko yang terencana dengan matang. Sistem ini dirancang untuk memastikan kontinuitas layanan, bahkan dalam situasi darurat atau bencana alam. Ketahanan sistem ini telah teruji selama bertahun-tahun, membuktikan keefektifannya dalam menjaga kelancaran ibadah dan kenyamanan jamaah. Investasi besar dalam infrastruktur kelistrikan ini merupakan bukti nyata komitmen pemerintah Arab Saudi dalam memberikan pelayanan terbaik bagi umat Islam di seluruh dunia.
Namun, upaya pengelolaan Masjidil Haram tidak berhenti pada sistem kelistrikan semata. Otoritas yang bertanggung jawab terus berupaya meningkatkan layanan melalui adopsi teknologi terbaru. Al Shahrani mengungkapkan bahwa mereka tengah bekerja sama dengan berbagai mitra untuk mengimplementasikan aplikasi manajemen fasilitas pintar dan sensor berteknologi tinggi. Inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional, mempermudah pemantauan kondisi masjid, dan memberikan respons yang lebih cepat terhadap potensi masalah.
Selain itu, otoritas juga berkomitmen untuk menerapkan konsep "akses komprehensif" guna memastikan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Konsep ini mencerminkan komitmen pemerintah Arab Saudi dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi semua jamaah, tanpa memandang kondisi fisik mereka. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas layanan dan kenyamanan jamaah di Masjidil Haram.
Skala kunjungan ke Masjidil Haram memang luar biasa. Data dari Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi, Tawfiq al-Rabiah, menunjukkan angka yang mencengangkan. Lebih dari 18,5 juta umat Islam menunaikan ibadah haji dan umrah sepanjang tahun 2024. Angka ini, yang disampaikan dalam pidato di Konferensi dan Pameran Haji edisi keempat di Jeddah Superdome (13/1/2025), menunjukkan betapa besarnya tanggung jawab yang diemban oleh otoritas pengelola Masjidil Haram.
Meningkatnya jumlah jamaah ini juga berdampak pada Masjid Nabawi di Madinah. Menteri Tawfiq juga mencatat peningkatan signifikan jumlah pengunjung di Raudhah, Masjid Nabawi, dari 4 juta pada tahun 2022 menjadi lebih dari 13 juta pada tahun 2024. Peningkatan jumlah jamaah ini menuntut peningkatan kapasitas dan efisiensi layanan di kedua masjid suci tersebut.
Menghadapi lonjakan jumlah jamaah, otoritas Arab Saudi terus berinvestasi dalam infrastruktur dan teknologi untuk memastikan kenyamanan dan kelancaran ibadah. Sistem manajemen jamaah yang terintegrasi, sistem transportasi yang efisien, dan berbagai fasilitas pendukung lainnya terus dikembangkan dan ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan jamaah yang terus meningkat.
Kesimpulannya, penerangan tak pernah padam di Masjidil Haram bukan hanya sekadar pencapaian teknis, melainkan simbol dari komitmen dan inovasi yang luar biasa. Dibalik cahaya yang menerangi Ka’bah dan jutaan jamaah yang beribadah, tersimpan sistem kelistrikan yang canggih, strategi manajemen yang terencana, dan komitmen pemerintah Arab Saudi dalam melayani umat Islam di seluruh dunia. Keberhasilan dalam mengelola Masjidil Haram menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dan manajemen yang efektif dapat mendukung pelaksanaan ibadah dalam skala besar dan memastikan kelancaran ibadah bagi jutaan jamaah setiap tahunnya. Ke depan, dengan terus berinovasi dan mengadopsi teknologi terbaru, Masjidil Haram akan tetap menjadi simbol keagungan Islam dan pusat ibadah yang nyaman dan aman bagi seluruh umat Islam di dunia. Sistem kelistrikan yang handal hanyalah salah satu dari banyak elemen kunci yang mendukung keberhasilan pengelolaan Masjidil Haram sebagai pusat spiritual dunia.