Jakarta, 20 Januari 2025 – Indonesia, dengan populasi Muslim terbesar di dunia mencapai 245 juta jiwa, terus memperkokoh posisinya sebagai kontributor utama penyelenggaraan ibadah haji global. Ketua Umum Gabungan Perusahaan Haji dan Umrah Nusantara (Gaphura), Ali Mohamad Amin, menyatakan Indonesia berkontribusi sebesar 10% terhadap total jemaah haji dunia, sebuah angka yang menegaskan dominasi Indonesia dalam sektor ini. Pernyataan ini disampaikan Ali dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi.
Tahun 2024 menorehkan sejarah baru bagi Indonesia dalam penyelenggaraan ibadah haji. Dengan keberangkatan 241.000 jemaah, Indonesia mencatatkan rekor kuota haji terbesar sepanjang sejarahnya. Angka ini, meskipun monumental, masih belum mampu memenuhi tingginya antusiasme masyarakat Indonesia untuk menunaikan rukun Islam kelima tersebut. Buktinya, waktu tunggu keberangkatan haji di beberapa wilayah Indonesia masih mencapai lebih dari 45 tahun, menunjukkan besarnya permintaan yang belum terpenuhi.
Fenomena ini tidak hanya terlihat pada sektor haji. Industri umrah juga mengalami pertumbuhan signifikan pasca pandemi. Ali mencatat peningkatan yang drastis, dari 1 juta jemaah pada tahun 2019 menjadi 1,4 juta jemaah pada tahun 2023. Lonjakan ini menunjukkan tren positif dan mencerminkan meningkatnya kesadaran dan kemampuan ekonomi masyarakat Indonesia untuk melaksanakan ibadah umrah.
Pertumbuhan pesat sektor haji dan umrah di Indonesia didorong oleh beberapa faktor kunci. Meningkatnya pendapatan masyarakat, semakin kuatnya kesadaran beribadah di kalangan umat Islam, perkembangan teknologi yang memudahkan akses informasi dan proses pendaftaran, serta kebijakan pemerintah yang mendukung penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, semuanya berkontribusi terhadap ekspansi sektor ini.
Namun, Ali juga menyoroti sejumlah tantangan yang perlu diatasi untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan industri ini. Koordinasi yang efektif antar pemangku kepentingan, perencanaan strategis yang matang, dan adaptasi terhadap perubahan regulasi internasional, khususnya dari Arab Saudi, merupakan hal krusial yang perlu diperhatikan.
Arab Saudi, sebagai tuan rumah penyelenggaraan ibadah haji, telah menetapkan target ambisius untuk mencapai lebih dari 7 juta jemaah haji pada tahun 2030. Hal ini menuntut Indonesia untuk melakukan penyesuaian regulasi dan strategi agar tetap mampu memenuhi kebutuhan jemaahnya. Ali mengapresiasi langkah pemerintah Indonesia yang telah menjalin hubungan diplomatik yang kuat dengan Arab Saudi, terbukti dengan penambahan kuota haji sebesar 20.000 jemaah pada tahun lalu. Ia juga berharap adanya penambahan kuota pada tahun ini untuk mengurangi waktu tunggu yang panjang.
"Dengan perubahan global dan khususnya regulasi di Saudi Arabia yang sudah semakin meningkat dalam pelaksanaan haji, Kerajaan Saudi sudah menargetkan tahun 2030 akan mencapai lebih dari 7 juta jemaah haji. Dengan demikian regulasi pemerintah Indonesia juga harus bisa menyesuaikan," tegas Ali.
Lebih lanjut, Ali memberikan apresiasi yang tinggi kepada Presiden Prabowo Subianto atas perhatian dan terobosan signifikan yang telah dilakukan pemerintah dalam tiga bulan kepemimpinannya untuk meningkatkan pelayanan haji Indonesia. Ia menyorot peran penting yang dimainkan oleh Bapak Dasco dalam hal ini, baik melalui media maupun secara langsung sebagai Koordinator Haji Indonesia. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik bagi para jemaah haji Indonesia.
Data dari Otoritas Umum Statistik Arab Saudi (GASTAT) menunjukkan total jemaah haji pada tahun 1445 H/2024 M mencapai 1.833.164 orang. Jemaah haji dari negara-negara Asia mendominasi, mencapai 63,3% dari total jemaah, menunjukkan betapa besarnya minat masyarakat Asia, termasuk Indonesia, untuk menunaikan ibadah haji.
Pertumbuhan industri haji dan umrah di Indonesia tidak hanya berdampak positif pada perekonomian nasional, tetapi juga memiliki implikasi sosial dan keagamaan yang signifikan. Meningkatnya aksesibilitas bagi masyarakat untuk menunaikan ibadah haji dan umrah merupakan pencapaian penting yang mencerminkan kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Namun, kesuksesan ini harus diimbangi dengan pengelolaan yang baik dan berkelanjutan. Tantangan ke depan meliputi peningkatan kualitas pelayanan, pengelolaan risiko, peningkatan transparansi, dan pengembangan infrastruktur yang memadai. Pemerintah, lembaga terkait, dan perusahaan penyelenggara haji dan umrah harus bekerja sama untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan bahwa industri ini terus berkembang secara berkelanjutan dan memberikan manfaat maksimum bagi para jemaah.
Ke depan, perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan haji dan umrah di Indonesia, serta mengembangkan strategi yang lebih terarah untuk memenuhi kebutuhan jemaah dengan efisien dan efektif. Hal ini meliputi peningkatan kapasitas akomodasi di Arab Saudi, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan keamanan, serta pengembangan program bimbingan pra-perjalanan yang lebih komprehensif.
Dengan potensi yang sangat besar dan dukungan pemerintah yang kuat, industri haji dan umrah di Indonesia diprediksi akan terus tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. Namun, kesuksesan ini tergantung pada komitmen dan kerja sama semua pihak untuk mengelola industri ini dengan bijak dan berkelanjutan, sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal bagi jemaah dan bangsa Indonesia. Pentingnya peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan menjadi kunci untuk menangani tantangan waktu tunggu yang panjang dan memastikan bahwa semua jemaah dapat menunaikan ibadah haji dan umrah dengan nyaman dan aman.