Peristiwa Isra Miraj, perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan selanjutnya ke Sidratul Muntaha, merupakan salah satu peristiwa paling monumental dalam sejarah Islam. Perjalanan spiritual yang luar biasa ini bukan hanya menandai penerimaan perintah sholat lima waktu, tetapi juga dipenuhi dengan pertemuan-pertemuan sakral dengan para nabi terdahulu, di antaranya yang paling menonjol adalah pertemuan dengan Nabi Musa AS. Berbagai riwayat dalam kitab-kitab hadits shahih, seperti yang termaktub dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim) dan karya-karya ulama terkemuka seperti Imam Ibnu Katsir, mengungkapkan detail pertemuan yang sarat makna ini.
Salah satu riwayat yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA, sebagaimana tercantum dalam kitab Kisah Para Nabi karya Imam Ibnu Katsir, menjelaskan bahwa Rasulullah SAW bertemu Nabi Musa AS saat melakukan sholat di atas kuburnya sendiri. Riwayat ini memberikan gambaran awal tentang pertemuan tersebut, menunjukkan betapa luasnya cakupan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW yang melampaui batas-batas ruang dan waktu.
Namun, detail yang lebih lengkap mengenai pertemuan ini terungkap dalam riwayat lain. Qatadah, melalui jalur sanad yang sampai kepada Anas bin Mail bin Sha’sha’ah, menceritakan bahwa Rasulullah SAW bertemu Nabi Musa AS di langit keenam. Pertemuan ini dimediasi oleh Malaikat Jibril AS yang memperkenalkan Nabi Musa AS kepada Rasulullah SAW. Jibril AS menyampaikan salam, yang kemudian dibalas oleh Rasulullah SAW. Nabi Musa AS menyambut Rasulullah SAW dengan penuh hormat, menyebutnya sebagai "Nabi yang saleh dan saudaraku yang saleh." Ungkapan ini menunjukkan penghormatan dan persaudaraan yang mendalam di antara kedua nabi agung tersebut.
Namun, suasana haru tiba-tiba menyelimuti pertemuan tersebut. Nabi Musa AS terlihat menangis. Rasa penasaran Rasulullah SAW menuntun beliau untuk menanyakan penyebab kesedihan Nabi Musa AS. Jawaban Nabi Musa AS sungguh menggetarkan: "Aku menangis karena seorang anak yang diutus setelahku akan masuk surga bersama umatnya lebih banyak daripada umatku yang masuk ke dalam surga." Pernyataan ini menggarisbawahi keistimewaan risalah Nabi Muhammad SAW dan luasnya rahmat yang dilimpahkan kepada umat Islam. Ini juga menunjukkan kerendahan hati Nabi Musa AS yang tetap merendah meskipun memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah SWT.
Perjalanan spiritual Rasulullah SAW berlanjut ke langit ketujuh, di mana beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim AS. Gambaran pertemuan ini, sebagaimana dikisahkan dalam buku Kisah Nabi Muhammad SAW karya Yoyok Rahayu Basuki, menunjukkan Nabi Ibrahim AS bersemayam di atas singgasana gerbang surga, Baitul Makmur. Gambaran Baitul Makmur sebagai gerbang surga yang setiap harinya dilewati 70.000 malaikat yang tidak akan kembali hingga hari kiamat, menunjukkan keagungan dan kesucian tempat tersebut, sekaligus memperkuat makna spiritual perjalanan Isra Miraj.
Puncak perjalanan Isra Miraj adalah pertemuan Rasulullah SAW dengan Allah SWT di hadapan Arasy. Di momen sakral ini, Allah SWT memerintahkan sholat lima puluh waktu sehari semalam. Namun, perintah ini kemudian menjadi titik awal dari sebuah dialog yang penuh hikmah antara Rasulullah SAW dan Nabi Musa AS.
Setelah turun dari Arasy, Rasulullah SAW kembali bertemu Nabi Musa AS. Nabi Musa AS, dengan penuh kepedulian, menyatakan kekhawatirannya akan kemampuan umat Islam untuk melaksanakan sholat sebanyak lima puluh waktu. Beliau mengemukakan pengalamannya dengan Bani Israil, menunjukkan betapa beratnya beban tersebut bagi manusia. Nabi Musa AS menyarankan Rasulullah SAW untuk memohon keringanan kepada Allah SWT.
Berdasarkan saran Nabi Musa AS, Rasulullah SAW kembali menghadap Allah SWT dan memohon pengurangan jumlah sholat. Proses tawar-menawar ini, yang diulang beberapa kali, menunjukkan kedekatan Rasulullah SAW dengan Allah SWT dan kesungguhan beliau dalam memperjuangkan kemudahan bagi umatnya. Proses ini juga menunjukkan betapa Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang selalu mempertimbangkan kemampuan hamba-Nya.
Akhirnya, setelah beberapa kali permohonan, Allah SWT menetapkan jumlah sholat menjadi lima waktu sehari semalam. Proses ini menunjukkan betapa Allah SWT selalu memberikan kemudahan bagi hamba-Nya, serta betapa pentingnya perantara dan pertimbangan dari para nabi dalam menentukan syariat agama.
Riwayat lain dari Imam Bukhari, melalui jalur sanad dari Ibnu Abbas, menambahkan dimensi lain pada perjalanan Isra Miraj. Ibnu Abbas menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah menceritakan tentang penglihatan beliau terhadap umat-umat terdahulu. Beliau melihat bayangan titik-titik hitam yang memenuhi ufuk, dan kemudian diberitahu bahwa itu adalah Musa AS bersama kaumnya. Riwayat ini menunjukkan luasnya cakupan pengetahuan dan penglihatan Nabi Muhammad SAW, yang mampu melihat sejarah peradaban umat terdahulu.
Kesimpulannya, pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Musa AS dalam peristiwa Isra Miraj bukanlah sekadar pertemuan biasa. Pertemuan ini merupakan momen spiritual yang sarat makna, menunjukkan kebesaran Allah SWT, keistimewaan risalah Nabi Muhammad SAW, serta kepedulian dan kebijaksanaan para nabi dalam memperjuangkan kemudahan bagi umat manusia. Detail-detail yang beragam dalam berbagai riwayat memperkaya pemahaman kita akan peristiwa agung ini, menunjukkan betapa pentingnya mempelajari dan merenungkan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW sebagai sumber inspirasi dan pedoman hidup bagi umat Islam. Peristiwa ini juga mengingatkan kita akan pentingnya mencari keringanan dan kemudahan dalam menjalankan perintah agama, selalu berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar diberikan kekuatan dan kemudahan dalam menjalani kehidupan. Wallahu a’lam bishawab.