Jakarta – Ajaran Islam dengan tegas menekankan pentingnya taubat bagi setiap muslim, tak peduli seberapa sering mereka terjerat maksiat. Keyakinan mendasar ini berlandaskan pada janji Allah SWT yang senantiasa membuka pintu ampunan, hingga sebuah tanda penanda akhir zaman tiba. Pertanyaan kunci yang kemudian muncul adalah: Kapan tepatnya pintu taubat itu akan tertutup?
Para ulama, baik klasik maupun kontemporer, telah banyak mengkaji dan menjelaskan hal ini. Yusuf al-Qaradhawi, ulama hukum Islam kontemporer asal Mesir, dalam karyanya Al-Taubah ila Allah (yang diterjemahkan oleh Irfan Maulana Hakim), menegaskan bahwa taubat merupakan kewajiban agama yang mutlak. Anjuran ini bukan hanya termaktub dalam Al-Qur’an, tetapi juga ditegaskan melalui sunnah Nabi Muhammad SAW.
Salah satu ayat Al-Qur’an yang secara eksplisit memerintahkan taubat terdapat dalam Surah At-Tahrim ayat 8:
(Ayat dalam bahasa Arab disertai terjemahan yang akurat dan lugas, bukan terjemahan yang terdapat dalam artikel asli karena kualitas terjemahannya kurang baik dan tidak konsisten. Terjemahan harus diusahakan seakurat mungkin dan sesuai dengan konteks ayat dalam surah tersebut.)
Penjelasan lebih rinci mengenai ayat ini diperlukan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada pembaca. Ayat tersebut tidak hanya sekadar menyeru untuk bertaubat, tetapi juga menjanjikan pengampunan dan balasan surga bagi mereka yang bertaubat dengan tulus. Kata "taubat" yang digunakan dalam ayat ini, menurut para mufassir, merujuk pada taubat nasuha, yaitu taubat yang sejati, ikhlas, dan disertai penyesalan yang mendalam. Taubat yang sekadar formalitas atau tanpa perubahan perilaku yang nyata tidak akan diterima oleh Allah SWT.
Bahkan Rasulullah SAW, yang ma’sum (terbebas dari dosa), dilaporkan bertaubat berkali-kali dalam sehari. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dalam kitabnya At-Taubah wa al-Inabah, menukil hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari." Hadits lain, seperti yang dicatat Ibnu Jauzi dalam Al-Wafa, melalui riwayat Ibnu Umar RA, menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Wahai manusia, bertaubatlah kepada Tuhanmu, karena aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari." (Hadits ini perlu ditelusuri lebih lanjut untuk memastikan derajat kesahihannya sesuai dengan kaidah hadits).
Keutamaan dan kewajiban untuk segera bertaubat juga ditekankan oleh para ulama. Menunda-nunda atau menunda taubat (ta’khir dan taswif) sangat dilarang. Al-Qaradhawi menjelaskan bahwa penundaan taubat dapat menyebabkan dampak negatif pada hati seseorang. Dosa yang tidak segera disucikan akan menumpuk dan meninggalkan noda hitam di hati, mengikis keimanan dan ketakwaan. Ibnu Qayyim juga senada dengan pendapat ini, menekankan pentingnya segera bertaubat agar dosa tidak berakar dan merusak jiwa.
Namun, pertanyaan mengenai kapan pintu taubat akan benar-benar tertutup tetap menjadi hal yang penting untuk dijawab. Hadits hasan yang terdapat dalam kitab Habib Ya Riih al-Iimaan karya Khalid Abu Syadi (terjemahan Arif Chasanul Muna dkk) menyebutkan bahwa pintu taubat akan tertutup ketika matahari terbit dari barat. Peristiwa ini, sebagaimana diketahui, merupakan salah satu tanda datangnya hari kiamat.
(Hadits dalam bahasa Arab disertai terjemahan yang akurat dan lugas, bukan terjemahan yang terdapat dalam artikel asli.)
Hadits ini menunjukkan bahwa penutupan pintu taubat dikaitkan dengan peristiwa besar yang menandai akhir zaman. Terbitnya matahari dari barat merupakan tanda yang sangat jelas dan tidak mungkin disangkal, sehingga menjadi penanda yang tepat untuk menutup pintu taubat. Sejumlah hadits shahih lainnya juga mendukung kebenaran hadits ini, menegaskan bahwa setelah matahari terbit dari barat, tidak akan ada lagi kesempatan untuk bertaubat hingga hari kiamat tiba.
Namun, perlu dipahami bahwa hadits ini tidak berarti bahwa Allah SWT akan menutup pintu ampunan secara tiba-tiba. Proses penutupan pintu taubat ini bersifat bertahap dan sesuai dengan kehendak Allah SWT. Allah SWT Maha Pengampun dan Maha Penyayang, dan Dia akan selalu menerima taubat hamba-Nya selama masih ada kesempatan.
Terdapat pula hadits yang menyebutkan bahwa taubat seseorang akan diterima sebelum ajal menjemputnya. Hadits ini, seperti yang dijelaskan dalam Ensiklopedia Hadits Ibadah karya Syamsul Rijal Hamid, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bin Khattab RA:
(Hadits dalam bahasa Arab disertai terjemahan yang akurat dan lugas, bukan terjemahan yang terdapat dalam artikel asli.)
Hadits ini memberikan harapan dan penguatan bagi mereka yang menyesali dosa-dosanya. Allah SWT akan selalu memberikan kesempatan untuk bertaubat, bahkan hingga detik-detik terakhir kehidupan. Namun, hal ini tidak boleh disalahartikan sebagai alasan untuk menunda-nunda taubat. Segera bertaubat merupakan tindakan yang bijak dan menunjukkan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah SWT.
Kesimpulannya, ajaran Islam sangat menekankan pentingnya taubat. Pintu taubat selalu terbuka lebar, memberikan kesempatan bagi setiap muslim untuk kembali kepada jalan yang benar. Namun, kesempatan ini tidaklah tanpa batas. Ketika tanda kiamat berupa terbitnya matahari dari barat tiba, maka pintu taubat akan tertutup. Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya senantiasa bermuhasabah diri, bertaubat dari dosa-dosanya, dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah dan ampunan kepada kita semua. Wallahu a’lam bis-shawab.