Malam ke-15 Rajab, yang dikenal sebagai Nisfu Rajab, kembali menyapa umat Islam. Tahun ini, momentum spiritual tersebut jatuh pada Selasa malam, 14 Januari 2025 Masehi, bertepatan dengan 15 Rajab 1446 Hijriah. Malam Nisfu Rajab, yang oleh sebagian kalangan dianggap sebagai malam istimewa penuh berkah, menawarkan kesempatan emas bagi umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pandangan ini, antara lain, diperkuat oleh pendapat Imam al-Ghazali, ulama besar yang disegani dalam sejarah Islam, yang tertuang dalam kitab monumental karyanya, Ihya ‘Ulumuddin.
Imam al-Ghazali, yang juga dikenal sebagai Hujjatul Islam (Bukti Islam), menetapkan malam Nisfu Rajab sebagai salah satu dari sekian malam-malam mulia yang dianjurkan untuk diistimewakan dengan peningkatan amal ibadah. Dalam pandangan beliau, malam-malam tersebut merupakan jendela kesempatan, waktu yang tepat untuk berinvestasi dalam kehidupan spiritual. Kealpaan dalam memanfaatkan momentum ini, menurut Imam al-Ghazali, akan berakibat pada kerugian besar di sisi akhirat.
Tidak hanya Nisfu Rajab, Imam al-Ghazali menunjuk beberapa malam lain yang memiliki keutamaan serupa. Sebanyak 15 malam sepanjang tahun diyakini memiliki keistimewaan spiritual yang tinggi. Di antaranya adalah lima malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, malam ke-17 Ramadan, malam 1 Muharram, malam 10 Muharram (Asyura), malam pertama bulan Rajab, malam 27 Rajab, malam Nisfu Syaban (15 Syaban), malam Arafah, serta malam-malam Idul Fitri dan Idul Adha. Masing-masing malam tersebut memiliki keutamaan dan keistimewaan tersendiri dalam ajaran Islam.
Anjuran untuk memperbanyak amal ibadah pada malam-malam tersebut bukanlah semata-mata tradisi, melainkan sebuah ajakan untuk mengoptimalkan waktu dan kesempatan yang diberikan Allah SWT. Imam al-Ghazali, dalam Ihya ‘Ulumuddin, dengan tegas menekankan pentingnya tidak menyia-nyiakan momentum ini. Beliau menggunakan analogi "berniaga dalam perkara agama," menunjukkan bahwa amal ibadah yang dilakukan pada waktu-waktu istimewa ini akan menghasilkan pahala yang berlipat ganda. Hal ini sejalan dengan prinsip keutamaan waktu dalam ajaran Islam, di mana waktu-waktu tertentu dianggap lebih mustajab untuk berdoa dan beribadah.
Lalu, apa saja amal ibadah yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam Nisfu Rajab? Sesungguhnya, amal ibadah yang dianjurkan pada malam Nisfu Rajab tidak berbeda jauh dengan amal ibadah yang dianjurkan pada malam-malam lainnya yang memiliki keutamaan. Secara umum, amal-amal tersebut meliputi salat malam (tahajjud), perbanyak dzikir, dan membaca Al-Qur’an. Ketiga amal tersebut merupakan pilar utama dalam meningkatkan kualitas spiritualitas seorang muslim.
Salat malam, atau salat tahajjud, merupakan ibadah sunnah yang memiliki keutamaan luar biasa. Rasulullah SAW sendiri sangat menganjurkan umatnya untuk melaksanakan salat malam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dijelaskan bahwa Rasulullah SAW memulai salat malam dengan dua rakaat yang ringan. Hadits ini, yang memiliki derajat shahih, menunjukkan pentingnya memulai salat malam dengan khusyuk dan tenang, sebelum kemudian menambah rakaat sesuai kemampuan. Hal ini menunjukkan pentingnya kesungguhan dan keikhlasan dalam beribadah.
Selain salat malam, dzikir juga merupakan amalan yang sangat dianjurkan pada malam Nisfu Rajab. Dzikir merupakan bentuk mengingat Allah SWT melalui lisan dan hati. Dengan berdzikir, hati akan menjadi tenang, dan hubungan dengan Allah SWT akan semakin erat. Dzikir dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, baik secara individual maupun berjamaah. Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW juga termasuk dalam amalan dzikir yang dianjurkan.
Membaca Al-Qur’an juga merupakan amalan yang sangat dianjurkan pada malam Nisfu Rajab. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang mengandung berbagai macam hikmah dan petunjuk. Dengan membaca Al-Qur’an, seseorang akan mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Membaca Al-Qur’an juga dapat meningkatkan pemahaman dan keimanan seseorang terhadap ajaran Islam.
Dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, Imam al-Ghazali juga menyebutkan sebuah dzikir khusus yang dianjurkan untuk dibaca setelah salat pada malam Nisfu Rajab. Dzikir tersebut dibaca sebanyak 70 kali. Namun, teks dzikir tersebut dalam kutipan berita tidak terbaca dengan jelas karena penggunaan karakter yang tidak standar. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut untuk memastikan keakuratan dan keasliannya. Penting untuk memastikan keaslian dan keshahihan setiap amalan yang dilakukan agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Terkait dengan salat Rajab yang disebut dalam konteks Ihya ‘Ulumuddin, perlu dijelaskan bahwa sebagian ulama menganggapnya sebagai bid’ah. Hal ini dikarenakan hadits yang menjadi dasar pelaksanaan salat Rajab tersebut dianggap lemah atau bahkan batil oleh para ulama. Oleh karena itu, penting untuk berhati-hati dan senantiasa berpegang teguh pada ajaran Islam yang sahih dan terhindar dari amalan-amalan yang tidak memiliki dasar yang kuat.
Kesimpulannya, malam Nisfu Rajab merupakan momentum yang sangat berharga bagi umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan memperbanyak amal shaleh seperti salat malam, dzikir, dan membaca Al-Qur’an, kita dapat meraih keberkahan dan pahala yang berlimpah. Namun, penting untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran Islam yang sahih dan menghindari amalan-amalan yang tidak memiliki dasar yang kuat. Wallahu a’lam bishawab. Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah kita dan memberikan ampunan serta rahmat-Nya kepada kita semua.