Jakarta, 15 Januari 2025 – Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Ahmad Haikal Hasan, atau yang akrab disapa Babe Haikal, mengungkapkan optimisme yang tinggi terhadap potensi Indonesia untuk menjadi produsen produk halal nomor satu di dunia. Namun, ia menekankan bahwa pencapaian ambisius ini sangat bergantung pada penerapan prinsip "tertib halal" secara menyeluruh di seluruh lini industri halal nasional. Haikal mengaitkan keberhasilan ini secara langsung dengan target pertumbuhan ekonomi nasional yang dicanangkan pemerintah.
Dalam keterangan persnya di Jakarta, Haikal menyatakan, "Jika ekosistem halal kita dari hulu ke hilir tertib halal, saya pastikan cita-cita kita untuk menjadi produsen produk halal nomor satu di dunia akan terwujud. Dan sektor halal kita dipastikan berkontribusi penting dalam menopang target pertumbuhan ekonomi 8% sebagaimana dicanangkan oleh Bapak Presiden Prabowo." Pernyataan tegas ini mencerminkan keyakinan Haikal terhadap potensi ekonomi halal Indonesia yang luar biasa.
Optimisme Haikal bukan tanpa dasar. Data dari State of the Global Economy (SGIE) Report 2023 menunjukkan potensi pasar halal global yang sangat menjanjikan. Pengeluaran konsumen muslim global pada enam sektor ekonomi riil mencapai USD 2,29 triliun pada tahun 2022 dan diproyeksikan melonjak menjadi USD 3,1 triliun pada tahun 2027. Pertumbuhan ini semakin diperkuat oleh sektor keuangan syariah yang berperan sebagai pendorong utama. Aset keuangan syariah pada periode 2021/2022 mencapai USD 3,9 triliun dan diperkirakan akan meningkat hingga USD 5,9 triliun pada 2025/2026.
Indonesia sendiri telah menunjukkan kinerja ekspor produk halal yang mengesankan. Data perdagangan menunjukkan nilai ekspor produk halal Indonesia mencapai USD 41,42 miliar (setara Rp 673,90 triliun) pada periode Januari-Oktober 2024. Lebih menggembirakan lagi, Indonesia berhasil membukukan surplus neraca perdagangan produk halal sebesar USD 29,09 miliar pada periode yang sama. Dominasi sektor makanan olahan dalam ekspor produk halal Indonesia sangat terlihat, dengan nilai ekspor mencapai USD 33,61 miliar. Sektor pakaian muslim juga berkontribusi signifikan dengan nilai ekspor sebesar USD 6,83 miliar, disusul farmasi (USD 612,1 juta) dan kosmetik (USD 362,83 juta).
"Potensi perdagangan produk halal dunia terus meningkat ditandai data yang menunjukkan bahwa angka belanja masyarakat muslim dunia diproyeksikan akan terus meningkat. Dan itu merupakan potensi besar ekonomi halal yang tak boleh kita lewatkan," tegas Haikal. Ia menekankan pentingnya memanfaatkan momentum ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun, Haikal juga mengakui adanya tantangan yang perlu diatasi untuk merealisasikan potensi tersebut. Ia secara eksplisit menyebutkan perlunya "tertib halal" sebagai kunci keberhasilan. Menurutnya, keberhasilan Indonesia dalam mendominasi pasar halal global tidak hanya bergantung pada potensi pasar yang besar, tetapi juga pada kemampuan Indonesia untuk memenuhi standar halal secara konsisten dan menyeluruh. Kurangnya tertib halal, menurut Haikal, menjadi penghambat utama bagi Indonesia untuk mencapai posisi puncak dalam industri halal global.
"Saya jamin kita pasti nomor satu. (Tapi) karena kita belum tertib halal. Kalau kita tertib halal, pasti (peringkat) kita melambung," ujarnya dengan penuh keyakinan, namun juga dengan sentuhan realisme yang mengakui tantangan yang ada.
Untuk mencapai "tertib halal" ini, Haikal menekankan pentingnya penguatan ekosistem halal secara menyeluruh, dari hulu hingga hilir. Hal ini mencakup seluruh pelaku usaha, mulai dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) hingga perusahaan besar. Penguatan ekosistem ini juga harus mencakup berbagai sektor industri, termasuk makanan, minuman, kosmetik, produk kimiawi, biologi, rekayasa genetik, dan barang gunaan.
Haikal menyerukan sinergi dan kolaborasi yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan. Ia menekankan pentingnya peran pemerintah, baik pusat maupun daerah, lembaga terkait, perguruan tinggi, halal center, organisasi masyarakat (ormas), ulama, asatidz, dan tokoh masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang sertifikasi halal. Upaya edukasi dan literasi halal harus ditingkatkan secara massif untuk memastikan seluruh pelaku usaha memahami dan menerapkan standar halal dengan benar.
Tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mencapai "tertib halal" ini cukup kompleks. Hal ini mencakup berbagai aspek, mulai dari penyederhanaan regulasi, peningkatan kapasitas SDM, hingga pengawasan yang efektif. Perlu adanya koordinasi yang kuat antar lembaga pemerintah untuk memastikan konsistensi dan efektivitas penerapan standar halal. Peningkatan kapasitas SDM juga sangat penting untuk memastikan tenaga kerja yang terampil dan kompeten dalam menjalankan proses sertifikasi halal. Sistem pengawasan yang efektif juga diperlukan untuk mencegah praktik kecurangan dan memastikan kualitas produk halal yang beredar di pasaran.
Selain itu, perlu adanya strategi yang komprehensif untuk mendorong partisipasi UMKM dalam industri halal. UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, dan peran mereka dalam industri halal sangat penting. Pemerintah perlu memberikan dukungan dan fasilitasi yang memadai bagi UMKM untuk mendapatkan sertifikasi halal dan meningkatkan daya saing produk mereka di pasar global. Hal ini dapat mencakup program pelatihan, pendampingan, dan akses permodalan.
Kesimpulannya, potensi Indonesia untuk menjadi produsen produk halal nomor satu di dunia sangat besar. Namun, pencapaian ambisius ini sangat bergantung pada komitmen dan kerja keras seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan "tertib halal". Penguatan ekosistem halal secara menyeluruh, peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang sertifikasi halal, serta dukungan yang memadai bagi UMKM merupakan kunci keberhasilan dalam merealisasikan potensi ekonomi halal Indonesia dan mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional. Optimisme Babe Haikal perlu diimbangi dengan aksi nyata dan kerja sama yang solid dari semua pihak untuk mengatasi tantangan yang ada dan meraih posisi terdepan dalam industri halal global.