Sholat Dhuha, amalan sunnah yang dianjurkan dalam Islam, memiliki keutamaan yang luar biasa, salah satunya adalah sebagai perantara kelancaran rezeki. Rasulullah SAW, sepanjang hayatnya, senantiasa melaksanakan sholat Dhuha dan menganjurkan para sahabatnya untuk melakukan hal yang sama. Wasiat ini, yang termaktub dalam berbagai hadits shahih, ditujukan bukan hanya kepada para sahabat, melainkan kepada seluruh umat muslim hingga akhir zaman. Hadits riwayat Abu Hurairah RA, misalnya, menyebutkan wasiat Nabi SAW yang mencakup tiga hal penting: puasa tiga hari setiap bulan, sholat Dhuha dua rakaat, dan sholat Witir sebelum tidur (HR Bukhari dan Muslim). Ketiga amalan ini mencerminkan komitmen Rasulullah SAW terhadap ketaatan dan kedekatan diri kepada Allah SWT.
Waktu pelaksanaan sholat Dhuha sendiri, menurut berbagai literatur fikih, dimulai ketika matahari telah meninggi sekitar sepenggalah – setelah terbit matahari, umumnya sekitar pukul 07.00 – hingga sebelum masuk waktu Dzuhur, saat matahari belum mencapai titik tengah perjalanan di langit. Rentang waktu ini memberikan fleksibilitas bagi umat muslim untuk melaksanakan sholat Dhuha di tengah kesibukan aktivitas harian. Namun, ketepatan waktu pelaksanaan tetap dianjurkan untuk mendapatkan keberkahan yang optimal.
Setelah menunaikan sholat Dhuha, membaca doa merupakan amalan pelengkap yang dianjurkan untuk memperkuat ikhtiar dan memohon ridho Allah SWT. Doa ini, yang lazim dibaca, mengandung permohonan akan kelancaran rezeki dan berbagai bentuk keberkahan lainnya. Berikut teks doa tersebut dalam Bahasa Arab, transliterasi Latin, dan terjemahannya:
Arab:
اللهم إنّ الضحى ضحاك و البهاء بهاؤك و الجمال جمالُك و القوّة قوّتك و القدرة قدرتك و العصمة عصمتك. اللهم إن كان رزقي في السماء فأنزله و إن كان في الأرض فأخرجه و إن كان عسيرًا فيسّره و إن كان حرامًا طهّره و إن كان بعيدًا فقربه بحق ضحاك و بهائك و جمالِك و قوّتك و قدرتك، آتني ما أتيت عبادك الصالحين.
Latin:
Allahumma innaddhuhaa’a duhaa’uka wal bahaa’a bahaa’uka wal jamaala jamaaluka wal quwwata quwwatuka wal-qudrota qudratuka wal ‘ismata ‘ismatuka.
Allaahumma in kaana rizqii fis-samaa’i fa anzilhu, wa in kaana fil ardi fa akhrijhu, wa in kaana mu’assiran fa yassirhu, wa in kaana haraaman fa tahhirhu wa in kaana ba’iidan fa qarribhu bi haqqi duhaa’ika wa bahaa’ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa ataita ‘ibaadakash-shalihiin.
Terjemahan:
"Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, kecantikan adalah kecantikan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu, dan perlindungan adalah perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rezekiku masih di atas langit, turunkanlah; dan jika ada di dalam bumi, keluarkanlah; jika sulit, mudahkanlah; jika haram, sucikanlah; dan jika jauh, dekatkanlah, berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu. Berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh."
Doa ini mengandung makna yang mendalam, yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Pemberi rezeki. Umat muslim diajarkan untuk tidak hanya berikhtiar secara lahir, tetapi juga memohon pertolongan dan keberkahan dari Allah SWT melalui doa dan ibadah. Doa setelah sholat Dhuha ini menjadi salah satu bentuk permohonan tersebut, diiringi dengan keyakinan bahwa Allah SWT Maha Pemurah dan Maha Pengasih.
Keutamaan sholat Dhuha dalam konteks rezeki juga dijelaskan dalam berbagai hadits. Salah satu hadits dari Nu’aim bin Hammar al-Ghothofani meriwayatkan firman Allah SWT, "Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat rakaat sholat di awal siang (di waktu Dhuha), maka Aku akan mencukupimu di akhir siang." Hadits ini menekankan pentingnya konsistensi dalam melaksanakan sholat Dhuha sebagai bentuk ibadah yang dibalas dengan kecukupan rezeki. Kesejahteraan ekonomi bukanlah satu-satunya janji, namun juga sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan.
Hadits lain, yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, bahkan mengaitkan sholat Dhuha dengan keberhasilan peperangan. Rasulullah SAW menyatakan bahwa sholat Dhuha merupakan amalan yang dapat mempercepat kemenangan, melimpahkan harta rampasan perang, dan mempercepat kepulangan pasukan. Analogi ini menunjukkan bahwa sholat Dhuha, selain sebagai ibadah, juga dapat dimaknai sebagai bentuk permohonan pertolongan dan keberkahan dalam segala urusan, termasuk dalam hal pekerjaan dan usaha mencari nafkah. Keberhasilan ini bukan semata-mata karena usaha manusia, melainkan juga berkat pertolongan Allah SWT.
Lebih jauh lagi, keutamaan sholat Dhuha juga dikaitkan dengan janji surga. Hadits dari Tirmidzi dan Ibnu Majah menyebutkan bahwa siapa yang melaksanakan sholat Dhuha sebanyak dua belas rakaat, maka Allah SWT akan membangunkan istana dari emas untuknya di surga. Janji ini menunjukkan betapa besarnya pahala yang akan diterima oleh mereka yang tekun melaksanakan sholat Dhuha. Keutamaan ini menjadi motivasi bagi umat muslim untuk senantiasa istiqomah dalam menjalankan amalan sunnah ini.
Kesimpulannya, sholat Dhuha bukanlah sekadar ibadah sunnah, melainkan amalan yang sarat dengan keutamaan dan keberkahan. Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT, sholat Dhuha juga diyakini dapat melancarkan rezeki, mempermudah urusan, dan bahkan mendapatkan ganjaran berupa istana di surga. Doa setelah sholat Dhuha, yang diiringi dengan keikhlasan dan ketaqwaan, menjadi pelengkap yang sempurna untuk memperkuat permohonan dan harapan akan keberkahan hidup di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, sholat Dhuha dan doa setelahnya patut untuk di amalkan secara rutin sebagai bagian dari upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih keberkahan hidup yang melimpah. Wallahu a’lam bisshawab.