Jakarta, 8 Januari 2025 – Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, mengumumkan terobosan signifikan dalam akses pendidikan dan pengembangan intelektual bagi masyarakat Indonesia. Kerja sama strategis antara Kementerian Agama RI dan Kedutaan Besar Amerika Serikat telah membuahkan hasil berupa pembukaan American Space di kompleks Masjid Istiqlal, Jakarta. Fasilitas ini memberikan akses gratis dan tanpa batas bagi seluruh masyarakat Indonesia terhadap kekayaan perpustakaan digital Amerika Serikat.
Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Menag Nasaruddin Umar di Gedung Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Rabu (8/1/2025). Beliau menekankan pentingnya inisiatif ini sebagai jembatan pengetahuan yang menghubungkan Indonesia dengan pusat-pusat keilmuan global. "Di Istiqlal, kita sudah mendapatkan akses, jadi perpustakaan manapun di Amerika itu bisa dibuka di Istiqlal sekarang ini," tegas Menag, mengungkapkan betapa monumentalnya akses yang kini terbuka bagi para santri, mahasiswa, dan masyarakat umum.
American Space di Masjid Istiqlal bukan sekadar ruang baca digital. Fasilitas ini menawarkan akses komprehensif, meliputi:
-
Akses Gratis ke Perpustakaan Digital AS: Koleksi luas perpustakaan digital Amerika Serikat, mencakup buku-buku, jurnal ilmiah, dan berbagai sumber belajar lainnya, kini dapat diakses secara gratis dan tanpa batasan oleh siapa pun di Indonesia melalui fasilitas ini. Ini merupakan lompatan besar dalam pemerataan akses informasi dan pengetahuan, khususnya bagi mereka yang berada di daerah terpencil atau memiliki keterbatasan ekonomi.
-
Layanan Internet Gratis: Ketersediaan internet berkecepatan tinggi dan stabil menjadi penunjang utama akses ke perpustakaan digital. Fasilitas internet gratis ini memastikan bahwa hambatan akses teknologi tidak lagi menjadi penghalang bagi siapa pun yang ingin memanfaatkan sumber daya American Space.
-
Kursus Bahasa Inggris Gratis: Memahami pentingnya penguasaan bahasa Inggris dalam era globalisasi, American Space juga menyediakan kursus bahasa Inggris gratis dengan pengajar native speaker dari Amerika Serikat. Program ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris para pengguna fasilitas, membuka peluang lebih luas bagi mereka dalam pendidikan, karir, dan interaksi global.
Menag Nasaruddin Umar juga menyoroti dampak positif American Space terhadap peningkatan minat studi di Amerika Serikat, khususnya di kalangan santri. Beliau mengungkapkan peningkatan signifikan dalam jumlah santri yang tertarik mengikuti program pertukaran pelajar dan melanjutkan studi di Amerika. "Banyak sekali anak-anak kita berhasil ke Amerika karena melalui Istiqlal," ujarnya, menunjukkan keberhasilan inisiatif ini dalam membuka jalan bagi generasi muda Indonesia untuk meraih pendidikan berkualitas di tingkat internasional.
"Faktanya tinggi, tinggi banget," tegas Menag, menekankan tren peningkatan minat tersebut. Fenomena ini, menurut beliau, didorong oleh beberapa faktor, di antaranya:
-
Akses Informasi yang Lebih Terbuka di Pesantren: Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah meningkatkan akses informasi di pesantren-pesantren di Indonesia. Para santri kini lebih mudah mengakses informasi mengenai peluang studi di luar negeri, termasuk di Amerika Serikat.
-
Kesadaran akan Peluang Studi Islam dan Ilmu Pengetahuan Lainnya: Meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendidikan global dan peluang studi Islam di luar negeri telah mendorong para santri untuk mempertimbangkan studi di Amerika Serikat. Amerika Serikat, menurut Menag, bukan hanya menawarkan program studi umum, tetapi juga menjadi pusat studi Islam yang penting.
Menag Nasaruddin Umar secara khusus menekankan peran Amerika Serikat sebagai pusat studi Islam yang terkemuka. "Pusat-pusat studi Islam di Amerika itu banyak sekali. Profesor-profesor muslim terkemuka juga ada di sana, bahkan jago-jago tafsir juga ada di Amerika," ungkap Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut. Pernyataan ini membantah anggapan sempit bahwa pusat studi Islam hanya terpusat di Timur Tengah.
Lebih jauh, Menag juga menyoroti perkembangan jurusan-jurusan canggih di Amerika Serikat, khususnya di bidang kecerdasan buatan (AI) yang terkait dengan studi keislaman. Beliau melihat perubahan lanskap intelektual global yang menuntut pendekatan yang lebih inklusif dan tidak terbatas pada wilayah geografis tertentu. "Bahkan, AI yang berkaitan dengan Islam malah justru adanya di Amerika lebih banyak," imbuhnya, menunjukkan betapa pentingnya memanfaatkan kemajuan teknologi di Amerika Serikat untuk pengembangan studi keislaman.
Menag Nasaruddin Umar berharap American Space di Masjid Istiqlal dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Indonesia. Beliau menekankan pentingnya memanfaatkan peluang ini untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. "Geo-intelektual sekarang ini sudah berubah. Kita harus memanfaatkan setiap peluang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia kita," tukasnya, mengajak masyarakat untuk secara aktif memanfaatkan fasilitas ini sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas hidup dan kemajuan bangsa.
Pembukaan American Space di Masjid Istiqlal bukan hanya sekadar kerja sama antar negara, tetapi juga representasi dari komitmen bersama dalam memajukan pendidikan dan pengetahuan. Inisiatif ini menunjukkan bahwa kolaborasi internasional dapat menjadi katalis perubahan positif, membuka akses ke sumber daya global bagi masyarakat Indonesia dan memperkuat posisi Indonesia dalam kancah intelektual global. Langkah ini diharapkan dapat menginspirasi kerja sama serupa di masa mendatang, menciptakan lebih banyak peluang bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia dan memperkuat posisi Indonesia di dunia. American Space di Masjid Istiqlal menjadi simbol nyata dari globalisasi intelektual yang inklusif dan bermanfaat bagi kemajuan bangsa.