Masjid Nurul Iman Blok M Square, bertengger megah di atas pusat perbelanjaan Blok M Square, Jakarta, bukan sekadar tempat ibadah. Bangunan megah ini merupakan simbol unik perpaduan antara modernitas dan spiritualitas, menawarkan ruang ibadah yang luas dan nyaman di tengah jantung kota yang selalu ramai. Keberadaannya, yang mampu menampung hingga 14.000 jemaah, merupakan buah dari perjuangan panjang dan proses pembangunan yang penuh dinamika, seperti yang dikisahkan oleh Ketua Marbot Masjid, Astiwar, yang akrab disapa Pak As.
Kisah berdirinya Masjid Nurul Iman tak lepas dari tragedi kebakaran Pasar Jaya Blok M pada tahun 2006. Kejadian tersebut menjadi titik balik yang mendorong pembangunan kembali tempat ibadah yang lebih layak bagi masyarakat sekitar. "Setelah kebakaran, dibangunlah penampungan sementara," ujar Pak As saat ditemui di lokasi beberapa waktu lalu. "Kemudian, pengembang memutuskan untuk membangun satu blok besar, termasuk masjid di atasnya."
Namun, perjalanan menuju terwujudnya masjid megah ini tidaklah mudah. Proses negosiasi dengan pihak pengelola gedung mengalami berbagai kendala. "Tahun 2009 pembangunan selesai. Agak rumit. Sebelumnya sudah ada perjanjian dengan pengurus. Pihak gedung agak keberatan memberikan ruang yang lebih besar untuk masjid. Jadi, pengurus masjid sempat kesulitan mendapatkan lahan yang sesuai," jelas Pak As.
Tantangan tersebut memaksa pengurus masjid untuk berupaya lebih keras. Mereka harus berjuang mendapatkan izin pembangunan dari pemerintah daerah. "Pengurus masjid mengajukan permohonan langsung ke Gubernur DKI Jakarta saat itu, Bapak Fauzi Bowo," lanjut Pak As. "Prosesnya panjang, kami datang ke Balai Kota, ke Departemen Agama, namun belum ada titik terang. Akhirnya, kami menghadap langsung Gubernur. Berkat komitmen awal untuk membangun masjid, akhirnya izin pembangunan turun dan masjid dibangun di lantai paling atas gedung."
Pembangunan Masjid Nurul Iman dilakukan secara bertahap. Awalnya, masjid hanya memiliki fasilitas dasar. Proses penyempurnaan, termasuk pemasangan ornamen dan penambahan fasilitas, berlangsung bertahap hingga bertahun-tahun kemudian. "Awalnya karpet saja belum semuanya terpasang, plafon masih kosong. Renovasi dan penambahan fasilitas dilakukan secara bertahap hingga sekarang," kata Pak As.
Pada tahap awal, Masjid Nurul Iman dirancang sebagai masjid sederhana untuk memenuhi kebutuhan jemaah harian. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah jemaah terus meningkat, terutama saat penyelenggaraan kajian-kajian besar, khususnya kajian rutin Sabtu yang menghadirkan penceramah ternama seperti Ustaz Khalid Basalamah.
"Kajian Ustaz Khalid Basalamah selalu ramai. Sampai-sampai jemaah tidak muat di dalam masjid dan kami harus memasang tenda di area belakang," ungkap Pak As. Meningkatnya jumlah jemaah ini mendorong pengurus masjid untuk melakukan perluasan area. Pada tahun 2016, sebagian area parkir dialihfungsikan untuk memperluas ruang ibadah, termasuk penambahan ruang di area belakang masjid.
Perluasan ini secara signifikan meningkatkan kapasitas masjid. "Dulu, masjid hanya mampu menampung sekitar 6.000 jemaah. Namun, saat kajian besar, seperti kajian Sabtu, masjid ini mampu menampung hingga 12.000 sampai 14.000 jemaah, dengan memanfaatkan semua ruangan yang tersedia," jelas Pak As.
Salah satu ciri khas Masjid Nurul Iman Blok M Square adalah fokusnya pada kajian-kajian yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits. Pengurus masjid berkomitmen untuk memastikan materi kajian yang disampaikan selaras dengan ajaran Islam yang murni dan sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW. "Kami selalu memastikan bahwa materi kajian yang disampaikan di sini sesuai dengan contoh-contoh yang dicontohkan oleh Rasulullah," tegas Pak As.
Demi kenyamanan jemaah, Masjid Nurul Iman terus berbenah dan meningkatkan fasilitas. Kini, masjid dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC), akses internet, dan sistem kamera pengawas canggih untuk mendukung berbagai kegiatan, termasuk dakwah online melalui media sosial seperti Instagram dan YouTube. Informasi mengenai jadwal kajian dan kegiatan masjid lainnya diinformasikan secara terjadwal melalui media sosial tersebut.
Selain kegiatan keagamaan, Masjid Nurul Iman juga aktif dalam kegiatan sosial, seperti santunan anak yatim yang dilakukan setiap Jumat. Keberadaan masjid ini juga menjadi pusat kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti penyelenggaraan buka puasa bersama selama bulan Ramadan dan penggalangan dana untuk kegiatan amal.
Lokasi strategis Masjid Nurul Iman di atas Blok M Square membuatnya mudah diakses oleh berbagai kalangan, mulai dari pedagang hingga pengunjung mal. Desain arsitektur masjid yang terinspirasi dari Masjid Nabawi di Madinah memberikan nuansa khas Timur Tengah yang menambah keindahan dan kekhusyukan tempat ibadah ini.
Masjid Nurul Iman telah menjadi ikon religi di Jakarta. Setiap hari, masjid ini selalu ramai dikunjungi jemaah untuk melaksanakan salat lima waktu dan mengikuti kajian-kajian yang diselenggarakan setelah salat. Pada akhir pekan, kajian-kajian tersebut diisi oleh para ustadz dan penceramah ternama.
Salah seorang jemaah, Dyan, mengungkapkan rasa nyamannya beribadah di Masjid Nurul Iman. "Alhamdulillah, tempatnya adem sekali karena berada di lantai paling atas mal. Jadi, ibadah tidak terganggu cuaca panas yang sering tidak menentu di Jakarta," ujarnya. Ia juga memuji keramahan dan ketertiban jemaah dalam melaksanakan salat. "Orang-orang di sini ramah sekali dalam mengatur barisan shaf, tidak ada yang memaksa, hanya mengarahkan dengan baik," tambahnya.
Masjid Nurul Iman Blok M Square bukan hanya sekadar bangunan megah, melainkan representasi dari semangat keimanan dan kebersamaan masyarakat. Perjuangan panjang dalam pembangunannya menjadi bukti nyata dedikasi dan komitmen untuk menyediakan tempat ibadah yang layak dan nyaman bagi seluruh jemaah, sekaligus menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Keberadaannya di tengah hiruk pikuk Jakarta menjadi oase spiritualitas, menawarkan kedamaian dan ketenangan bagi siapa pun yang memasukinya.