Yerusalem Timur – Situasi di kompleks Masjid Al-Aqsa kembali memanas menyusul laporan otoritas Palestina tentang peningkatan dramatis serangan pemukim Israel selama bulan Desember 2024. Data yang dirilis Kementerian Waqaf Palestina menunjukkan angka yang mengkhawatirkan: sebanyak 22 insiden penyusupan pemukim Israel ke situs suci umat Islam tersebut tercatat dalam kurun waktu satu bulan. Peristiwa ini bukan sekadar insiden sporadis, melainkan indikasi nyata dari sebuah strategi terencana untuk mengubah status quo dan menguasai kompleks Masjid Al-Aqsa.
Pernyataan resmi Kementerian Waqaf mengecam keras tindakan pemukim Israel yang dilakukan di bawah perlindungan aparat keamanan Israel. Pernyataan tersebut menuduh pasukan keamanan Israel turut serta dalam pelanggaran ini, dengan secara aktif menghalangi tugas penjaga masjid, membatasi akses jemaah muslim, serta melakukan penangkapan dan penggeledahan secara sewenang-wenang. Kehadiran polisi Israel yang seharusnya menjaga keamanan dan ketertiban justru dinilai sebagai fasilitator bagi aksi provokatif para pemukim. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai komitmen Israel terhadap perjanjian internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menekankan pentingnya menjaga status quo di tempat-tempat suci di Yerusalem Timur.
Puncak dari eskalasi ini ditandai dengan kunjungan sejumlah menteri kabinet Israel yang berasal dari sayap kanan ekstrim ke kompleks Masjid Al-Aqsa. Kunjungan-kunjungan ini, yang secara terang-terangan dilakukan sebagai bentuk demonstrasi kekuatan dan penegasan klaim atas situs tersebut, telah memicu kecaman internasional yang meluas.
Salah satu insiden yang paling menonjol adalah kunjungan Menteri Komunikasi Israel, Shlomo Karhi, pada Minggu, 29 Desember 2024. Didampingi oleh sekelompok pemukim, Karhi menerobos masuk ke lokasi yang menjadi titik api konflik, dan melakukan ritual keagamaan Yahudi di salah satu terowongan di bawah Tembok Barat (Tembok Al-Buraq). Aksi ini semakin memperburuk situasi yang sudah tegang, mengingat Tembok Barat sendiri merupakan tempat suci bagi umat Yahudi, dan kedekatannya dengan Masjid Al-Aqsa selalu menjadi sumber potensi konflik.
Tiga hari sebelumnya, Kamis, 26 Desember 2024, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, juga melakukan kunjungan yang sama kontroversial ke kompleks Masjid Al-Aqsa. Ben-Gvir, yang dikenal karena pandangannya yang ultranasionalis dan anti-Palestina, secara terbuka menyatakan bahwa kunjungannya bertujuan untuk berdoa bagi keselamatan tentara Israel. Ia bahkan mengunggah foto dirinya di media sosial X dengan latar belakang Masjid Al-Aqsa, sebuah tindakan yang dianggap sebagai provokasi dan penghinaan oleh banyak pihak. Keterangan foto yang diunggah Ben-Gvir, yang berisi doa untuk keselamatan tentara Israel dan "kemenangan penuh dengan pertolongan Tuhan," menunjukkan niat politik di balik kunjungan tersebut, melebihi sekadar kegiatan ibadah pribadi.
Aksi para menteri Israel ini bukan hanya pelanggaran terhadap kesucian tempat ibadah umat Islam, tetapi juga merupakan tindakan yang secara terang-terangan mengabaikan perasaan dan hak-hak warga Palestina. Kunjungan-kunjungan ini, yang dilakukan di tengah peningkatan tensi politik dan keamanan, dianggap sebagai upaya untuk mengubah status quo historis di Masjid Al-Aqsa, yang selama ini diakui sebagai tempat suci bagi umat Islam.
Kecaman internasional pun membanjiri aksi para menteri Israel tersebut. Palestina, sebagai pihak yang paling langsung terdampak, mengecam keras tindakan tersebut sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan penghinaan terhadap kesucian agama Islam. Yordania, yang memiliki peran khusus sebagai penjaga situs suci di Yerusalem Timur berdasarkan perjanjian perdamaian dengan Israel, juga turut mengecam keras aksi tersebut. Negara-negara Arab lainnya turut bersuara, mengutuk keras tindakan Israel yang dianggap sebagai penodaan tempat suci umat Islam dan ancaman serius bagi perdamaian regional.
Masjid Al-Aqsa, yang merupakan tempat suci ketiga bagi umat Islam setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah, memiliki arti penting yang mendalam bagi umat Islam di seluruh dunia. Sementara umat Yahudi menyebut tempat tersebut sebagai Temple Mount, dan menganggapnya sebagai lokasi dua kuil Yahudi pada zaman kuno, status quo historis yang telah berlangsung selama bertahun-tahun mengakui hak eksklusif umat Islam untuk beribadah di kompleks tersebut. Upaya Israel untuk mengubah status quo ini telah memicu ketegangan dan konflik selama bertahun-tahun, dan tindakan para menteri Israel tersebut semakin memperburuk situasi yang sudah rapuh.
Insiden ini bukan hanya masalah keagamaan, tetapi juga masalah politik dan keamanan yang berdampak luas. Peningkatan serangan pemukim Israel di bawah perlindungan aparat keamanan Israel menunjukkan adanya pola sistematis yang bertujuan untuk menguasai kompleks Masjid Al-Aqsa dan mengubah status quo. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi eskalasi konflik yang lebih besar, yang dapat mengancam stabilitas regional dan internasional.
Peristiwa ini juga menyoroti kegagalan komunitas internasional dalam menekan Israel untuk menghormati hukum internasional dan resolusi PBB terkait Yerusalem Timur. Ketidakmampuan untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Israel telah mendorong Israel untuk semakin berani dalam melakukan tindakan provokatif. Keberadaan mekanisme internasional yang lemah dan kurang efektif dalam menegakkan hukum internasional menjadi salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya eskalasi konflik.
Perlu adanya tekanan internasional yang lebih kuat dan terkoordinasi untuk menghentikan tindakan provokatif Israel dan melindungi kesucian Masjid Al-Aqsa. Komunitas internasional harus mendesak Israel untuk menghormati status quo historis di kompleks Masjid Al-Aqsa dan memastikan keamanan dan kebebasan beribadah bagi umat Islam. Kegagalan untuk bertindak akan hanya akan semakin memperburuk situasi dan meningkatkan risiko konflik yang lebih besar. Dunia internasional harus mengirimkan pesan yang jelas dan tegas bahwa pelanggaran terhadap tempat-tempat suci dan penghinaan terhadap keyakinan agama tidak akan ditoleransi. Hanya dengan tekanan internasional yang kuat dan terkoordinasi, perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut dapat terwujud. Ke depan, pemantauan ketat dan respons internasional yang cepat dan tegas terhadap setiap pelanggaran yang terjadi di kompleks Masjid Al-Aqsa menjadi sangat krusial untuk mencegah eskalasi konflik yang lebih besar dan melindungi kesucian tempat suci tersebut.