Pergantian tahun, baik Hijriyah maupun Masehi, kerap diiringi dengan tradisi membaca doa. Praktik ini mencerminkan syukur atas berkah yang diterima sepanjang tahun yang lalu dan sekaligus permohonan perlindungan serta keberkahan di tahun yang akan datang. Namun, di tengah maraknya berbagai bacaan doa yang beredar, penting untuk memahami landasan syariat dan konteks spiritual di balik tradisi ini.
Landasan Doa dalam Islam:
Ajaran Islam sangat menekankan pentingnya berdoa. Allah SWT berfirman dalam Al-Mu’min ayat 60: "وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ" (Artinya: Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina"). Ayat ini menegaskan pentingnya hubungan hamba dengan Tuhannya melalui doa, serta janji Allah untuk mengabulkan doa hamba-Nya yang ikhlas. Doa bukanlah sekadar ritual, melainkan bentuk permohonan, syukur, dan pengakuan atas ketergantungan manusia kepada Sang Pencipta.
Doa Akhir Tahun: Suatu Refleksi dan Pengharapan:
Tradisi membaca doa akhir tahun, yang umumnya dilakukan setelah sholat Ashar atau sebelum Maghrib, merupakan refleksi atas perjalanan spiritual dan kehidupan sepanjang tahun yang telah berlalu. Doa ini menjadi sarana untuk memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat, serta mengucapkan syukur atas segala nikmat dan karunia yang telah diterima. Buku "Kalender Ibadah Sepanjang Tahun" karya Ustadz Abdullah Faqih Ahmad Abdul Wahid, misalnya, menyebutkan bahwa membaca doa akhir tahun diyakini dapat melindungi seseorang dari godaan setan dan menghapus dosa-dosa yang telah dilakukan.
Salah satu bacaan doa akhir tahun yang populer, berdasarkan rujukan kitab Maslakul Akhyar karya Habib Utsman bin Yahya, berbunyi (teks Arab dan latin telah dihilangkan karena potensi kesalahan dalam transliterasi dan untuk menjaga keaslian teks Arab): (Terjemahan): "Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang—sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu—sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat—sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah kau membuatku putus asa. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah."
Doa ini menunjukkan kesadaran akan kelemahan manusia dan kekuasaan Allah SWT. Ia mengajak untuk merenungkan perbuatan sepanjang tahun, memisahkan antara perbuatan yang diridhai dan yang tidak diridhai Allah, serta memohon ampunan dan petunjuk di masa yang akan datang.
Doa Awal Tahun: Permohonan Berkah dan Perlindungan:
Sebagaimana doa akhir tahun, doa awal tahun juga merupakan tradisi yang dilakukan untuk menyambut tahun baru dengan penuh harapan dan permohonan berkah. Doa ini berisi permohonan agar tahun yang akan datang dipenuhi dengan keberkahan, perlindungan dari segala marabahaya, dan kekuatan untuk menjalani hidup dengan lebih baik.
Salah satu contoh bacaan doa awal tahun (teks Arab dan latin telah dihilangkan karena potensi kesalahan dalam transliterasi dan untuk menjaga keaslian teks Arab): (Terjemahan): "Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan."
Doa ini menunjukkan pengakuan atas kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, serta permohonan pertolongan dan bimbingan untuk menjalani hidup di tahun yang baru. Ia juga mengajak untuk berhati-hati terhadap godaan setan dan nafsu yang dapat menghalangi jalan menuju kebaikan.
Hukum Membaca Doa Akhir dan Awal Tahun:
Dari perspektif fiqih, buku "Fiqih Do’a dan Dzikir Jilid 1" karya Syaikh Abdurrazaq Bin Abdul Muhsin Al-Badr menjelaskan bahwa doa merupakan ibadah. Ibadah yang sah harus didasarkan pada taufiq (petunjuk ilahi) dan ittiba’ (mengikuti sunnah Nabi SAW), bukan hawa nafsu atau ibtida’ (mengada-ada).
Tidak ada dalil khusus dalam sunnah Nabi Muhammad SAW yang secara eksplisit menyebutkan doa khusus untuk akhir dan awal tahun Masehi. Doa-doa yang beredar, termasuk yang terdapat dalam kitab Maslakul Akhyar dan Majmu’ Syarif, merupakan himpunan doa umum yang dapat dibaca kapan saja. Oleh karena itu, membaca doa akhir dan awal tahun, baik Hijriyah maupun Masehi, diperbolehkan, asalkan tidak diyakini sebagai sunnah Nabi SAW yang khusus untuk momen tersebut. Yang penting adalah niat dan keikhlasan dalam berdoa, memahami makna doa tersebut, dan menjadikan doa sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Kesimpulan:
Tradisi membaca doa akhir dan awal tahun merupakan refleksi spiritual yang berharga. Doa ini memberikan kesempatan untuk merenungkan perjalanan hidup, memohon ampunan, dan mengharapkan berkah di masa yang akan datang. Namun, penting untuk memahami konteks syariat dan tidak meyakini doa-doa tertentu sebagai sunnah yang harus dilakukan. Yang terpenting adalah keikhlasan dan kesadaran akan kekuasaan Allah SWT dalam menentukan jalan hidup setiap manusia. Doa sebaiknya dijadikan sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari, bukan hanya pada saat-saat pergantian tahun saja. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan keberkahan kepada kita semua.