Jakarta – Dalam khazanah Islam, terdapat amalan yang dianggap paling mulia di sisi Allah SWT dan paling bermanfaat bagi manusia: zikir. Amalan ini, yang Rasulullah SAW sendiri rekomendasikan kepada para sahabatnya, diyakini mampu mengangkat derajat seseorang di dunia dan akhirat. Keutamaan zikir ini telah diabadikan dalam berbagai hadis dan ayat Al-Qur’an, menempatkannya sebagai pondasi spiritual yang kokoh bagi kehidupan seorang muslim.
Hadis riwayat Tirmidzi dari Abu Darda’ menjelaskan keistimewaan zikir dengan kalimat yang lugas dan penuh makna: "Maukah kalian aku beritahukan tentang amalan yang paling baik, paling suci di sisi Tuhanmu, paling dapat mengangkat derajatmu, yang lebih baik bagimu daripada infak emas dan perak, dan lebih baik bagimu daripada jika kalian menjumpai musuh lalu kalian tebas leher-leher mereka atau mereka memenggal leher-leher kalian?" Para sahabat menjawab, "Baiklah." Rasulullah SAW kemudian bersabda, "Berzikirlah kepada Allah."
Hadis ini, yang termaktub dalam Sunan Tirmidzi, kitab ad-Da’awat an Rasulillah, menempatkan zikir pada posisi yang sangat terhormat. Bukan sekadar amalan biasa, zikir melebihi nilai sedekah harta benda yang berlimpah, bahkan melebihi pahala jihad fi sabilillah yang penuh risiko. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya zikir dalam perspektif Islam.
Penjelasan lebih lanjut mengenai keutamaan zikir dapat ditemukan dalam berbagai literatur keagamaan. Buku "Keutamaan Doa dan Dzikir untuk Hidup Bahagia Sejahtera" karya M. Khalilurrahman al Mahfani, misalnya, mengungkapkan bahwa zikir kepada Allah SWT (termasuk doa) merupakan amalan utama di sisi-Nya. Zikir, menurut buku tersebut, merupakan jembatan komunikasi langsung antara hamba dengan Tuhannya. Kapan pun dan di mana pun, seorang hamba dapat berkomunikasi dengan Allah SWT melalui zikir, merasakan kedekatan, perlindungan, dan pengawasan ilahi.
Pendapat ini diperkuat oleh ulama terkemuka, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, dalam kitabnya "Fawaaidul Adzakaar". Dalam kitab yang diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al-Kattani dan Budi Musthafa, Ibnu Qayyim menukil pendapat Ibnu Zaid dan Qatadah yang menyatakan bahwa zikir kepada Allah SWT adalah amalan yang paling agung di antara segala amalan. Pendapat ini, sebagaimana telah disebutkan, diperkuat oleh hadis riwayat Tirmidzi tersebut.
Ibnu Abi ad-Dunya juga mencatat sebuah hadis dari Ibnu Abbas yang menguatkan hal ini. Ketika ditanya tentang amalan paling utama, Ibnu Abbas menjawab, "Zikir kepada Allah lebih besar dari seluruh perkara." Kesaksian para ulama besar ini menunjukkan konsensus yang kuat mengenai keutamaan zikir dalam ajaran Islam.
Al-Qur’an sendiri juga memuat ayat-ayat yang menekankan pentingnya zikir dan hubungannya dengan rahmat Allah SWT. Salah satu ayat yang relevan adalah Al-Baqarah ayat 152: "Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku." Ayat ini menunjukkan hubungan timbal balik antara zikir hamba dan dzikir Allah SWT. Ibnu Qayyim menafsirkan bahwa dzikir Allah SWT kepada hamba-Nya memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada zikir hamba kepada Allah SWT. Ini menunjukkan betapa besarnya perhatian dan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya yang senantiasa mengingat-Nya.
Selain hadis riwayat Tirmidzi, terdapat pula hadis lain yang menjelaskan keutamaan zikir tertentu. Ibnu Rajab, ulama terkemuka dari Baghdad yang hidup pada abad ke-14, dalam kitabnya "Jamiul Ulum wal Hikam fi Syarhi Haditsi Sayyidil Arab wal Ajm" (yang diterjemahkan oleh Fadhli Bahri), mengungkapkan hadis tentang zikir yang berfungsi sebagai benteng perlindungan dari godaan setan. Zikir ini juga diyakini mampu menghapus dosa, menambah kebaikan, dan bahkan setara dengan membebaskan budak.
Hadis riwayat Abu Hurairah RA tersebut menyebutkan bahwa barangsiapa mengucapkan kalimat "Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalahu, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syain qadiiru" (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tanpa sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan, bagi-Nya pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu) sebanyak seratus kali, maka pahalanya setara dengan membebaskan sepuluh budak, menuliskan seratus kebaikan, menghapus seratus kesalahan, dan menjadi benteng perlindungan dari godaan setan sepanjang hari.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim, Imam Ahmad, Imam Malik, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, menunjukkan kesahihan dan keteguhan hadis tersebut. Kalimat zikir ini, yang pendek namun sarat makna, merupakan benteng pertahanan spiritual yang kuat bagi setiap muslim yang mengamalkannya.
Kesimpulannya, zikir merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Keutamaannya yang luar biasa, yang melebihi sedekah harta dan bahkan jihad, ditegaskan baik dalam hadis maupun Al-Qur’an. Zikir bukan hanya sekadar pengulangan kalimat, tetapi merupakan bentuk ibadah yang menghubungkan hamba dengan Tuhannya, menumbuhkan keimanan, dan memberikan perlindungan dari godaan setan. Dengan mengamalkan zikir secara konsisten, seorang muslim dapat meraih derajat yang tinggi di sisi Allah SWT dan mendapatkan keberkahan hidup di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk senantiasa meluangkan waktu untuk berzikir kepada Allah SWT, menjadikan zikir sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Semoga uraian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang keutamaan zikir dan memotivasi kita semua untuk senantiasa mengamalkannya.