Setiap muslim mendambakan surga, tempat kebahagiaan abadi yang dijanjikan Allah SWT bagi hamba-Nya yang taat dan beramal saleh. Namun, perjalanan menuju surga bukanlah tanpa rintangan. Banyak hal, baik sifat tercela maupun perbuatan dosa, yang tanpa disadari dapat menghalangi seseorang meraih janji surgawi tersebut. Berikut ini uraian mendalam mengenai lima rintangan utama yang perlu dipahami dan dihindari oleh setiap muslim dalam perjalanan spiritualnya.
1. Kesombongan: Dinding Pembatas antara Manusia dan Sang Khalik
Kesombongan merupakan penghalang utama menuju surga. Sifat tercela ini membangun tembok tebal antara akhlak mulia dan kewajiban agama, menghalangi seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Buku "Akhlak Tasawuf" karya Muhamad Afif Bahaf menjelaskan dua sisi buruk kesombongan.
Pertama, dari sisi hakikat, kesombongan, kebesaran, dan kemegahan hanya milik Allah SWT semata. Manusia, sebagai makhluk ciptaan-Nya, senantiasa memiliki kelemahan, kebodohan, dan kehinaan. Merasa besar dan sombong adalah bentuk penolakan terhadap hakikat keberadaan manusia yang fana di hadapan keagungan Tuhan.
Kedua, kesombongan mendorong ketidaktaatan kepada Allah SWT. Seseorang yang sombong cenderung menolak dan mengingkari kebenaran yang disampaikan oleh orang lain, bahkan jika kebenaran itu datang dari sesama hamba Allah. Sikap angkuh dan merasa paling benar ini menutup pintu hati untuk menerima petunjuk dan hidayah ilahi.
Allah SWT berfirman dalam Surah Az-Zumar ayat 72: "(Dikatakan kepada mereka), ‘Masuklah pintu-pintu (neraka) Jahanam (untuk tinggal) di dalamnya selama-lamanya!’ Maka, (neraka Jahanam) itu seburuk-buruk tempat tinggal bagi orang-orang yang takabur." Ayat ini dengan tegas menggambarkan konsekuensi dari kesombongan, yaitu penghuni neraka Jahanam yang abadi.
Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim semakin memperkuat hal ini: "Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari sombong. Dan tidak akan masuk neraka orang yang dalam hatinya seberat biji sawi dari keimanan." Hadits ini menekankan betapa seriusnya dampak kesombongan, bahkan sedikit saja rasa sombong dalam hati dapat menghalangi pintu surga. Sebaliknya, sedikit saja iman dalam hati dapat menyelamatkan seseorang dari neraka. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya introspeksi diri dan senantiasa menjaga kerendahan hati.
2. Utang: Beban yang Menghambat Perjalanan Menuju Surga
Utang, baik besar maupun kecil, merupakan beban yang dapat menghambat perjalanan menuju surga. Buku "1500+ Hadits dan Sunnah Pilihan" yang disusun oleh Puspa Swara mencatat sebuah riwayat dari Muhammad bin Abdullah bin Jahsy tentang peristiwa yang dialami Rasulullah SAW. Suatu ketika, beliau sedang berada di dekat jenazah yang akan dimakamkan. Beliau mengangkat wajah ke langit, kemudian menunduk, dan meletakkan tangan di kening seraya berdoa, "Subhaanallaah, subhaanallaah (Mahasuci Allah, Mahasuci Allah). Tiada diturunkan sesuatu yang berat sampai besok pagi."
Para sahabat bertanya tentang maksud "sesuatu yang berat" tersebut. Rasulullah SAW menjawab, "Utang." Beliau menambahkan, "Demi Tuhan yang memegang diriku, sekiranya seseorang terbunuh di jalan Allah, kemudian ia hidup kembali dan terbunuh lagi, namun ia memiliki utang, maka ia tidak akan masuk surga sebelum utangnya itu dilunasi." (HR An-Nasa’i, Ath-Thabrani, dan Al-Hakim)
Riwayat ini menunjukkan betapa seriusnya masalah utang dalam perspektif Islam. Bahkan pahala syahid, yang merupakan kematian mulia di jalan Allah, tidak dapat menghapuskan dosa utang. Ini menekankan pentingnya kejujuran dan tanggung jawab dalam urusan finansial. Menghindari utang yang tidak perlu dan melunasi utang yang ada merupakan kewajiban moral yang harus dipenuhi setiap muslim.
Hadits lain dari Abdullah bin ‘Amr RA yang diriwayatkan oleh Muslim juga menegaskan, "Semua dosa orang yang mati syahid diampuni, kecuali utang." Pernyataan ini semakin memperkuat pentingnya melunasi utang sebelum ajal menjemput.
3. Minuman Keras (Khamar): Jalan Menuju Keburukan dan Permusuhan
Minuman keras atau khamar merupakan rintangan besar menuju surga. Buku "Jangan Baca Buku Ini jika Belum Ingin Tobat" karya Ustadzah Umi A. Khalil menjelaskan bahwa khamar adalah alat tipu daya setan yang menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara manusia. Ketika mabuk, seseorang kehilangan kesadaran dan rasionalitas, sehingga berpotensi melakukan tindakan buruk seperti zina, pembunuhan, dan kejahatan lainnya.
Surah Al-Maidah ayat 90-91 dengan tegas melarang minuman keras: "(Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan) termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung. Sesungguhnya setan hanya bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu melalui minuman keras dan judi serta (bermaksud) menghalangi kamu dari mengingat Allah dan (melaksanakan) salat, maka tidakkah kamu mau berhenti?)"
Rasulullah SAW juga bersabda, "Pecandu khamar seperti penyembah berhala." (HR Ibnu Majah) Hadits ini menunjukkan kesamaan antara pecandu khamar dan penyembah berhala, keduanya sama-sama melakukan perbuatan syirik dan menjauhkan diri dari Allah SWT.
Hadits lain dari Abu Darda’ menyebutkan, "Pecandu khamar tidak akan masuk surga." (HR Ibnu Majah) Pernyataan ini sangat tegas dan menekankan larangan mengonsumsi khamar bagi siapapun yang ingin meraih surga. Rasulullah SAW juga bersabda, "Khamar adalah induk berbagai macam kerusakan. Barang siapa yang meminumnya, salatnya selama 40 hari tidaklah diterima. Jika ia mati dalam keadaan minum khamar masih di perutnya, berarti ia mati seperti matinya orang jahiliah." (HR Ath-Thabarani) Hadits ini menggambarkan dampak buruk khamar terhadap ibadah dan akhirat.
4. Durhaka kepada Orang Tua: Dosa Besar yang Disegerakan Siksanya
Durhaka kepada orang tua merupakan dosa besar yang disegerakan siksanya. Buku "Dosa Besar Kecil yang Terabaikan Penyebab Siksa Azab Kubur yang Pedih" susunan Nur Aisyah Al-Bantany mencatat riwayat Shahih Bukhari dan Shahih Muslim yang menyebutkan sabda Rasulullah SAW: "Maukah aku beritahu kalian tentang dosa besar yang paling besar? Yakni menyekutukan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan durhaka kepada kedua orang tua."
Dalam riwayat yang sama, Rasulullah SAW bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang durhaka (kepada kedua orang tua), orang yang menyebut-nyebut kebaikannya, dan yang kecanduan khamra." (HR Bukhari dan Muslim) Hadits ini menempatkan durhaka kepada orang tua sebagai dosa besar yang sejajar dengan syirik.
Rasulullah SAW juga bersabda, "Allah SWT melaknat orang yang durhaka kepada orang tua." Beliau juga bersabda, "Allah SWT melaknat orang-orang yang mencaci bapaknya. Allah SWT melaknat orang yang mencaci ibunya." (HR Ibnu Hibban) Laknat Allah SWT merupakan hukuman yang sangat berat.
Hadits lain dari Hakim yang diriwayatkan dari Abu Bakar menyebutkan, "Semua dosa ditunda (siksanya) oleh Allah SWT semau-Nya hingga hari Kiamat kecuali durhaka kepada orang tua. Sesungguhnya dosa durhaka disegerakan (siksanya) bagi pelakunya." Hadits ini menekankan bahwa hukuman untuk durhaka kepada orang tua tidak ditunda hingga hari kiamat, melainkan akan segera diterima di dunia.
5. Memutus Tali Persaudaraan: Kerusakan di Bumi dan Penghalang Surga
Memutus tali persaudaraan (silaturahmi) merupakan rintangan lain menuju surga. Buku "Bawalah Keluargamu Ke Surga" susunan Abdul Hamid Muhammad menjelaskan bahwa memutus silaturahmi menyebabkan kerusakan di bumi dan menjadi salah satu penyebab seseorang terhalang dari surga. Mereka yang memutus silaturahmi termasuk golongan yang terakhir masuk surga.
Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang memutus tali persaudaraan tidak akan masuk surga." (HR Bukhari) Pernyataan ini sangat tegas dan menekankan pentingnya menjaga silaturahmi.
Surah Muhammad ayat 22 juga menyoroti pentingnya menjaga hubungan kekeluargaan: "(Apakah seandainya berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaanmu?)" Ayat ini mengaitkan pemutusan silaturahmi dengan kerusakan di bumi.
Kesimpulannya, perjalanan menuju surga membutuhkan usaha dan pengorbanan yang besar. Lima rintangan utama di atas—kesombongan, utang, minuman keras, durhaka kepada orang tua, dan memutus tali persaudaraan—harus dihindari agar jalan menuju surga tetap terbuka. Semoga uraian ini dapat menjadi renungan dan motivasi bagi setiap muslim untuk senantiasa memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Wallahu a’lam.