Syekh Abdul Qodir Jaelani, sosok sufi terkemuka dalam sejarah Islam, dikenal luas bukan hanya karena kealiman dan kezuhudannya, tetapi juga karena berbagai karamah (keajaiban) yang menyertainya. Kisah-kisah tersebut, yang terwariskan secara turun-temurun, menginspirasi dan mengukuhkan wibawanya sebagai waliyullah (wali Allah) yang dekat dengan Sang Khalik. Salah satu kisah karamahnya yang paling mengagumkan adalah penyelamatan seorang wanita dari cengkeraman seorang lelaki fasik, sebuah peristiwa yang menggarisbawahi kekuatan spiritual Syekh Abdul Qodir Jaelani dan campur tangan ilahi dalam melindungi kaum dhuafa.
Di kota Baghdad, pusat peradaban dan ilmu pengetahuan Islam pada masanya, hiduplah seorang wanita yang dianugerahi kecantikan luar biasa. Wajahnya bagai rembulan purnama, memancarkan pesona yang memikat hati. Namun, kecantikan ini justru menjadi ujian baginya. Seorang lelaki fasik, terobsesi oleh kecantikan wanita tersebut, mengejarnya dengan niat-niat buruk. Meskipun penolakan wanita itu tegas, lelaki tersebut tetap membuntuti, obsesinya berubah menjadi dendam yang membara.
Suatu hari, wanita itu memutuskan untuk menyepi di sebuah gua di pegunungan, berkhalwat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tanpa sepengetahuannya, lelaki fasik itu mengintainya, mengikuti setiap langkahnya dengan niat jahat yang tersimpan dalam hati. Saat wanita itu mencapai mulut gua, lelaki itu menyergapnya, berusaha memaksakan kehendaknya dengan penuh kekerasan dan dosa.
Dalam keputusasaan, wanita itu berteriak memohon pertolongan kepada sosok yang ia yakini mampu menyelamatkannya: "Ya Syekh Tsaqolein, Ya Ghoutsal A’dhom, Ya Syekh Abdul Qodir Jaelani, tolonglah saya!" Doa yang dilantunkan dengan penuh keyakinan itu menembus batas ruang dan waktu.
Jauh dari lokasi kejadian, di madrasahnya, Syekh Abdul Qodir Jaelani sedang berwudu. Tiba-tiba, beliau merasakan suatu getaran batin yang kuat, sebuah panggilan gaib yang mengarahkannya untuk bertindak. Dengan penuh keyakinan, beliau melepas sepasang bakiaknya, menggenggamnya sejenak, lalu melemparkannya ke arah gua tempat wanita tersebut berada, meskipun jaraknya ribuan langkah.
Sepasang bakiak itu, bukannya jatuh ke tanah seperti benda mati biasa, melainkan melesat bagai anak panah yang ditembakkan dengan kekuatan dahsyat. Dengan izin dan kekuasaan Allah SWT, bakiak tersebut terbang melayang di angkasa, menembus jarak yang begitu jauh, hingga tiba tepat di hadapan lelaki fasik yang sedang melancarkan aksinya.
Bakiak pertama menghantam kepala lelaki itu dengan keras, menjatuhkannya ke tanah. Bakiak kedua menyusul, memukulnya bertubi-tubi dengan kekuatan yang luar biasa. Seketika itu juga, nyawa lelaki fasik tersebut melayang, di tempat ia berniat melakukan kejahatan.
Wanita tersebut, yang kini selamat dari ancaman maut, hanya bisa menangis haru dan bersyukur kepada Allah SWT atas penyelamatan ajaib tersebut. Dengan penuh hormat, ia mengambil sepasang bakiak itu dan membawanya kembali kepada Syekh Abdul Qodir Jaelani.
Dengan suara bergetar, ia menceritakan seluruh peristiwa yang terjadi, mengungkapkan betapa pertolongan Allah SWT datang melalui karamah Syekh Abdul Qodir Jaelani. Para hadirin yang mendengarkan kisah tersebut terdiam takjub, merasa kagum akan kebesaran Allah SWT yang ditunjukkan melalui wali-Nya. Kisah ini menjadi bukti nyata akan kekuatan doa dan pertolongan Allah SWT yang selalu hadir bagi hamba-Nya yang beriman dan memohon dengan tulus.
Kisah Lain yang Memperkuat Keajaiban Syekh Abdul Qodir Jaelani:
Selain kisah di atas, terdapat riwayat lain yang memperkuat keajaiban dan karamah Syekh Abdul Qodir Jaelani. Diceritakan oleh Syekh Abu Umar Uman al-Sairofi dan Syekh Muhammad Abdul Haqqi Harimiyah, pada hari Minggu, 3 Safar 555 H, Syekh Abdul Qodir Jaelani sedang berwudu dan melaksanakan salat dua rakaat. Setelah salam, beliau tiba-tiba berteriak keras dan melemparkan kelompen (alas kaki) dari kaki kanannya ke atas hingga hilang dari pandangan. Beliau kemudian melakukan hal yang sama dengan kelompen dari kaki kirinya sebelum akhirnya duduk kembali.
Dua puluh tiga hari kemudian, sekelompok musafir dari negeri jauh tiba, membawa serta sepasang kelompen yang ternyata adalah kelompen Syekh Abdul Qodir Jaelani. Mereka juga membawa emas dan pakaian sutra sebagai tanda syukur dan meminta izin untuk bertemu beliau.
Musafir tersebut menceritakan pengalaman mereka yang menakjubkan. Dalam perjalanan, mereka diserang oleh sekelompok perampok yang dipimpin oleh dua orang. Dalam situasi genting itu, mereka bernazar bahwa jika harta mereka selamat, mereka akan menginfakkan sebagiannya. Tak lama setelah bernazar, mereka mendengar suara keras yang membuat semua orang gemetar ketakutan. Awalnya, mereka mengira suara itu berasal dari kelompok perampok lain. Namun, perampok yang menyerang mereka tiba-tiba mengajak mereka melihat sesuatu yang mengherankan.
Setibanya di tempat tersebut, mereka menemukan kedua pemimpin perampok telah meninggal dunia. Yang lebih mengejutkan, di samping jenazah mereka terdapat sepasang kelompen yang masih basah, kelompen yang ternyata adalah kelompen Syekh Abdul Qodir Jaelani yang telah dilemparkan beliau beberapa hari sebelumnya. Kejadian ini membuat para perampok lainnya ketakutan dan akhirnya mengembalikan semua harta rampasan kepada para musafir.
Kedua kisah ini, baik penyelamatan wanita dari lelaki fasik maupun peristiwa perampokan yang berakhir dengan kematian para pemimpin perampok, menunjukkan keajaiban dan karamah Syekh Abdul Qodir Jaelani yang luar biasa. Peristiwa-peristiwa tersebut bukan sekadar kebetulan, melainkan bukti nyata akan kekuatan spiritual dan kedekatan beliau dengan Allah SWT. Kisah-kisah ini juga menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa pertolongan Allah SWT selalu ada bagi mereka yang beriman dan memohon dengan tulus, dan bahwa kekuatan spiritual seorang wali Allah dapat menjadi perantara untuk melindungi dan menyelamatkan hamba-Nya dari bahaya dan kejahatan. Wallahu a’lam bisshawab.