Surat Al-Ahzab, surah ke-33 dalam Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah (Madaniyah) dan terdiri dari 73 ayat, menyimpan pesan agung tentang keteladanan. Ayat ke-21 surah ini, khususnya, menonjolkan sosok Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah, teladan yang sempurna bagi seluruh umat manusia. Ayat ini bukan sekadar pujian, melainkan seruan untuk meneladani seluruh aspek kehidupan Rasulullah, sebuah ajakan yang berimplikasi luas bagi kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Berikut teks Arab, transliterasi Latin, dan terjemahan Surat Al-Ahzab ayat 21:
Arab: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Latin: Laqad kāna lakum fī rasūlillāhi uswatun ḥasanah liman kāna yarjūllāha wal-yawmal-ākhira wa dzakarallāha kaṯīrā.
Terjemahan (Departemen Agama RI): "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan banyak mengingat Allah."
Makna Mendalam Uswatun Hasanah:
Ayat ini dengan tegas menempatkan Rasulullah SAW sebagai uswatun hasanah, suri teladan yang baik. Kata "uswah" sendiri, menurut berbagai tafsir, menunjukkan suatu contoh yang sempurna dan patut diikuti. Bukan sekadar meniru secara perilaku lahiriah, melainkan menyerap nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mendasari tindakan Rasulullah. Keteladanan ini mencakup seluruh aspek kehidupan, dari kehidupan pribadi, kekeluargaan, kehidupan sosial, hingga kepemimpinan dan perjuangannya dalam menegakkan agama Islam.
Penggunaan kata "uswah" dua kali dalam Al-Qur’an, yakni untuk Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammad SAW, menunjukkan tingkat keteladanan yang luar biasa. Keduanya dipandang sebagai tokoh yang hidupnya sepenuhnya mencerminkan keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Mereka bukan hanya mengajarkan ajaran agama, tetapi juga mengamalkan dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Keteladanan yang Komprehensif:
Tafsir Kemenag RI menekankan bahwa Rasulullah SAW merupakan sosok yang memiliki kekuatan iman yang luar biasa, keberanian yang tak tergoyahkan, kesabaran dan ketabahan yang luar biasa, akhlak mulia yang menawan, dan kepercayaan penuh kepada Allah SWT. Semua sifat luhur ini tercermin dalam setiap tindakan dan keputusannya. Beliau merupakan contoh nyata bagaimana seorang manusia harus hidup di dunia ini, dengan selalu mengutamakan kebenaran dan keadilan.
Ibnu Katsir, dalam tafsirnya, menambahkan bahwa keteladanan Rasulullah SAW meliputi segala aspek kehidupan, termasuk keteguhan dalam perjuangan, kesabaran dalam menunggu pertolongan Allah SWT, dan kebijaksanaan dalam menghadapi berbagai tantangan. Keteladanan ini bukan hanya berlaku bagi umat Islam pada masa itu, tetapi juga bagi umat Islam di seluruh dunia dan sepanjang masa.
Syarat Menerima Keteladanan:
Ayat ini juga menjelaskan bahwa keteladanan Rasulullah SAW hanya akan bermanfaat bagi orang-orang yang memiliki syarat tertentu. Mereka adalah orang-orang yang yarjūllāha wal-yawmal-ākhira wa dzakarallāha kaṯīrā, yaitu orang-orang yang mengharap rahmat Allah SWT, menantikan hari kiamat, dan banyak mengingat Allah SWT.
Syarat ini menunjukkan bahwa keteladanan Rasulullah SAW bukan hanya bersifat lahiriah, tetapi juga batiniah. Seseorang harus memiliki keimanan yang kuat dan kesadaran akan akhirat untuk dapat benar-benar menyerap dan mengamalkan keteladanan tersebut. Hanya dengan keimanan yang kuat seseorang dapat memahami hikmah di balik setiap tindakan Rasulullah SAW dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tafsir Berbagai Ulama:
Tafsir Nurul Quran oleh Allamah Kamal Faqih Imani, menjelaskan bahwa kata "uswah" berarti suri teladan dan digunakan ketika seseorang mengikuti orang lain dalam mengerjakan kebaikan. Hal ini menunjukkan bahwa keteladanan bukan hanya bersifat pasif, tetapi juga aktif. Seseorang harus berusaha untuk meniru dan mengamalkan kebaikan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Sementara itu, Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka menegaskan hal yang serupa. Beliau menjelaskan bahwa Allah SWT menunjukkan Rasulullah SAW sebagai sosok yang bisa dijadikan contoh teladan dalam semua aspek kehidupan. Keteladanan ini merupakan pedoman bagi umat Islam untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.
Relevansi di Era Modern:
Di era modern yang penuh dengan tantangan dan perubahan, keteladanan Rasulullah SAW semakin relevan dan penting. Dalam dunia yang sering kali dipenuhi dengan ketidakpastian dan ketidakadilan, keteladanan Rasulullah SAW memberikan arah dan pedoman bagi umat Islam untuk menjalani hidup dengan berpegang teguh pada nilai-nilai agama dan moral.
Keteladanan Rasulullah SAW bukan hanya berlaku bagi individu, tetapi juga bagi kelompok dan masyarakat. Beliau menunjukkan bagaimana sebuah masyarakat yang adil, berkeadilan, dan bermartabat dapat dibangun. Nilai-nilai seperti keadilan, kejujuran, keberanian, dan kesabaran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW sangat dibutuhkan dalam membangun masyarakat yang lebih baik.
Kesimpulan:
Surat Al-Ahzab ayat 21 lebih dari sekadar ayat yang memuji Rasulullah SAW. Ayat ini merupakan seruan kuat bagi umat Islam untuk meneladani segenap aspek kehidupan Rasulullah SAW, sebagai jalan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Keteladanan ini menuntut keimanan yang kuat, kesadaran akan akhirat, dan upaya konsisten untuk mengamalkan nilai-nilai yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Di era modern ini, keteladanan Rasulullah SAW tetap sangat relevan dan penting sebagai pedoman untuk membangun individu dan masyarakat yang lebih baik. Pemahaman yang mendalam terhadap ayat ini akan membawa kita pada apresiasi yang lebih luas terhadap kebesaran Rasulullah SAW dan pengaruhnya yang abadi bagi peradaban manusia.