Jakarta – Kehidupan manusia tak lepas dari aib atau kekurangan, cacat moral maupun kelemahan yang tak ingin diketahui publik. Dalam ajaran Islam, umat Muslim memiliki jalan untuk memohon perlindungan dan ampunan Ilahi agar aib tersebut tersembunyi dari pandangan orang lain. Konsep ini berakar pada prinsip saling menghormati dan menjaga kehormatan sesama, sebuah nilai luhur yang ditekankan dalam ajaran Nabi Muhammad SAW. Memohon perlindungan atas aib diri sendiri, sekaligus menjadi cerminan komitmen untuk tidak membuka aib orang lain, merupakan tindakan yang dianjurkan dan mendapatkan ganjaran pahala yang besar dari Allah SWT.
Tulisan ini akan mengupas tuntas doa yang diajarkan dalam Islam untuk memohon perlindungan atas aib, serta mengkaji implikasi teologis dan etis dari praktik menutup aib, baik aib diri sendiri maupun aib orang lain. Analisis ini akan merujuk pada hadis-hadis Nabi dan pendapat para ulama, menawarkan pemahaman yang komprehensif dan relevan bagi kehidupan bermasyarakat dalam konteks keislaman.
Doa Penutup Aib: Teks Arab, Latin, dan Terjemahan
Salah satu doa yang diajarkan Rasulullah SAW untuk memohon perlindungan atas aib diri, seperti yang dikutip dari buku Agenda Harian Muslimah karya Tri Maya Yulianingsih, dipanjatkan pada waktu pagi dan sore hari. Doa tersebut berbunyi:
Arab: اللهم إني أسألك العافية في الدنيا والآخرة، اللهم إني أسألك العفو والعافية في ديني ودنياي وأهلي ومالي، اللهم استر عورتي وآمن روعتي، اللهم خذ بيدي من بين يدي ومن خلفي وعن يميني وعن شمالي ومن فوقي، وأعوذ بعظمتك أن أغتال من تحتي
Latin: Allahumma inna ‘as’alukal ‘afiiyati fiddunya wal akhirat, Allahumma inna ‘as’alukal ‘afwa wal ‘afiyata fidini wa dunyaa ya wa ‘ahli wa malii, Allahummastur ‘auratii waa min rau’atii, Allahummakh fathnii min baini yadayya wa man khalfii wa ‘an yamiinii wa ‘ansyimaa lii wa min fauqii wa a’udzu bi’athamatika an ‘ughtaa lamin tahti
Terjemahan: "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kesehatan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, aku memohon ampunan dan keselamatan dalam agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Ya Allah, tutupilah aibku dan jauhkanlah ketakutanku. Ya Allah, lindungilah aku dari depan, belakang, kanan, kiri, dan atasku. Aku berlindung dengan keagungan-Mu agar tidak tertimpa sesuatu dari bawahku." (HR. Ahmad dan lainnya)
Doa ini mengandung permohonan yang komprehensif. Tak hanya meminta perlindungan atas aib, doa ini juga mencakup permohonan kesehatan, keselamatan, ampunan, dan perlindungan dari berbagai bahaya yang mengancam. Hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam, perlindungan atas aib merupakan bagian integral dari kehidupan yang diridhai Allah SWT, sebuah kehidupan yang dipenuhi dengan kesehatan, keselamatan, dan ketenangan batin.
Hikmah Menutup Aib: Nilai-Nilai Moral dan Janji Ilahi
Menutup aib, baik aib diri sendiri maupun aib orang lain, bukan sekadar tindakan etis semata, tetapi juga merupakan ibadah yang memiliki ganjaran pahala yang besar. Hal ini ditegaskan dalam berbagai hadis Nabi SAW. Buku Para Musuh Allah: Golongan Manusia yang Menjadi Musuh Allah di Akhirat karya Rizem Aizid menjelaskan bahwa mengunjing, atau membicarakan aib orang lain, merupakan perbuatan yang dibenci Allah SWT. Sebaliknya, menutup aib merupakan tindakan yang sangat dianjurkan.
Salah satu hadis yang menjelaskan tentang pahala menutup aib adalah:
Arab: من ستر على مسلم في الدنيا ستر الله عليه يوم القيامة
Latin: Man starra ‘alaa muslimm fiddunya starra Allaahu ‘alaihi yawma al-qiyaamah
Terjemahan: "Barangsiapa yang menutupi aib seorang Muslim di dunia, niscaya Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat." (HR. Muslim)
Hadis ini dengan tegas menyatakan janji Allah SWT untuk membalas kebaikan hamba-Nya yang menutupi aib sesama Muslim. Perlindungan Ilahi atas aib di akhirat merupakan ganjaran yang luar biasa, mengingat betapa pentingnya menjaga kehormatan dan reputasi di hadapan Allah SWT. Tindakan menutup aib ini juga mencerminkan akhlak mulia seorang Muslim yang senantiasa mengutamakan kebaikan dan menghindari perbuatan yang dapat merugikan orang lain.
Hadis lain yang menekankan pentingnya menutup aib bahkan menyamakannya dengan tindakan yang sangat mulia:
Arab: من ستر على مسلم ستر الله عليه، ومن كشف عن مسلم كشف الله عليه
Latin: Man starra ‘alaa muslimin starra Allahu ‘alaihi, wa man kasyafa ‘an muslimin kasyafa Allahu ‘alaihi
Terjemahan: "Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya. Dan barangsiapa yang membuka aib seorang muslim, Allah akan membuka aibnya." (HR. Tirmidzi)
Hadis ini menunjukkan konsekuensi yang jelas: menutup aib akan mendapatkan balasan berupa perlindungan Ilahi, sedangkan membuka aib akan berakibat terbukanya aib sendiri. Ini bukan sekadar hukuman, tetapi juga merupakan hukum sebab akibat yang berlaku dalam kehidupan manusia. Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, dan kejahatan akan berbuah kejahatan.
Lebih jauh lagi, Rasulullah SAW menggambarkan keutamaan menutup aib dengan perumpamaan yang sangat indah:
Arab: من ستر على مسلم في الدنيا ستر الله عليه يوم القيامة، ومن كشف عن مسلم كشف الله عليه يوم القيامة ولو في بيت
Latin: Man starra ‘alaa muslimm fiddunya starra Allaahu ‘alaihi yawma al-qiyaamah, wa man kasyafa ‘an muslimm kasyafa Allaahu ‘alaihi yawma al-qiyaamah walau fii bayt
Terjemahan: "Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim di dunia, Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang membuka aib seorang muslim, Allah akan membuka aibnya di hari kiamat, meskipun itu di dalam rumah." (HR. Tirmidzi)
Perumpamaan ini menekankan bahwa tindakan menutup aib akan mendapatkan balasan yang setimpal, bahkan di tempat yang tersembunyi sekalipun. Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu, termasuk niat dan perbuatan hamba-Nya. Oleh karena itu, menutup aib merupakan tindakan yang sangat penting dan bernilai tinggi dalam pandangan Islam.
Hadis lain yang memperkuat hal ini adalah hadis riwayat Abu Daud yang menyamakan menutup aib dengan menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup:
Terjemahan: Dari ‘Uqbah bin Amir RA, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang melihat aib orang lain lalu menutupinya, maka seakan-akan dia menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup.” (HR. Abu Daud)
Perumpamaan ini menunjukkan betapa besarnya pahala yang akan diterima oleh orang yang menutup aib orang lain. Menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup adalah tindakan yang sangat mulia dan bernilai pahala yang sangat besar di sisi Allah SWT. Dengan demikian, menutup aib orang lain juga memiliki nilai pahala yang setara dengan tindakan tersebut.
Selain itu, hadits riwayat Muslim juga menyebutkan bahwa menutup aib akan mendapatkan balasan berupa kemudahan dalam urusan dunia dan akhirat:
Terjemahan: Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin yang lain dari kesulitannya di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa yang meringankan orang yang kesusahan (dalam hutangnya), niscaya Allah akan meringankan baginya (urusannya) di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat." (HR Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa kebaikan yang dilakukan kepada sesama muslim, termasuk menutup aib, akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda, baik di dunia maupun di akhirat. Allah SWT akan memudahkan urusan orang yang suka membantu dan menutup aib orang lain.
Kesimpulan: Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Doa penutup aib dan prinsip menutup aib merupakan ajaran Islam yang penting untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menutup aib bukan hanya sekadar tindakan moral, tetapi juga merupakan bentuk ibadah yang mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT. Dengan senantiasa berdoa dan berikhtiar untuk menutup aib diri sendiri dan orang lain, kita berharap mendapatkan perlindungan dan ampunan dari Allah SWT, serta hidup dalam masyarakat yang harmonis dan saling menghormati. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dari segala aib dan memberikan kita kekuatan untuk senantiasa berbuat baik kepada sesama.