Jakarta – Dalam khazanah keimanan Islam, Asmaul Husna, 99 nama indah Allah SWT, merupakan manifestasi sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Di antara nama-nama tersebut, terdapat dua nama yang secara khusus menekankan pada sifat Maha Mengetahui Allah SWT, yaitu al-‘Alīm dan al-Khabir. Meskipun keduanya mengacu pada pengetahuan Allah yang absolut, terdapat nuansa perbedaan yang perlu dipahami untuk menghayati keagungan-Nya secara lebih mendalam.
Al-‘Alīm, secara harfiah berarti “Maha Mengetahui”. Sifat ini menggambarkan pengetahuan Allah yang meliputi segala sesuatu tanpa terkecuali. Pengetahuan ini bukan sekadar pengetahuan umum atau permukaan, melainkan pengetahuan yang komprehensif dan menyeluruh, mencakup seluruh aspek keberadaan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dari yang makrokosmos hingga mikrokosmos. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi di masa depan. Tidak ada satu pun kejadian, sekecil apa pun, yang luput dari pengetahuan-Nya. Ini adalah pengetahuan yang sempurna, mutlak, dan tanpa batas.
Namun, ketika kita berbicara tentang pengetahuan Allah yang menjangkau detail terkecil, maka kita sampai pada pemahaman yang lebih spesifik, yaitu sifat al-Khabir. Al-Khabir, berasal dari akar kata “khabara” yang dalam bahasa Arab memiliki konotasi pengetahuan yang mendalam, rinci, dan teliti, terutama menyangkut hal-hal yang tersembunyi atau rahasia. Syafi’ie el-Bantanie, dalam karyanya “Rahasia Keajaiban Asmaul Husna”, menjelaskan bahwa al-Khabir menunjukkan ketelitian Allah SWT dalam mengetahui segala sesuatu, bahkan sampai pada detail terkecil yang mungkin luput dari pengamatan makhluk-Nya.
Perbedaan antara al-‘Alīm dan al-Khabir dapat dianalogikan sebagai berikut: al-‘Alīm adalah pengetahuan yang luas dan menyeluruh seperti cakrawala yang terbentang tanpa batas, sedangkan al-Khabir adalah pengetahuan yang tajam dan teliti seperti mikroskop yang mampu membedah detail terkecil dari suatu objek. Keduanya saling melengkapi dan menunjukkan kesempurnaan pengetahuan Allah yang tak tertandingi. Allah SWT bukan hanya mengetahui keberadaan sesuatu, tetapi juga mengetahui setiap detail, setiap aspek, setiap konteks, dan setiap implikasinya.
Pengetahuan Allah yang Maha Mengetahui (al-‘Alīm) dan Maha Teliti (al-Khabir) bukanlah pengetahuan yang bersifat pasif atau statis. Ini adalah pengetahuan yang aktif dan dinamis, yang selalu terlibat dalam setiap aspek penciptaan dan pengaturan alam semesta. Allah SWT tidak hanya mengetahui, tetapi juga mengendalikan dan mengatur segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya yang bijaksana.
Konsep ini sangat penting dalam memahami hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Ketahuilah bahwa Allah SWT senantiasa mengetahui segala perbuatan, pikiran, dan niat kita. Tidak ada yang tersembunyi dari-Nya. Pengetahuan-Nya ini bukan untuk menakut-nakuti atau menghukum, melainkan untuk membimbing dan mengarahkan manusia ke jalan yang lurus. Dengan memahami sifat al-‘Alīm dan al-Khabir, kita akan semakin menyadari betapa pentingnya untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT dan senantiasa berbuat baik.
Beberapa ayat Al-Qur’an secara eksplisit menyebutkan sifat Maha Mengetahui Allah SWT, baik secara umum (al-‘Alīm) maupun secara spesifik (al-Khabir). Ayat-ayat ini menjadi dalil yang kuat bagi pemahaman kita tentang sifat-sifat Ilahiah tersebut. Berikut beberapa contoh ayat Al-Qur’an yang relevan:
-
Surat Al-An’am ayat 73: Ayat ini menggambarkan pengetahuan Allah yang meliputi segala sesuatu, baik yang ghaib (tersembunyi) maupun yang syahid (nyata). Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, dari penciptaan langit dan bumi hingga peristiwa-peristiwa terkecil yang terjadi di kehidupan manusia. Kata “‘Alīm al-ghaibi wasy-syahidati” menunjukkan kesempurnaan pengetahuan Allah yang mencakup seluruh dimensi keberadaan.
-
Surat Al-An’am ayat 18: Ayat ini menekankan kekuasaan Allah SWT atas seluruh hamba-Nya. Kekuasaan ini tak terpisahkan dari pengetahuan-Nya yang sempurna. Allah SWT mengetahui segala sesuatu tentang hamba-Nya, dan kekuasaan-Nya dijalankan berdasarkan pengetahuan yang sempurna dan bijaksana tersebut. Sifat al-Khabir di sini menunjukkan ketelitian Allah dalam mengatur urusan hamba-Nya.
-
Surat Luqman ayat 34: Ayat ini membahas tentang pengetahuan Allah yang meliputi segala sesuatu, termasuk pengetahuan tentang Hari Kiamat yang hanya diketahui oleh-Nya. Pengetahuan Allah tentang apa yang ada dalam kandungan, dan ketidakmampuan manusia untuk mengetahui masa depan, menunjukkan kekuasaan dan pengetahuan Allah yang absolut dan tak terbatas. Sifat al-Khabir tersirat dalam kemampuan Allah untuk mengetahui detail terkecil dari kehidupan manusia, termasuk takdir dan ajalnya.
-
Surat Al-Hujurat ayat 13: Ayat ini menekankan pentingnya saling mengenal dan menghormati di antara manusia. Namun, ayat ini juga mengingatkan bahwa Allah SWT jauh lebih mengetahui daripada manusia tentang siapa yang paling mulia di sisi-Nya. Keutamaan seseorang di mata Allah bukan berdasarkan keturunan, kekayaan, atau status sosial, melainkan ketakwaannya. Allah SWT, dengan pengetahuan-Nya yang Maha Teliti (al-Khabir), mengetahui keikhlasan dan ketakwaan seseorang.
-
Surat Saba ayat 1: Ayat ini memuji Allah SWT atas segala ciptaan-Nya dan menegaskan pengetahuan-Nya yang meliputi langit dan bumi. Segala puji bagi Allah yang Maha Mengetahui (al-‘Alīm) dan Maha Teliti (al-Khabir) atas segala sesuatu yang telah diciptakan dan diatur-Nya.
-
Surat Asy-Syura ayat 27: Ayat ini menjelaskan tentang pengaturan rezeki oleh Allah SWT. Allah SWT menurunkan rezeki dengan ukuran yang tepat, mencegah manusia dari ketidakadilan dan keserakahan. Pengetahuan Allah yang Maha Teliti (al-Khabir) sangat penting dalam menentukan jumlah dan waktu penurunan rezeki bagi setiap makhluk-Nya.
Kesimpulannya, al-‘Alīm dan al-Khabir merupakan dua dari sekian banyak Asmaul Husna yang menunjukkan kesempurnaan pengetahuan Allah SWT. Memahami kedua sifat ini akan membawa kita kepada kesadaran yang lebih mendalam tentang kekuasaan, kebijaksanaan, dan kasih sayang Allah SWT. Pengetahuan Allah yang menyeluruh dan teliti bukanlah untuk menakut-nakuti, melainkan untuk membimbing manusia menuju jalan yang benar dan hidup yang bermakna. Dengan mengingat sifat al-‘Alīm dan al-Khabir, kita akan terdorong untuk selalu bertakwa, berbuat baik, dan menyerahkan segala urusan kita kepada-Nya.