Jakarta, 11 Desember 2024 – Dalam ajaran Islam, doa merupakan senjata utama bagi setiap muslim untuk berkomunikasi dengan Sang Pencipta, memohon pertolongan, ampunan, dan berbagai kebaikan lainnya. Namun, kenyataannya, tidak semua doa dikabulkan Allah SWT. Terdapat beberapa kategori umat yang, meski rajin bermunajat, doa-doanya terhalang untuk sampai ke hadirat-Nya. Pemahaman mendalam mengenai hal ini krusial untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berdasarkan berbagai referensi hadis dan tafsir Al-Qur’an, setidaknya terdapat tiga golongan utama yang doa-doanya seringkali mengalami penolakan.
Pertama: Mereka yang Tergesa-gesa dan Kehilangan Kesabaran.
Kesabaran merupakan kunci utama dalam berdoa. Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu, termasuk waktu yang tepat untuk mengabulkan doa hamba-Nya. Tergesa-gesa dan kehilangan kesabaran dalam berdoa mencerminkan kurangnya keimanan dan kepercayaan kepada hikmah di balik takdir Ilahi. Seseorang yang berdoa dengan penuh kecemasan dan kegelisahan, seringkali menunjukkan kurangnya tawakkal (kepasrahan) kepada Allah SWT. Doa yang dilontarkan dalam kondisi demikian seringkali diibaratkan seperti anak panah yang meleset dari sasaran karena tangan yang gemetar.
Hadis Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya kesabaran dalam berdoa. Beliau bersabda, "Doa seorang hamba akan terus diangkat sampai ia berdoa untuk sesuatu yang haram, atau memutuskan silaturahmi, atau ia berdoa dengan tergesa-gesa." (HR. Tirmidzi). Hadis ini dengan tegas menunjukkan bahwa ketidaksabaran menjadi salah satu penghalang utama terkabulnya doa. Ketidaksabaran ini bisa bermanifestasi dalam berbagai bentuk, mulai dari mengulang-ulang doa dengan nada yang mendesak dan penuh tekanan, hingga merasa putus asa dan berhenti berdoa setelah beberapa waktu tanpa melihat hasil yang diinginkan.
Lebih jauh lagi, ketidaksabaran dalam berdoa juga dapat dikaitkan dengan kurangnya pemahaman mengenai konsep qadar (takdir). Allah SWT telah menetapkan segala sesuatu, termasuk waktu dan cara terkabulnya doa. Ketidaksabaran menunjukkan kurangnya kepercayaan terhadap rencana Allah SWT, sehingga doa yang dipanjatkan menjadi tidak ikhlas dan terbebani oleh ego serta keinginan pribadi yang mendominasi. Sikap yang seharusnya ditunjukkan adalah menerima segala keputusan Allah SWT dengan lapang dada, serta terus berikhtiar dan berdoa dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
Kedua: Mereka yang Mengonsumsi Barang Haram.
Penggunaan barang haram, baik berupa makanan, minuman, atau aktivitas terlarang lainnya, merupakan penghalang besar bagi terkabulnya doa. Allah SWT tidak akan menerima doa dari seseorang yang masih berlumuran dosa dan melanggar aturan-Nya. Hal ini dikarenakan barang haram dapat menodai kesucian jiwa dan hati, sehingga doa yang dipanjatkan menjadi tidak bersih dan tidak diterima oleh Allah SWT.
Al-Qur’an telah banyak menyebutkan larangan mengonsumsi barang haram dan dampak negatifnya terhadap kehidupan manusia, termasuk menghalangi terkabulnya doa. Ayat-ayat tersebut menekankan pentingnya menjaga kesucian diri dan menghindari segala bentuk perbuatan yang dilarang oleh agama. Dengan mengonsumsi barang haram, seseorang secara tidak langsung telah menutup pintu rahmat Allah SWT dari dirinya sendiri. Doa yang dipanjatkan dalam kondisi demikian akan sulit untuk menembus hijab (tirai) yang telah ia ciptakan sendiri.
Lebih dari sekedar larangan fisik, penggunaan barang haram juga memiliki implikasi spiritual yang mendalam. Barang haram dapat merusak moral, menurunkan kualitas spiritual, dan menciptakan jarak antara hamba dan Tuhannya. Seseorang yang terbiasa mengonsumsi barang haram akan cenderung memiliki hati yang keras, sulit untuk bertaubat, dan kurang peka terhadap panggilan Ilahi. Oleh karena itu, menghindari barang haram merupakan langkah penting untuk membersihkan jiwa dan mempersiapkan diri untuk menerima rahmat dan terkabulnya doa.
Tidak hanya makanan dan minuman, barang haram juga mencakup berbagai bentuk aktivitas terlarang, seperti berjudi, melakukan riba, mencuri, berzina, dan lain sebagainya. Semua perbuatan tersebut akan menghalangi terkabulnya doa dan menjauhkan seseorang dari ridho Allah SWT. Oleh karena itu, taubat dan meninggalkan segala bentuk perbuatan haram merupakan langkah awal yang sangat penting untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ketiga: Mereka yang Memutuskan Silaturahmi.
Memutuskan silaturahmi atau hubungan baik dengan keluarga dan kerabat merupakan dosa besar yang dapat menghalangi terkabulnya doa. Allah SWT sangat menganjurkan untuk menjaga silaturahmi dan mempererat hubungan baik dengan sesama manusia, khususnya dengan keluarga dan kerabat. Memutuskan silaturahmi menunjukkan sikap egois, kurang peduli terhadap sesama, dan merupakan bentuk ketidakpatuhan terhadap perintah Allah SWT.
Hadis Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya menjaga silaturahmi dan dampak negatif dari memutuskannya. Beliau bersabda, "Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi." (HR. Bukhari Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa menjaga silaturahmi memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah mendapatkan kelancaran dalam kehidupan, termasuk terkabulnya doa. Sebaliknya, memutuskan silaturahmi dapat menyebabkan kesusahan, kesempitan rezeki, dan menghalangi terkabulnya doa.
Memutuskan silaturahmi tidak hanya berdampak pada hubungan sosial, tetapi juga pada hubungan spiritual dengan Allah SWT. Sikap tidak peduli terhadap sesama menunjukkan kurangnya rasa empati dan kasih sayang, yang merupakan sifat-sifat terpuji yang dianjurkan oleh agama Islam. Seseorang yang memutus silaturahmi akan sulit untuk merasakan kehadiran Allah SWT dalam hidupnya, dan doa-doanya akan sulit untuk sampai ke hadirat-Nya.
Lebih lanjut, memperbaiki hubungan silaturahmi merupakan bagian dari proses membersihkan jiwa dan mempersiapkan diri untuk menerima rahmat Allah SWT. Dengan berdamai dan memperbaiki hubungan dengan keluarga dan kerabat, seseorang akan merasakan ketenangan batin dan keikhlasan yang dapat mempermudah terkabulnya doa. Oleh karena itu, memperbaiki hubungan silaturahmi merupakan langkah penting untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendapatkan keberkahan dalam kehidupan.
Kesimpulannya, terkabulnya doa bukan hanya tergantung pada panjang pendeknya kalimat yang diucapkan, tetapi juga pada kesucian hati dan kesiapan diri untuk menerima hikmah di balik setiap takdir Ilahi. Ketiga kategori di atas menunjukkan betapa pentingnya memperbaiki diri, menjauhi perbuatan haram, dan menjaga silaturahmi agar doa-doa kita dapat sampai ke hadirat Allah SWT dan dikabulkan. Semoga uraian ini dapat menjadi renungan dan motivasi bagi kita semua untuk selalu memperbaiki kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.