Penghayatan dan pengucapan Al-Qur’an yang tepat dan fasih merupakan cita-cita setiap muslim. Ilmu tajwid hadir sebagai panduan untuk mencapai kesempurnaan tersebut, mengatur setiap detail pelafalan agar sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan tuntunan Rasulullah SAW. Salah satu aspek penting dalam tajwid adalah qalqalah, sebuah fenomena bunyi pantul yang memberikan keindahan dan kekhasan pada bacaan Al-Qur’an. Pemahaman yang komprehensif mengenai qalqalah, khususnya perbedaan antara qalqalah sugra dan kubra, menjadi kunci dalam mencapai kualitas tilawah yang optimal.
Secara etimologis, kata "qalqalah" (قلقلة) berasal dari bahasa Arab yang berarti goyangan atau getaran. Dalam konteks ilmu tajwid, qalqalah didefinisikan sebagai getaran atau pantulan suara yang terjadi pada huruf-huruf tertentu yang berharakat sukun (mati). Getaran ini bukan sekadar bunyi tambahan, melainkan sebuah karakteristik pelafalan yang dihasilkan oleh tekanan dan pelepasan udara secara cepat di titik artikulasi (makhraj) huruf tersebut. Kehadiran qalqalah memberikan dinamika dan keindahan tersendiri pada bacaan Al-Qur’an, membedakannya dari pelafalan biasa.
Lima huruf dalam alfabet Arab yang dikenal sebagai huruf qalqalah adalah: ق (qaf), ط (tha’), ب (ba’), ج (jim), dan د (dal). Huruf-huruf ini seringkali disingkat dengan akronim "قات جود" (qatbujadin) atau "ب ج د ط ق" (ba-ju-di-tho-qo) untuk memudahkan penghafalan. Karakteristik utama huruf-huruf ini adalah sifatnya yang syiddah (keras) dan kemampuannya untuk menghasilkan bunyi pantul yang khas ketika diucapkan dengan sukun.
Proses terbentuknya bunyi qalqalah melibatkan penutupan sempurna di makhraj huruf. Saat huruf-huruf qalqalah ini diucapkan dengan sukun, terjadi penutupan yang rapat di antara organ-organ bicara. Kemudian, udara yang tertahan secara tiba-tiba dilepaskan, menghasilkan getaran atau pantulan suara yang khas. Inilah yang oleh para ulama tajwid disebut sebagai qalqalah. Kekuatan dan kejelasan pantulan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk posisi huruf dalam kata dan kondisi waqaf (penghentian bacaan).
Pengelompokan Qalqalah: Sugra dan Kubra
Berdasarkan kekuatan dan kejelasan pantulannya, qalqalah dikategorikan menjadi dua jenis utama: qalqalah sugra dan qalqalah kubra. Perbedaan keduanya terletak pada intensitas dan konteks kemunculannya dalam bacaan.
1. Qalqalah Sugra (قلقلة صغرى): Pantulan yang Halus
Kata "sugra" (صغرى) berarti kecil atau ringan. Qalqalah sugra menggambarkan pantulan suara yang relatif lebih halus dan kurang menonjol dibandingkan qalqalah kubra. Hal ini disebabkan karena qalqalah sugra umumnya terjadi pada huruf-huruf qalqalah yang berharakat sukun asli di tengah kata. Karena langsung diikuti oleh huruf berikutnya, pantulannya cenderung teredam dan kurang terdengar jelas.
Meskipun pantulannya kurang menonjol, penting untuk tetap memperhatikan dan menerapkan kaidah qalqalah sugra dalam membaca Al-Qur’an. Bunyi pantul, meskipun halus, tetap harus ada sebagai bagian integral dari pelafalan yang benar. Kehalusan pantulan ini bukan berarti diabaikan, melainkan membutuhkan ketelitian dan latihan untuk merasakan dan menghasilkannya dengan tepat.
Contoh qalqalah sugra dalam beberapa ayat Al-Qur’an (dengan catatan bahwa transkripsi fonetis ini hanya sebagai pendekatan dan mungkin berbeda sedikit tergantung pada qiraat):
- لقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَانَ: (laqad khalaqnal insana) – Huruf qaf (ق) pada "laqad" dan huruf qaf (ق) pada "khalaqna" merupakan contoh qalqalah sugra.
- حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ: (hatta mathla’i al-fajri) – Huruf jim (ج) pada "mathla’i" merupakan contoh qalqalah sugra.
- وَالْعَادِيَاتِ شَبَحًا: (wal-‘adiyati shabahan) – Huruf ba’ (ب) pada "shabahan" merupakan contoh qalqalah sugra.
- فَلَهُمْ أَجْرٌ: (falahum ajru) – Huruf jim (ج) pada "ajru" merupakan contoh qalqalah sugra.
- ثُمَّ رَدَدْنَاهُ: (summa radadnahu) – Huruf dal (د) pada "radadnahu" merupakan contoh qalqalah sugra.
2. Qalqalah Kubra (قلقلة كبرى): Pantulan yang Jelas dan Kuat
Berbeda dengan qalqalah sugra, kata "kubra" (كبرى) berarti besar atau kuat. Qalqalah kubra ditandai dengan pantulan suara yang lebih jelas, kuat, dan terdengar menonjol. Hal ini terjadi karena qalqalah kubra muncul pada huruf-huruf qalqalah yang berharakat sukun bukan asli, melainkan karena waqaf (penghentian bacaan). Pada saat waqaf, huruf yang biasanya berharakat hidup menjadi sukun, dan inilah yang memicu terjadinya qalqalah kubra. Pantulannya terasa lebih kuat karena pembaca berhenti sejenak pada huruf tersebut, memberikan kesempatan pada getaran untuk tercipta secara maksimal.
Beberapa ulama qiraat juga menyebut qalqalah kubra sebagai qalqalah wustha (pertengahan), karena letaknya pada akhir kata sebelum waqaf. Namun, inti perbedaannya tetap terletak pada intensitas pantulan dan konteks kemunculannya.
Contoh qalqalah kubra dalam beberapa ayat Al-Qur’an (dengan catatan bahwa transkripsi fonetis ini hanya sebagai pendekatan dan mungkin berbeda sedikit tergantung pada qiraat):
- بِرَبِّ الْفَلَقِ: (birabbil falaq) – Huruf ba’ (ب) pada "birabbil" menjadi qalqalah kubra jika diwaqafkan.
- مِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ: (min sharri hasidin idzaa hasada) – Huruf dal (د) pada "hasada" menjadi qalqalah kubra jika diwaqafkan.
- إِذَا وَقَبَ: (idzaa waqaba) – Huruf ba’ (ب) pada "waqaba" menjadi qalqalah kubra jika diwaqafkan.
- أَمْرٍ مَرِيءٍ: (amrin mariij) – Huruf jim (ج) pada "mariij" menjadi qalqalah kubra jika diwaqafkan.
- قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ: (qul huwaallahu ahad) – Huruf qaf (ق) pada "qul" menjadi qalqalah kubra jika diwaqafkan.
Kesimpulan
Qalqalah, baik sugra maupun kubra, merupakan elemen penting dalam ilmu tajwid yang memberikan keindahan dan kekhasan pada bacaan Al-Qur’an. Memahami perbedaan antara qalqalah sugra dan kubra, serta mampu menerapkannya dengan tepat, merupakan langkah penting dalam meningkatkan kualitas tilawah. Latihan dan pendalaman ilmu tajwid, termasuk bimbingan dari guru yang berpengalaman, sangat dianjurkan untuk mencapai pemahaman dan penguasaan yang komprehensif. Semoga penjelasan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang qalqalah dan perannya dalam menciptakan bacaan Al-Qur’an yang fasih dan bermakna.