Akikah, sebuah sunnah muakkadah dalam Islam, jauh melampaui sekadar ritual penyembelihan hewan. Lebih dari itu, akikah merupakan manifestasi syukur yang mendalam atas karunia ilahi berupa kelahiran seorang bayi, sekaligus pengamalan ajaran Rasulullah SAW yang sarat makna spiritual dan sosial. Praktik ini, yang telah dijalankan sejak zaman Rasulullah dan para sahabatnya, hingga kini tetap relevan dan menyimpan hikmah yang begitu berharga bagi keluarga dan masyarakat. Buku Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, yang disusun oleh Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, bahkan menegaskan status sunnah muakkadah akikah, meskipun orang tua berada dalam kondisi ekonomi yang sulit. Riwayat dalam ash-hab as-sunan pun mencatat Nabi Muhammad SAW sendiri melaksanakan akikah untuk cucu-cucunya, Hasan dan Husain, dengan menyembelih masing-masing seekor kambing jantan. Perdebatan fikih mengenai hukum akikah, dengan sebagian ulama seperti Al-Laits dan Dawud Azh-Zhahiri yang berpendapat wajib, semakin menggarisbawahi pentingnya praktik ini dalam ajaran Islam. Meskipun ketentuannya mirip dengan kurban, akikah memiliki keunikan tersendiri, di antaranya larangan pelaksanaan secara patungan. Buku Sejuta Haran di Balik Nama karya Syukron Maksum memberikan penafsiran menarik, mengartikan akikah sebagai "pemutusan" atau "pelubangan," menyingkirkan halangan dan membuka jalan bagi keberkahan.
Lebih dari sekadar ritual, akikah menyimpan lima hikmah agung yang patut direnungkan:
1. Menghidupkan Sunnah Rasulullah SAW: Jejak Langkah Menuju Ridho Ilahi
Pelaksanaan akikah merupakan wujud nyata ketaatan dan kecintaan umat Islam kepada Rasulullah SAW. Dengan mengikuti sunnah beliau, kita meneladani teladan terbaik dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Anjuran Rasulullah SAW untuk menyembelih hewan akikah sebagai ungkapan syukur atas kelahiran anak termaktub dalam hadits Bukhari, yang menekankan pentingnya tumpahnya darah sembelihan beriringan dengan kelahiran bayi. Hadits ini bukan sekadar anjuran, melainkan perintah yang sarat makna. Melalui akikah, kita bukan hanya menjalankan ibadah, tetapi juga merefleksikan rasa syukur yang mendalam atas karunia Allah SWT, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan spiritual dalam kehidupan. Hikmah ini bukan hanya bersifat individual, tetapi juga kolektif, menginspirasi umat Islam untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran agama dan meneladani keteladanan Rasulullah SAW. Dengan demikian, akikah menjadi jembatan penghubung antara kita dengan sunnah Nabi, membuka pintu menuju ridho Ilahi dan keberkahan hidup.
2. Membebaskan Bayi dari Ketergadaian: Amanah Ilahi yang Dihargai
Dalam perspektif syariat Islam, setiap bayi dianggap tergadaikan hingga akikah dilaksanakan. Penyembelihan hewan dan pencukuran rambut bayi pada hari ketujuh kelahiran bukan sekadar ritual, melainkan simbol pembebasan dari ketergadaian tersebut. Ini merupakan pengakuan atas amanah Ilahi yang begitu besar, mengingatkan kita akan tanggung jawab yang diemban sebagai orang tua. Bayi yang baru lahir bukanlah sekadar individu, tetapi amanah yang harus dijaga, dirawat, dan dibimbing menuju jalan kebaikan. Akikah menjadi momen sakral untuk menyatakan rasa syukur atas anugerah tersebut, sekaligus memperkenalkan bayi kepada masyarakat sekitar, memperkenalkan anggota baru keluarga kepada lingkungan sosialnya. Upacara ini bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga penanda sosial, menyatakan kehadiran anggota baru dalam komunitas dan meminta doa restu dari masyarakat sekitar.
3. Ungkapan Syukur yang Tak Terhingga: Mengucapkan Terima Kasih kepada Sang Pencipta
Akikah merupakan manifestasi syukur yang tulus kepada Allah SWT atas kelahiran seorang anak. Ini adalah ungkapan terima kasih atas karunia yang tak terhingga, mengingatkan kita akan betapa besarnya anugerah yang telah diberikan. Kelahiran seorang anak bukan hanya kebahagiaan bagi keluarga, tetapi juga bertambahnya umat Islam di muka bumi, suatu hal yang patut disyukuri bersama. Rasa syukur yang ditunjukkan melalui akikah bukan hanya bersifat ritual, tetapi juga memiliki dampak positif bagi kehidupan orang tua dan bayi itu sendiri. Hal ini menanamkan nilai-nilai syukur dalam keluarga, membentuk karakter anak yang rendah hati dan menghargai segala pemberian Allah SWT. Dengan demikian, akikah menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya mensyukuri setiap nikmat dan menjalankan hidup dengan penuh tanggung jawab.
4. Perisai Spiritual dari Gangguan Makhluk Halus: Lindungan Ilahi untuk Sang Buah Hati
Dalam kepercayaan umat Islam, akikah dipercaya dapat melindungi bayi dari gangguan makhluk halus atau setan yang terkutuk. Ini bukan sekadar kepercayaan, tetapi juga bentuk perlindungan spiritual yang diharapkan dapat menjaga bayi agar tumbuh sehat dan terhindar dari berbagai cobaan. Akikah menjadi perisai spiritual, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Keyakinan ini memberikan ketenangan batin bagi orang tua, mengingatkan mereka akan pentingnya memohon perlindungan Allah SWT bagi anak-anak mereka. Perlindungan ini bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga spiritual, menjaga bayi dari pengaruh buruk dan membimbingnya menuju jalan yang diridhoi Allah SWT. Dengan demikian, akikah menjadi doa dan harapan orang tua agar anak mereka tumbuh menjadi pribadi yang saleh dan bertakwa.
5. Mempererat Ukhuwah Islamiyah: Menjalin Tali Persaudaraan dalam Komunitas
Acara akikah tidak hanya berdampak spiritual, tetapi juga sosial. Acara ini menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama umat Islam. Kehadiran para tetangga, saudara, dan sahabat dalam acara akikah memperkuat ikatan sosial di masyarakat, membangun rasa kebersamaan dan solidaritas. Momen ini menjadi kesempatan bagi orang tua untuk berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terdekat, menciptakan suasana penuh keakraban dan kegembiraan. Para tamu undangan pun turut merasakan manfaat berupa hidangan yang disediakan, menciptakan suasana kekeluargaan yang hangat dan harmonis. Akikah menjadi contoh nyata ukhuwah Islamiyah, menunjukkan pentingnya menjalin hubungan baik dan saling membantu antar sesama muslim. Tali silaturahmi yang terjalin dalam acara akikah bukan hanya mempererat hubungan, tetapi juga memperkaya kehidupan sosial di lingkungan tersebut, membangun komunitas yang solid dan saling mendukung.
Kesimpulannya, akikah bukan sekadar ritual semata, tetapi sebuah tradisi Islam yang kaya makna dan hikmah. Ia merupakan perwujudan syukur, pengamalan sunnah, dan penguatan ikatan sosial. Lima hikmah agung yang terkandung di dalamnya – menghidupkan sunnah Rasulullah, membebaskan bayi dari ketergadaian, ungkapan syukur kepada Allah, perlindungan spiritual, dan mempererat ukhuwah Islamiyah – menjadikan akikah sebagai praktik yang sangat dianjurkan dan patut dijaga kelestariannya dalam kehidupan umat Islam. Dengan memahami dan mengamalkan hikmah-hikmah tersebut, kita dapat meraih keberkahan dan manfaat yang tak terhingga, baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat sekitar.