Jakarta – Keyakinan akan kehadiran malaikat sebagai utusan Allah SWT bukanlah hal yang asing dalam khazanah Islam. Lebih dari sekadar entitas gaib, kitab-kitab suci dan riwayat-riwayat terpercaya mengungkapkan kisah-kisah di mana malaikat menjelma dalam wujud manusia, berinteraksi langsung dengan para nabi dan orang-orang pilihan Allah. Buku "Alam al-Mala’ikah al-Abrar dan Alam al-Jinn wa asy-Syayathin" karya Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, yang diterjemahkan oleh Kaserun AS. Rahman, memberikan gambaran menarik mengenai fenomena ini, mengungkapkan pertemuan-pertemuan yang sarat makna dan pelajaran.
Salah satu kisah yang paling dikenal adalah kunjungan malaikat kepada Nabi Ibrahim AS. Bukan sekadar kunjungan biasa, pertemuan ini dibalut misteri hingga Nabi Ibrahim AS sendiri tidak menyadari jati diri para tamu agung yang mengunjungi rumahnya. Berbagai riwayat, termasuk dari Sa’id bin Jubair, As-Suddi, Qatadah, dan Muhammad bin Ishaq yang kemudian dikutip oleh Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiyaa, mendeskripsikan percakapan yang menarik antara Nabi Ibrahim AS dan para malaikat yang berwujud manusia.
Kehadiran para malaikat ini tidak langsung terungkap. Nabi Ibrahim AS, dengan kebijaksanaan dan kepekaan spiritualnya, mengajukan serangkaian pertanyaan yang mendalam dan mengusik hati. Kekhawatiran Nabi Ibrahim AS tertuju pada nasib kaum yang akan dibinasakan. Beliau berulang kali bertanya tentang jumlah orang-orang beriman yang masih tersisa di negeri tersebut. "Apakah kalian mau menghancurkan suatu negeri yang di dalamnya masih ada orang-orang yang beriman, tiga ratus orang mungkin?" tanya Nabi Ibrahim AS. Jawaban para malaikat yang konsisten, "Tidak sampai sebanyak itu," menunjukkan kebijaksanaan Ilahi yang menghargai keberadaan setiap individu yang beriman, meski jumlahnya sedikit. Pertanyaan Nabi Ibrahim AS terus berlanjut, menurunkan angka hingga empat puluh, kemudian empat belas, menunjukkan kepedulian dan permohonan beliau agar setiap jiwa yang beriman diselamatkan. Negeri yang dimaksud dalam percakapan ini adalah negeri kaum Nabi Luth AS, yang terkenal dengan kebejatan moralnya.
Kisah lain yang menarik adalah pertemuan para malaikat dengan Nabi Luth AS. Dalam riwayat ini, para malaikat menampakkan diri sebagai pemuda-pemuda tampan. Namun, kehadiran mereka justru membuat Nabi Luth AS gelisah dan khawatir. Kegelisahan ini beralasan, mengingat kaum Nabi Luth AS adalah kaum yang bersifat fasik dan melakukan perbuatan keji, yaitu hubungan sesama jenis. Al-Qur’an sendiri menceritakan peristiwa ini dalam surah Hud ayat 77, yang menggambarkan kegelisahan Nabi Luth AS saat melihat kedatangan para utusan Allah SWT. Ayat tersebut menunjukkan bahwa Nabi Luth AS merasakan beban berat dan kecemasan yang mendalam atas nasib kaumnya yang telah melampaui batas kejahatan. Ibnu Katsir, dalam kitabnya Al-Bidayah wa an-Nihayah, menjelaskan bahwa para malaikat yang menampakkan diri sebagai pemuda tampan ini datang dengan tugas untuk menghancurkan kaum Nabi Luth AS karena kebejatan mereka. Peristiwa ini menjadi peringatan yang kuat tentang akibat dari kemaksiatan dan kejahatan yang melampaui batas.
Tidak hanya Nabi Ibrahim AS dan Nabi Luth AS, Nabi Muhammad SAW juga pernah mendapatkan kunjungan malaikat dalam wujud manusia. Peristiwa ini terjadi berkali-kali, dengan penampakan yang beragam. Salah satu kisah yang terkenal adalah kedatangan Malaikat Jibril dalam wujud Dihyah bin Khalifah al-Kalbi, seorang sahabat yang dikenal ketampanannya. Aisyah RA, istri Rasulullah SAW, menyaksikan peristiwa ini dan bertanya kepada Rasulullah SAW tentang identitas orang tersebut. Rasulullah SAW menjawab, "Ia adalah Jibril dan ia menyampaikan salam kepadamu." (HR Ahmad dalam Musnad). Kisah ini menunjukkan bahwa malaikat dapat menampakkan diri dalam wujud manusia yang berbeda-beda, sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Dalam kisah lain yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Umar bin Khaththab menceritakan pengalamannya melihat seorang laki-laki berpakaian putih dan berambut hitam duduk di dekat Rasulullah SAW. Laki-laki ini bertanya tentang Islam, iman, ihsan, dan tanda-tanda kiamat. Setelah percakapan itu, Rasulullah SAW menjelaskan kepada para sahabat bahwa laki-laki tersebut adalah Malaikat Jibril yang bertujuan untuk mengajarkan agama kepada mereka. Peristiwa ini menunjukkan bahwa malaikat tidak hanya berinteraksi dengan para nabi, tetapi juga dapat berinteraksi dengan umat Islam lainnya untuk memberikan petunjuk dan penjelasan tentang agama. Deskripsi fisik yang diberikan oleh Umar bin Khaththab menunjukkan bahwa malaikat dapat menampakkan diri dengan penampilan yang berbeda-beda, sesuai dengan kehendak Allah SWT. Kehadiran malaikat dalam wujud manusia ini bukanlah untuk menipu atau menyesatkan, tetapi sebagai sarana komunikasi dan pengajaran dari Allah SWT kepada manusia.
Kesimpulannya, kisah-kisah tentang malaikat yang menampakkan diri dalam wujud manusia kepada para nabi dan orang-orang pilihan Allah SWT menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Kejadian ini bukanlah untuk menakut-nakuti atau menyesatkan, melainkan sebagai bentuk interaksi langsung antara dunia gaib dan dunia nyata. Kisah-kisah ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya keimanan, ketakwaan, dan kebijaksanaan dalam menghadapi segala sesuatu, termasuk peristiwa-peristiwa yang tampak aneh dan sulit dipahami dengan akal semata. Melalui kisah-kisah ini, kita diajak untuk merenungkan kebesaran Allah SWT dan mengingat bahwa dunia ini tidak hanya terdiri dari apa yang kita lihat dan rasakan saja, tetapi juga dunia gaib yang tidak terlihat mata tetapi nyata keberadaannya. Kejadian ini juga menjadi bukti nyata tentang kekuasaan Allah SWT yang dapat menciptakan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh karena itu, kita sebagai manusia harus selalu beriman dan bertawakal kepada Allah SWT dalam segala hal. Wallahu a’lam bisshawab.