Jakarta, 6 Desember 2024 – Dunia Islam berduka. Syekh Muhammad Hisham Kabbani, ulama Sufi terkemuka asal Lebanon yang telah menginspirasi jutaan umat Muslim di seluruh dunia, wafat pada Kamis malam, 5 Desember 2024, di usia 79 tahun. Kabar duka ini disampaikan melalui akun Instagram resmi beliau, @Hishamkabbani, menimbulkan gelombang kesedihan yang mendalam di berbagai penjuru dunia. Unggahan tersebut, yang dipenuhi dengan kesedihan dan penghormatan, menyampaikan kepergian sang Syekh dengan kalimat yang penuh makna: "Dengan patah hati kami menginformasikan kepada Anda bahwa malam ini Cinta Hidup Kami, Guru Kami, al-Qutb al-Mutasarrif, Maulana Syaikh Muhammad Hisham Kabbani (qaddas Allahu sirruhu) meninggal dari kehidupan duniawi ini ke al-Rafeeq al-‘Alaa."
Pengumuman tersebut menyerukan kepada seluruh murid dan pengikut Syekh Kabbani untuk melaksanakan berbagai amalan sebagai penghormatan terakhir, termasuk salat Ghaib, membaca Surah Yasin dan Surah Al-Mulk, Tahlil, Shalawat, Khataman Khawajikan, serta bersedekah, khususnya dengan memberi makan kepada mereka yang membutuhkan. Semua amal tersebut dihadiahkan untuk almarhum, semoga menjadi wasilah keberkahan bagi perjalanan ruhnya di alam baka.
Ucapan belasungkawa mengalir deras dari berbagai penjuru dunia. Salah satu tokoh yang menyampaikan duka cita mendalam adalah ulama terkemuka Pakistan, Dr. Muhammad Tahirul Qadri, melalui akun X pribadinya, @TahirulQadri. Dalam ungkapan kesedihannya, Dr. Qadri menyebut Syekh Kabbani sebagai "seorang ulama yang disegani dan pembimbing yang dikenal karena ketakwaan dan komitmennya terhadap kebenaran." Ia memanjatkan doa agar Allah SWT meninggikan derajat almarhum di surga dan menjadikan makamnya sebagai salah satu taman surga, sebuah doa yang mencerminkan pengakuan akan jasa dan kontribusi besar Syekh Kabbani bagi dunia Islam.
Dr. Qadri juga mengapresiasi pengabdian Syekh Kabbani yang tulus dalam menyebarkan ajaran agama dan melayani umat, menekankan kesinambungan perjuangan beliau dengan jejak silsilah dan jalan yang dirintis oleh Syekh Nazim Adil al-Haqqani, guru spiritual Syekh Kabbani. Doa tulusnya untuk penerimaan amal ibadah almarhum dan pengangkatan derajatnya ke tempat yang lebih tinggi menjadi penutup pernyataan duka cita yang sarat makna tersebut. Ia tak lupa menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga, murid, dan para pengikut Syekh Kabbani, seraya memohon rahmat dan kesabaran bagi mereka yang ditinggalkan.
Kepergian Syekh Hisham Kabbani meninggalkan kekosongan besar, bukan hanya bagi keluarga dan murid-muridnya, tetapi juga bagi seluruh umat Islam dunia. Lahir pada 28 Januari 1945 di Lebanon, beliau bukan hanya seorang ulama Sufi yang kharismatik, tetapi juga seorang intelektual dengan latar belakang pendidikan yang mumpuni. Perjalanan akademisnya yang luar biasa mencakup studi teknik kimia di Universitas Amerika di Beirut, pendidikan kedokteran di Belgia, dan studi hukum di Universitas Damaskus. Kemajemukan latar belakang pendidikan ini menunjukkan keluasan wawasan dan kedalaman pemahaman beliau terhadap berbagai aspek kehidupan, yang kemudian diintegrasikan dalam dakwah dan ajaran sufismenya.
Namun, kiprahnya yang paling menonjol adalah dalam dunia spiritual. Sebagai pemimpin Thariqat Naqsyabandiyah Haqqani di Amerika, Syekh Kabbani memainkan peran penting dalam membimbing dan membina jamaahnya. Beliau dikenal luas karena kemampuannya dalam menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang mudah dipahami dan dihayati, menjembatani kesenjangan antara pemahaman tekstual dan kontekstual ajaran agama.
Lebih dari itu, Syekh Kabbani dikenal sebagai sosok yang berani menyuarakan kebenaran dan melawan arus. Di tengah maraknya ekstremisme kekerasan yang meresahkan umat Muslim dunia, beliau secara aktif dan lantang mengkritik paham-paham radikal yang menyimpang dari ajaran Islam yang rahmatan lil-‘alamin. Beliau mengingatkan para pemimpin Muslim, dari Afghanistan hingga Inggris, akan pentingnya membangun ketahanan masyarakat terhadap radikalisasi dan pentingnya mengedepankan nilai-nilai toleransi dan perdamaian dalam beragama.
Keberanian beliau dalam menyuarakan kritik terhadap ekstremisme, meskipun terkadang memicu kontroversi di kalangan beberapa komunitas Muslim di Amerika, menunjukkan komitmen beliau yang teguh terhadap prinsip-prinsip Islam yang damai dan moderat. Beliau tidak pernah gentar dalam menyampaikan kebenaran, sekalipun harus menghadapi tantangan dan perbedaan pendapat.
Kiprah internasional Syekh Kabbani juga sangat luas. Beliau aktif terlibat dalam berbagai pertemuan dan konferensi internasional di berbagai negara, termasuk Spanyol, Malaysia, dan Indonesia. Pada tahun 2003, beliau bahkan hadir dalam pertemuan umat Islam di Masjid Istiqlal, Jakarta, menunjukkan perhatian dan kepeduliannya terhadap perkembangan Islam di Indonesia.
Hubungan Syekh Kabbani dengan Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia, juga sangat erat. Pada tahun 2002, dalam acara penutupan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) di Jakarta, beliau secara terbuka menyatakan dirinya sebagai bagian dari NU, menyatakan adanya banyak kesamaan prinsip dalam ajaran dan pandangan antara dirinya dan NU. Pernyataan ini disampaikan di hadapan Ketua PBNU saat itu, Rozy Munir, menunjukkan rasa hormat dan penghargaan beliau terhadap NU dan komitmennya terhadap persatuan dan kesatuan umat Islam.
Kepergian Syekh Kabbani tentu meninggalkan duka yang mendalam bagi NU. Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla menyampaikan duka cita mendalam atas kehilangan salah satu guru besar Sufi ini, khususnya kepada murid-murid Syekh Kabbani di Indonesia. Pernyataan ini mencerminkan betapa besarnya pengaruh dan kontribusi Syekh Kabbani bagi perkembangan Islam di Indonesia, khususnya dalam konteks penguatan moderasi beragama dan pemahaman Islam yang rahmatan lil-‘alamin.
Wafatnya Syekh Hisham Kabbani merupakan kehilangan besar bagi dunia Islam. Beliau bukan hanya seorang ulama yang berilmu luas, tetapi juga seorang pemimpin spiritual yang menginspirasi dan seorang pejuang kebenaran yang teguh. Warisan pemikiran, ajaran, dan perjuangan beliau akan terus dikenang dan dipelajari oleh generasi mendatang sebagai teladan dalam berdakwah dan berjuang untuk menegakkan nilai-nilai Islam yang damai dan moderat. Semoga Allah SWT menerima segala amal ibadahnya, menempatkannya di tempat yang mulia di sisi-Nya, dan memberikan kesabaran kepada keluarga, murid-murid, dan seluruh umat Islam yang ditinggalkannya. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.