Jakarta – Dalam khazanah Islam, Asmaul Husna, 99 nama agung Allah SWT, merupakan sumber kekuatan spiritual yang luar biasa. Surat Al-A’raf ayat 180 secara eksplisit menganjurkan hamba-Nya untuk berdoa dengan menyebut Asmaul Husna, menunjukkan betapa pentingnya memahami dan mengamalkan nama-nama tersebut dalam permohonan kepada Sang Pencipta. Ayat tersebut berbunyi: "Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik). Maka, bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut (Asmaul Husna) itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." Ayat ini menjadi landasan teologis bagi praktik dzikir dan doa yang diwarnai dengan penyebutan Asmaul Husna, mengarahkan umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui pemahaman dan pengamalan sifat-sifat-Nya yang agung.
Salah satu Asmaul Husna yang mendapatkan perhatian khusus dalam konteks pengabulan doa adalah "Ya Mujib" atau "Al-Mujib," yang berarti Maha Mengabulkan. Keyakinan akan kekuatan asma ini berakar pada pemahaman bahwa Allah SWT, dengan sifat Maha Mengabulkan-Nya, akan memperkenankan doa hamba-Nya yang dipanjatkan dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan, terlebih lagi jika doa tersebut diiringi dengan penyebutan asma-Nya yang agung. Tradisi dan pengalaman spiritual menunjukkan bahwa penggunaan Asmaul Husna dalam doa dapat meningkatkan peluang pengabulan, karena hal ini menunjukkan kesungguhan dan pemahaman yang mendalam akan sifat-sifat Allah SWT.
Amalan dzikir Al-Mujib, khususnya pengulangan sebanyak 55 kali setelah sholat Subuh, merupakan praktik yang dianjurkan oleh beberapa ulama, termasuk Syekh Ahmad bin Ali al-Buni, ulama tasawuf terkemuka asal Aljazair. Dalam kitabnya, Syamsul Ma’arif Wa Latha’iful ‘Awarif, beliau merekomendasikan amalan ini sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon pengabulan doa. Angka 55 sendiri memiliki signifikansi spiritual tersendiri dalam beberapa tradisi Islam, namun penjelasan detail mengenai angka tersebut memerlukan kajian lebih lanjut dalam konteks numerologi dan tasawuf. Yang terpenting adalah konsistensi dan keikhlasan dalam mengamalkan dzikir ini.
Keutamaan amalan dzikir Al-Mujib sebanyak 55 kali setelah sholat Subuh, menurut para ulama, terletak pada waktu pelaksanaan dan jumlah pengulangannya. Sholat Subuh merupakan salah satu waktu mustajab untuk berdoa, di mana doa cenderung dikabulkan oleh Allah SWT. Pengulangan sebanyak 55 kali, diyakini dapat meningkatkan konsentrasi dan fokus dalam berzikir, sehingga hati lebih khusyuk dan terhubung dengan Allah SWT. Namun, perlu ditekankan bahwa jumlah pengulangan bukanlah satu-satunya faktor penentu pengabulan doa. Keikhlasan, kesungguhan, dan tawakkal kepada Allah SWT merupakan faktor-faktor yang jauh lebih penting.
Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA memberikan gambaran tentang pentingnya menyebut nama Allah yang Agung dalam doa. Hadits tersebut menceritakan seorang lelaki yang berdoa dengan menyebut asma Allah yang Agung, dan Rasulullah SAW memuji doanya tersebut. Hadits ini menegaskan bahwa penyebutan Asmaul Husna dalam doa dapat meningkatkan peluang pengabulan, karena hal ini menunjukkan penghormatan dan pengakuan akan keagungan dan kekuasaan Allah SWT. Hadits ini juga menunjukkan bahwa doa yang dipanjatkan dengan penuh keimanan dan keyakinan akan dikabulkan oleh Allah SWT.
Namun, penting untuk memahami bahwa amal ibadah, termasuk dzikir Al-Mujib, bukanlah jimat atau mantra yang secara otomatis mengabulkan setiap keinginan. Amalan ini merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, meningkatkan keimanan, dan menumbuhkan rasa tawakkal. Pengabulan doa tetap berada di tangan Allah SWT, dan seorang muslim harus senantiasa berdoa dengan penuh keikhlasan, kesungguhan, dan tawakkal kepada-Nya.
Selain amalan dzikir Al-Mujib, seorang muslim juga diwajibkan untuk menjalankan seluruh kewajiban agama, seperti sholat lima waktu, puasa Ramadhan, zakat, dan haji bagi yang mampu. Amalan sunnah, seperti sholat sunnah, membaca Al-Quran, dan bersedekah, juga dianjurkan untuk memperkuat keimanan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semua amalan tersebut saling berkaitan dan memperkuat satu sama lain dalam membentuk kepribadian muslim yang taat dan bertakwa.
Terkait dengan pengabulan doa, usaha dan ikhtiar manusia juga memegang peranan penting. Allah SWT tidak akan mengabulkan doa hamba-Nya yang hanya berdiam diri dan pasif. Seorang muslim harus berusaha dan berikhtiar semaksimal mungkin untuk mencapai tujuannya, dan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT. Doa dan usaha merupakan dua hal yang saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain dalam mencapai kesuksesan dan keberkahan hidup.
Kesimpulannya, dzikir Al-Mujib sebanyak 55 kali setelah sholat Subuh merupakan amalan yang dianjurkan, namun bukan satu-satunya kunci pengabulan doa. Keberhasilan amalan ini bergantung pada niat yang ikhlas, kesungguhan dalam berzikir, dan tawakkal kepada Allah SWT. Amalan ini harus diiringi dengan kewajiban dan sunnah lainnya, serta usaha dan ikhtiar manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Yang terpenting adalah menumbuhkan keimanan yang kuat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui berbagai amalan ibadah yang sesuai dengan ajaran Islam. Dengan demikian, kita dapat berharap doa-doa kita dikabulkan oleh Allah SWT, karena Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Pengabulan doa bukan hanya soal kuantitas amalan, tetapi juga kualitas keimanan dan keikhlasan dalam beribadah. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah dan petunjuk kepada kita semua dalam mengamalkan ajaran agama-Nya.