Magelang, Jawa Tengah – Sebuah insiden yang sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu, di mana seorang penjual es teh bernama Sunhaji menjadi sasaran olok-olok dari pendakwah kondang Gus Miftah (Miftah Maulana Habiburrahman) di tengah pengajian, kini telah menemukan titik terang. Setelah video yang memperlihatkan interaksi keduanya beredar luas dan menuai beragam reaksi dari publik, Gus Miftah secara langsung mengunjungi Sunhaji di rumahnya di Dusun Gesari, Desa Banyusari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, untuk menyampaikan permohonan maaf. Pertemuan tersebut menghasilkan sebuah penyelesaian yang damai, di mana Sunhaji dengan lapang dada memaafkan Gus Miftah dan menyatakan tidak menyimpan rasa sakit hati.
Peristiwa yang terjadi di tengah pengajian tersebut, yang awalnya hanya berupa interaksi singkat antara Gus Miftah dan Sunhaji, berubah menjadi kontroversi setelah video amatir yang merekam kejadian tersebut tersebar luas di berbagai platform media sosial. Dalam video tersebut, terlihat Gus Miftah melontarkan kata-kata yang dianggap oleh sebagian besar netizen sebagai ejekan atau olok-olok terhadap Sunhaji, yang saat itu tengah berjualan es teh di sekitar lokasi pengajian. Reaksi publik pun beragam, sebagian besar mengecam tindakan Gus Miftah yang dinilai tidak pantas, sementara sebagian lainnya berpendapat bahwa hal tersebut hanyalah sebuah candaan yang disalahpahami.
Namun, terlepas dari berbagai interpretasi yang beredar di ruang publik digital, Sunhaji, pria berusia 38 tahun dan ayah dari dua anak ini, menunjukkan kedewasaan dan sikap yang terpuji. Saat ditemui awak media usai pertemuannya dengan Gus Miftah, Sunhaji dengan tegas menyatakan telah memaafkan sang pendakwah. "Saya sudah memaafkan," ujarnya dengan tenang, menunjukkan wajah yang tak menunjukkan bekas luka batin akibat kejadian tersebut.
Lebih lanjut, Sunhaji menekankan bahwa ia tidak menyimpan dendam atau rasa sakit hati terhadap Gus Miftah. "Saya dan Gus Miftah tidak punya masalah apa-apa. Tidak ada sakit hati," ucapnya, suaranya sedikit bergetar menahan haru. Air mata yang berkaca-kaca di matanya menjadi bukti nyata atas kerendahan hatinya dalam menghadapi situasi yang pelik ini. Sikap legowo Sunhaji ini menjadi sebuah pelajaran berharga tentang bagaimana menghadapi situasi yang kurang menyenangkan dengan bijak dan tanpa memperpanjang konflik.
Kejadian viral ini, menurut Sunhaji, telah membuatnya cukup terkejut. Ia mengaku tidak menyangka bahwa interaksi singkatnya dengan Gus Miftah akan menjadi perbincangan luas di media sosial. "Lha terus kok mendapat kayak yang di HP itu (viral), saya tidak akan memperpanjang lebarkan. Karena masalah ini sudah selesai," jelasnya, menunjukkan sikapnya yang ingin segera menutup lembaran kontroversi tersebut.
Di sisi lain, Gus Miftah sendiri mengakui kesalahannya dan menyampaikan permohonan maaf secara langsung kepada Sunhaji. Ia menjelaskan bahwa maksud perkataannya saat itu hanyalah bercanda, namun sayangnya candaan tersebut disalahartikan oleh banyak pihak. "Yang saat itu niatnya guyon (bercanda) tapi disalahpresepsikan, tapi apa pun itu aku minta maaf sama Kang Sunhaji. Niatnya guyon malah jadi kedawan-dawan (berlebihan) ya," ujar Gus Miftah dengan nada menyesal. Pernyataan Gus Miftah ini menunjukkan kesungguhannya dalam meminta maaf dan mengakui bahwa candaannya telah menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan.
Pertemuan Gus Miftah dan Sunhaji di rumah Sunhaji tersebut tidak hanya menjadi momen permohonan maaf, tetapi juga menjadi simbol rekonsiliasi dan pemahaman di antara kedua belah pihak. Kehadiran Gus Miftah secara langsung ke rumah Sunhaji menunjukkan keseriusan niatnya untuk meminta maaf dan memperbaiki kesalahpahaman yang terjadi. Hal ini juga menunjukkan bahwa Gus Miftah menghargai perasaan Sunhaji dan ingin menyelesaikan masalah ini secara baik-baik.
Insiden ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak, baik figur publik maupun masyarakat umum, tentang pentingnya berhati-hati dalam berkomunikasi, terutama di ruang publik. Kata-kata yang terlontar, sekalipun dimaksudkan sebagai candaan, dapat menimbulkan dampak yang luas dan tidak terduga. Kepekaan terhadap perasaan orang lain dan tanggung jawab atas ucapan sendiri merupakan hal yang krusial dalam menjaga keharmonisan sosial.
Lebih jauh, peristiwa ini juga menyoroti pentingnya literasi digital dan bijak dalam mengonsumsi informasi di dunia maya. Penyebaran video tersebut di media sosial telah memicu berbagai reaksi dan interpretasi yang beragam, sebagian di antaranya bersifat negatif dan bahkan cenderung menyudutkan salah satu pihak. Oleh karena itu, penting bagi pengguna media sosial untuk selalu mengecek kebenaran informasi sebelum menyebarkannya lebih luas, serta menghindari penyebaran informasi yang tidak akurat atau bersifat provokatif.
Sikap dewasa Sunhaji dalam memaafkan Gus Miftah patut diapresiasi. Ia menunjukkan bahwa memaafkan adalah sebuah kekuatan yang dapat membawa kedamaian dan ketenangan batin. Sikap ini juga menunjukkan bahwa ia lebih mementingkan penyelesaian masalah secara damai daripada memperpanjang konflik yang hanya akan menimbulkan kerugian bagi semua pihak.
Di tengah derasnya arus informasi dan opini di media sosial, kisah Gus Miftah dan Sunhaji ini menjadi sebuah pelajaran berharga tentang pentingnya komunikasi yang efektif, tanggung jawab atas ucapan, dan pentingnya memaafkan untuk mencapai kedamaian. Semoga kejadian ini dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk lebih bijak dalam bertindak dan berkomunikasi, serta selalu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan toleransi. Peristiwa ini juga menjadi bukti bahwa meskipun terjadi kesalahpahaman, penyelesaian secara damai dan penuh maaf tetap memungkinkan untuk dicapai. Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita semua untuk selalu mengedepankan sikap saling memahami dan memaafkan dalam kehidupan sehari-hari.