Jakarta – Kemunafikan, sifat tercela yang dibenci Allah SWT dan Rasul-Nya, merupakan penyakit hati yang menghancurkan kedamaian hidup penderitanya. Bukan sekadar cela moral, kemunafikan menimbulkan keresahan batin yang mendalam, sebuah azab duniawi yang menjadi bayangan bagi kehidupan mereka. Kegelisahan ini, sebagaimana diuraikan dalam buku "Pentingnya Pendidikan Karakter untuk Generasi Bangsa Menuju Indonesia Emas" karya Muhammad Suhud, bersumber dari rasa kurang yang tak pernah terpuaskan. Meskipun telah memiliki kekayaan melimpah, orang munafik tetap digerogoti oleh keserakahan, mudah tersinggung, dan cepat marah. Kehidupan mereka, dipenuhi oleh kontradiksi antara ucapan dan perbuatan, menciptakan jurang pemisah antara diri mereka dengan ketentraman jiwa.
Ayat suci Al-Quran mengungkap realitas getir kehidupan orang munafik. Surah Al-Munafiqun ayat 4, dengan gamblang melukiskan mereka sebagai individu yang penampilannya menipu mata, ucapannya memikat telinga, namun hati mereka kosong dan hampa. Ayat tersebut berbunyi:
“(Apabila engkau melihat mereka, tubuhnya mengagumkanmu. Jika mereka bertutur kata, engkau mendengarkan tutur katanya (dengan saksama karena kefasihannya). Mereka bagaikan (seonggok) kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan (kutukan) ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya). Maka, waspadalah terhadap mereka. Semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)?)”
Ayat ini menggambarkan kelicikan dan kepalsuan yang menjadi ciri khas orang munafik. Mereka menampilkan diri sebagai individu yang sempurna, menarik perhatian dengan penampilan dan tutur kata yang memikat. Namun, di balik fasad tersebut tersimpan hati yang penuh dengan kedengkian, kebencian, dan ketidakjujuran. Mereka hidup dalam ketakutan yang konstan, menganggap setiap kritikan atau teguran sebagai ancaman langsung terhadap diri mereka. Sifat inilah yang menjadikan mereka musuh yang berbahaya, yang harus diwaspadai dan dijauhi. Ayat ini juga mengandung doa agar Allah SWT membinasakan mereka dari kejahatan dan kemunafikannya.
Lebih jauh lagi, pengertian kemunafikan dijelaskan oleh Tohir Bawazir dalam bukunya "Muhammad Sang Negarawan". Beliau mendefinisikan kemunafikan sebagai sikap berpura-pura, kebohongan yang terselubung, dan niat tersembunyi di balik ucapan dan tindakan. Orang munafik mengatakan satu hal namun melakukan hal lain. Mereka mengaku beriman, namun hati mereka dipenuhi oleh kesyirikan. Mereka menyatakan kecintaan kepada Rasulullah SAW, namun sesungguhnya memendam kebencian yang mendalam. Surah Al-Munafiqun ayat 1 menguatkan hal ini:
“(Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.)”
Ayat ini mengungkap kelicikan orang munafik dalam mendekati Rasulullah SAW. Mereka menyatakan pengakuan iman dengan tujuan terselubung, namun Allah SWT Maha Mengetahui kebenaran hati mereka. Allah SWT mengetahui bahwa mereka adalah pendusta yang menutupi kebencian dan ketidakpercayaannya di balik ucapan yang menipu.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga mendefinisikan munafik sebagai seseorang yang berpura-pura beriman atau setia kepada agama, namun sesungguhnya hatinya tidak percaya. Mereka sering mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya, menciptakan celah antara kata-kata dan tindakan yang mencerminkan ketidakjujuran dan ketidakkonsistenan dalam hidup mereka.
Namun, kemunafikan bukanlah sesuatu yang dapat dibiarkan tanpa konsekuensi. Allah SWT telah menetapkan azab yang berat bagi mereka di dunia dan akhirat. Surah An-Nisa ayat 145 menjelaskan bahwa orang munafik akan mendapatkan tempat paling bawah di neraka:
“(Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.)”
Ayat ini menyatakan dengan jelas bahwa orang munafik akan mendapatkan siksaan yang paling berat di neraka. Mereka akan mendapatkan tempat paling bawah, menunjukkan tingkat kejahatan dan kesalahan mereka yang tak terampuni. Lebih dari itu, mereka tidak akan mendapatkan seorang penolongpun untuk menyelamatkan mereka dari azab neraka.
Surah At-Taubah ayat 68 juga menegaskan azab yang kekal bagi orang munafik di neraka Jahannam:
“(Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.)”
Ayat ini menyatakan bahwa orang munafik laki-laki dan perempuan, bersama orang-orang kafir, akan mendapatkan azab yang kekal di neraka Jahannam. Neraka itu cukup bagi mereka sebagai balasan atas kejahatan dan kemunafikan mereka. Allah SWT melaknati mereka dan memberikan azab yang kekal tanpa ada kesudahan.
Azab bagi orang munafik tidak hanya terbatas pada akhirat. Rasulullah SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA menjelaskan tentang siksaan di alam kubur:
(“Apabila mayit telah dikuburkan (salah satu di antaramu dikuburkan) maka datanglah dua malaikat yang hitam dan biru. Salah satunya bernama Munkar dan yang kedua Nakir. Kedua malaikat itu berkata: "Apa yang kamu katakan tentang lelaki ini (Nabi Muhammad SAW)?""Mayit menjawab seperti sebelum ia mati: Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.""Kedua malaikat itu berkata lagi: "Kami tahu engkau akan berkata begitu." Kemudian diluaskanlah kuburannya, lebar dan panjangnya tujuh puluh hasta serta diterangi cahaya. Lalu diucapkan kepadanya: tidurlah.""Mayit itu berkata: Aku mau pulang kepada keluargaku dan memberitahukan (keadaanku) kepadanya.""Kedua malaikat berkata: Tidurlah seperti tidurnya pengantin yang tidak dibangunkan kecuali oleh keluarganya yang paling dicintainya, sampai Allah membangunkannya dari tempat pembaringannya itu.""Kalau mayit itu orang munafik, maka dia akan menjawab dengan berkata: "Aku mendengar orang-orang mengatakan demikian, maka aku pun mengatakan seperti yang mereka katakan. Aku tidak tahu.""Kedua malaikat itu berkata: Aku tahu kamu akan menjawab seperti itu. Lalu dikatakan kepada bumi: Jepitlah dia (orang munafik)."Maka bumi menjepitnya sehingga tulang rusuknya remuk dan dia terus menerus dalam siksaan tersebut sampai Allah membangunkannya dari tempat siksaannya itu.") (HR Tirmidzi)
Hadis ini menggambarkan siksaan yang mengerikan bagi orang munafik di alam kubur. Mereka akan diinterogasi oleh malaikat Munkar dan Nakir, dan kebohongan mereka akan terungkap. Bumi akan menjepit mereka, menyebabkan penderitaan yang tak terkira sampai hari kiamat.
Kesimpulannya, kemunafikan bukanlah sesuatu yang ringan. Ia merupakan sifat tercela yang menimbulkan keresahan batin di dunia dan azab yang mengerikan di akhirat. Semoga kita semua dijauhkan dari sifat munafik dan diberi kekuatan untuk selalu bersikap jujur dan konsisten dalam ucapan dan perbuatan. Wallahu a’lam.