Jakarta – Jalan menuju surga terbentang luas, dihiasi amal saleh dan akhlak mulia. Namun, jalan menuju neraka, sayangnya, juga terbentang lebar, dipenuhi godaan dan dosa yang seringkali bermula dari dua anggota tubuh manusia: mulut dan kemaluan. Hal ini bukanlah sekadar peringatan, melainkan sebuah realitas yang ditegaskan oleh hadits Nabi Muhammad SAW dan dielaborasi oleh para ulama sepanjang sejarah Islam. Pemahaman yang mendalam tentang hal ini menjadi kunci penting dalam perjalanan spiritual setiap Muslim menuju kehidupan akhirat yang diridhoi Allah SWT.
Hadits riwayat Abu Hurairah RA, yang termaktub dalam kitab-kitab hadits shahih seperti Bukhari, dengan tegas menyatakan bahwa penyebab utama banyak manusia masuk neraka adalah kesalahan yang bersumber dari dua anggota tubuh ini. Hadits tersebut, yang seringkali disingkat dan disederhanakan, sebenarnya menyimpan pesan yang sangat mendalam dan perlu dikaji secara komprehensif. Nabi SAW, ketika ditanya tentang amal perbuatan yang paling banyak membawa manusia ke surga, menjawab, “Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.” Namun, ketika ditanya tentang amal yang paling banyak membawa manusia ke neraka, jawaban beliau singkat, padat, namun penuh makna: “Mulut dan kemaluan.”
Pernyataan ini bukanlah sebuah kutukan, melainkan sebuah peringatan keras bagi seluruh umat manusia. Mulut dan kemaluan, yang secara biologis memiliki fungsi vital, jika tidak dijaga dan dikendalikan dengan baik, justru dapat menjadi pintu gerbang menuju neraka. Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Minhajul ‘Abidin, bahkan menekankan pentingnya menjaga seluruh anggota tubuh sebagai manifestasi dari ketakwaan yang sempurna. Keberhasilan menjaga diri dari dosa, menurut beliau, merupakan cerminan keseriusan seseorang dalam menjalankan takwa secara menyeluruh.
Mulut: Senjata Tajam yang Mematikan
Mulut, sebagai alat komunikasi utama manusia, memiliki potensi luar biasa, baik untuk kebaikan maupun keburukan. Ia dapat menjadi media dakwah yang menyebarkan kebenaran, menyampaikan ilmu, dan menebar kebaikan. Namun, ia juga dapat menjadi senjata yang sangat tajam, yang mampu melukai hati, menghancurkan reputasi, dan bahkan memicu konflik yang berujung pada pertumpahan darah.
Allah SWT mengingatkan kita dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 3: “…dan orang-orang yang meninggalkan (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna.” Ayat ini secara implisit menekankan pentingnya menyaring setiap ucapan yang keluar dari mulut kita. Perkataan sia-sia, ghibah (mengunjing), namimah (adu domba), fitnah (pencemaran nama baik), sumpah palsu, dan kata-kata kasar adalah beberapa contoh dosa yang seringkali dilakukan melalui mulut. Setiap kata yang keluar dari mulut kita akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT kelak.
Lebih jauh lagi, hadits-hadits Nabi SAW menekankan betapa pentingnya menjaga lisan. Banyak hadits yang menggambarkan betapa besar pahala yang didapatkan oleh mereka yang mampu menjaga lisannya dari hal-hal yang tidak bermanfaat, bahkan hanya sekadar diam ketika tidak perlu berbicara. Sebaliknya, perkataan yang buruk dapat menjadi sebab utama kehancuran diri sendiri dan orang lain. Ucapan yang tidak terkontrol dapat memicu perselisihan, permusuhan, dan perpecahan di tengah masyarakat. Oleh karena itu, menjaga lisan merupakan salah satu kunci utama dalam meraih ridho Allah SWT dan mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Kemaluan: Pintu Menuju Dosa Besar
Selain mulut, kemaluan juga menjadi pintu gerbang menuju dosa besar yang dapat membawa seseorang ke neraka. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 5: “…dan orang-orang yang menjaga kemaluannya.” Ayat ini dengan jelas menekankan pentingnya menjaga kesucian dan kehormatan diri dengan menjauhi segala bentuk perbuatan zina dan maksiat yang berhubungan dengan syahwat.
Zina, baik zina lahir maupun zina hati, merupakan dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Ia merusak kehormatan diri, merusak keluarga, dan merusak tatanan sosial. Selain zina, perbuatan-perbuatan lain yang berhubungan dengan kemaluan, seperti onani (masturbasi), homoseksualitas, dan penyimpangan seksual lainnya, juga termasuk perbuatan maksiat yang harus dijauhi.
Nabi SAW juga menyebutkan dalam haditsnya bahwa menjaga kemaluan merupakan salah satu ciri dari tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah SWT di hari kiamat, ketika tidak ada tempat berteduh selain naungan-Nya. Hadits ini menunjukkan betapa besarnya pahala yang akan didapatkan oleh mereka yang mampu menjaga kemaluannya dari perbuatan maksiat. Kemampuan untuk mengendalikan hawa nafsu dan menjaga kemaluan merupakan bukti keimanan dan ketakwaan yang tinggi.
Jalan Menuju Surga: Takwa dan Akhlak Mulia
Jika mulut dan kemaluan merupakan dua pintu menuju neraka, maka takwa dan akhlak mulia merupakan dua kunci utama menuju surga. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Nabi SAW menyatakan bahwa takwa kepada Allah dan akhlak yang baik adalah amal perbuatan yang paling banyak membawa manusia ke surga.
Takwa, dalam konteks ini, bukan hanya sekadar menjalankan ibadah ritual semata, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan. Ia menuntut seseorang untuk selalu taat kepada perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya, baik secara lahir maupun batin. Takwa juga menuntut seseorang untuk selalu berbuat baik kepada sesama manusia, dengan penuh kasih sayang dan keadilan.
Akhlak mulia merupakan perwujudan dari takwa dalam kehidupan sehari-hari. Ia mencakup seluruh aspek perilaku manusia, baik dalam berinteraksi dengan Allah SWT maupun dengan sesama manusia dan makhluk ciptaan-Nya lainnya. Akhlak mulia meliputi kejujuran, amanah, kasih sayang, kesabaran, keadilan, dan berbagai sifat terpuji lainnya. Seseorang yang memiliki akhlak mulia akan selalu berusaha untuk berbuat baik kepada orang lain, tanpa memandang suku, agama, ras, atau golongan.
Kesimpulannya, jalan menuju surga dan neraka terletak di tangan kita sendiri. Mulut dan kemaluan, jika tidak dijaga dengan baik, dapat menjadi dua pintu menuju neraka. Namun, dengan senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, kita dapat membuka jalan menuju surga yang penuh dengan rahmat dan kenikmatan-Nya. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk selalu berada di jalan yang lurus dan diridhoi-Nya. Wallahu a’lam bishawab.