Jakarta – Profesi guru, jauh melampaui sekadar penyampai ilmu pengetahuan. Dalam pandangan Islam, guru menempati posisi yang sangat terhormat, bahkan mendekati kedudukan Nabi dan Rasul. Hal ini tercermin dalam hadis Rasulullah SAW yang menekankan keutamaan dan kemuliaan mereka, yang intinya menyatakan bahwa memuliakan guru adalah memuliakan Allah SWT, dan jalan menuju surga. Hadis ini, yang termaktub dalam kitab Lubabul Hadits, menjadi landasan kuat bagi tradisi mendoakan guru sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur atas jasa-jasa mereka.
Lebih dari sekadar ungkapan verbal, doa untuk guru merupakan manifestasi iman dan keyakinan akan peran vital mereka dalam membentuk karakter dan intelektualitas umat. Buku "Konsep Pendidik Menurut KH. M. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Al Adab Al-‘Alim Wa Al-Muta’alim dan Relevansinya terhadap Kompetensi Guru PAI" karya Zulfaizah Fitri, M.Pd., mengungkapkan betapa tinggi penghargaan Islam terhadap guru. Kedudukan mereka, menurut KH. Hasyim Asy’ari, hanya selangkah di bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Ini bukan sekadar pujian, melainkan pengakuan atas tanggung jawab moral dan spiritual yang diemban oleh seorang guru.
KH. Hasyim Asy’ari, dalam kitab Al Adab Al-‘Alim Wa Al-Muta’alim, menggunakan istilah "Al Amin" untuk menggambarkan sosok pendidik ideal. Istilah ini, menurut Zulfaizah Fitri, mencakup tiga peran utama: muallim, murabbi, dan muaddib. Muallim merujuk pada penguasaan ilmu yang mendalam, kemampuan mengembangkannya, dan menjelaskan relevansinya dalam kehidupan nyata. Murabbi, lebih dari sekadar pengajar, berperan sebagai pembimbing dan motivator yang menyiapkan peserta didik untuk berkreasi dan berinovasi. Sementara muaddib memiliki tanggung jawab yang lebih luas, yaitu mempersiapkan peserta didik untuk menjadi individu yang bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan. Ketiga peran ini menyatu dalam sosok guru ideal yang diidealkan dalam Islam.
Keberadaan doa-doa untuk guru pun mencerminkan kompleksitas peran dan tanggung jawab tersebut. Berbagai literatur keagamaan menawarkan beberapa versi doa yang dapat dipanjatkan untuk guru, masing-masing dengan nuansa dan fokus yang berbeda. Berikut beberapa contoh doa yang dirangkum dari berbagai sumber:
1. Doa untuk Guru (Versi Pertama):
Doa ini, yang dikutip dari buku "Kitab Shalawat Terbaik Terlengkap" karya Rusdianto, memiliki cakupan yang luas. Doa ini tidak hanya memohon ampunan bagi guru, tetapi juga untuk orang tua, sesepuh, dan semua orang yang memiliki hak atas kita. Secara lengkap, doa tersebut berbunyi:
(Arab): Allaahummaghfirlanaa bihii wa li-aabaa-inaa, wa li-ummahaatinaa, wa limasyaayikhinaa, wa limu’allimiinaa. Wa dzawil huquuqi ‘alainaa, wa lijamii’il mu’miniina wal mu’minaat, wal muslimiina wal muslimat, al- ahyaa-i min-hum wal amwaat.
(Latin): Allaahummaghfirlanaa bihii wa li-aabaa-inaa, wa li-ummahaatinaa, wa limasyaayikhinaa, wa limu’allimiinaa. Wa dzawil huquuqi ‘alainaa, wa lijamii’il mu’miniina wal mu’minaat, wal muslimiina wal muslimat, al- ahyaa-i min-hum wal amwaat.
(Terjemahan): "Ya Allah, karena Nabi Muhammad Saw., ampunilah kami, bapak-bapak dan ibu-ibu kami, guru-guru kami, dan orang-orang yang mengajar kami, serta orang- orang yang mempunyai hak wajib atas kami, seluruh orang mukmin laki-laki dan perempuan, dan orang-orang Islam laki-laki dan perempuan, baik mereka yang masih hidup maupun telah meninggal."
Doa ini mencerminkan kesadaran akan hubungan timbal balik antara guru dan murid, serta pengakuan akan peran guru sebagai bagian integral dari proses pembentukan individu yang beriman dan berakhlak mulia.
2. Doa untuk Guru (Versi Kedua):
Doa versi kedua, yang dikutip dari buku "Berkah Pena Bertinta Emas" karya Zainal Ilmi, memiliki fokus yang lebih spesifik. Doa ini memohon agar Allah SWT menutupi aib guru dan senantiasa memberikan keberkahan ilmu yang telah diajarkan. Doa tersebut berbunyi:
(Arab): Allāhumma-stur ‘aibā mu’allimī ‘annī walā tadzhab barakatā ‘ilmihī minnī.
(Latin): Allāhumma-stur ‘aibā mu’allimī ‘annī walā tadzhab barakatā ‘ilmihī minnī.
(Terjemahan): "Ya Allah tutupilah aib guruku dariku, dan janganlah kau hilangkan keberkahan ilmunya dariku."
Doa ini menekankan pentingnya menghargai ilmu dan kepribadian guru, serta memahami bahwa setiap individu, termasuk guru, memiliki kekurangan. Doa ini mengajarkan kasih sayang dan toleransi dalam memandang manusia.
3. Doa untuk Guru (Versi Ketiga):
Doa ini, yang dikutip dari buku "Tata Cara Shalat, Doa & Juz Amma for Smart Kids" karya Kak Ipnu, merupakan doa yang lebih umum, meminta ampunan bagi diri sendiri, orang tua, sesepuh, guru, dan seluruh umat muslim. Doa ini berbunyi:
(Arab): Robbanaghfirlanaa dzunuubanaa wa liwaa-lidiinaa walimasyaayikhinaa wa limu’all niinaa wa limal lahuu haqqun ‘alainaa wa liman ahabba wa ahsana ilainaa wa likaaffatil muslimiina ajma’iin.
(Latin): Robbanaghfirlanaa dzunuubanaa wa liwaa-lidiinaa walimasyaayikhinaa wa limu’all niinaa wa limal lahuu haqqun ‘alainaa wa liman ahabba wa ahsana ilainaa wa likaaffatil muslimiina ajma’iin.
(Terjemahan): "Wahai, Allah. Ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa orangtua kami, para sesepuh kami, para guru kami, orang-orang yang mempunyai hak atas kami, orang-orang yang cinta dan berbuat baik kepada kami, dan seluruh orang muslim."
Doa ini menunjukkan kesadaran akan kebutuhan akan ampunan Allah SWT dan peran guru sebagai bagian dari sistem kehidupan sosial yang lebih luas.
4. Doa untuk Guru (Versi Keempat):
Doa terakhir, yang dikutip dari buku "Dunia Santri Ladang Guru Menyemai Generasi Berprestasi" karya M. Rusli Nasir, berasal dari doa yang ditulis oleh Syekh Abdul Fattah Abu Guddah. Doa ini lebih berfokus pada permohonan ampunan dan kemuliaan bagi guru di sisi Allah SWT. Doa tersebut berbunyi:
(Arab): Allahummaghfirli masyaayikhinaa wa liman ‘allamunaa warhamhu, wa akrimhu birish waa nikal’athiim, fiimaq’ad shidqi ‘indaka yaa arkhamarraakhimiin.
(Latin): Allahummaghfirli masyaayikhinaa wa liman ‘allamunaa warhamhu, wa akrimhu birish waa nikal’athiim, fiimaq’ad shidqi ‘indaka yaa arkhamarraakhimiin.
(Terjemahan): "Wahai Allah ampunilah guru-guru kami dan orang yang telah mengajar kami. Sayangilah mereka, muliakanlah mereka dengan keridhaan-Mu yang agung, di tempat yang disenangi di sisi-Mu, wahai Yang Maha Penyayang di antara penyayang."
Doa ini menunjukkan rasa hormat dan penghargaan yang mendalam terhadap jasa-jasa guru, serta permohonan ridho Allah SWT atas perbuatan baik mereka.
Keempat doa di atas, meskipun berbeda dalam formulasi dan fokus, menunjukkan kesamaan dalam hal penghargaan tinggi terhadap guru dan peran mereka dalam kehidupan umat. Mendoakan guru, baik secara pribadi maupun berjamaah, merupakan amalan yang mulia dan dianjurkan dalam Islam. Tradisi ini bukan hanya merupakan bentuk penghormatan dan rasa syukur, tetapi juga merupakan refleksi dari nilai-nilai keislaman yang mengutamakan ilmu pengetahuan dan akhlak mulia. Semoga doa-doa ini selalu dipanjatkan sebagai bentuk apresiasi terhadap jasa-jasa para pendidik di seluruh dunia.