Akuisisi Katedral Santo Justo dan Santo Pastor di Alcala de Henares, Spanyol, oleh Muhammadiyah, organisasi Islam terbesar di Indonesia, telah mengguncang dunia dan menandai babak baru dalam sejarah hubungan Islam dan Kristen di semenanjung Iberia. Langkah berani ini, yang dideklarasikan pertama kali pada Sidang Pleno I Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta, November 2022, bukan sekadar transaksi properti, melainkan sebuah pernyataan ideologis dan strategi dakwah internasional yang sarat makna sejarah dan implikasi geopolitik. Lebih dari sekadar pembelian gedung, ini adalah pembelian sebuah sejarah, sebuah warisan arsitektur, dan sebuah simbol.
Latar Belakang Sebuah Keputusan Bersejarah:
Gagasan pembelian dan konversi gereja bersejarah ini menjadi masjid telah memicu beragam reaksi, mulai dari kekaguman hingga kontroversi. Saad Ibrahim, Ketua PWM Jatim, menyatakan bahwa langkah ini merupakan komitmen Muhammadiyah untuk "mengembalikan peradaban Islam di Spanyol" dengan menyediakan sarana ibadah yang memadai bagi komunitas Muslim di sana. Pernyataan ini, meskipun bernada optimis, menunjukkan ambisi besar Muhammadiyah untuk berperan aktif dalam membentuk lanskap keagamaan di Spanyol, sebuah negara dengan sejarah panjang pergulatan antara Islam dan Kristen. Keputusan ini juga mencerminkan visi global Muhammadiyah yang semakin mengakar dan ambisius dalam menyebarkan nilai-nilai Islam di kancah internasional. Bukan hanya di Indonesia, Muhammadiyah kini secara nyata menunjukkan eksistensinya di panggung dunia.
Magisterial Cathedral of Saints Justo and Pastor: Sebuah Jejak Sejarah yang Panjang dan Kompleks:
Katedral Santo Justo dan Santo Pastor bukanlah sekadar bangunan tua. Sejarahnya yang kaya dan kompleks terbentang selama berabad-abad, mencerminkan pergeseran kekuasaan, percampuran budaya, dan transformasi agama yang telah membentuk identitas Spanyol. Bangunan yang berdiri saat ini, dengan arsitektur bergaya Gotik yang megah, dibangun sekitar tahun 1342. Namun, jejak sejarahnya jauh lebih tua. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa lokasi ini telah digunakan sebagai tempat ibadah sejak abad ke-4 Masehi, bahkan sebelum era Kristen.
Dari Kuil Pagan hingga Katedral Katolik:
Sebelum menjadi gereja, lokasi ini dipercaya sebagai kuil yang didedikasikan untuk Castor dan Pollux, dewa kembar dalam mitologi Yunani-Romawi. Transformasi menjadi tempat ibadah Kristen terjadi seiring dengan pertumbuhan Barcelona sebagai kota Katolik. Kisah Santo Justo dan Santo Pastor, dua pemuda Kristen yang dihukum mati pada tahun 304 Masehi oleh Kaisar Romawi Diocletian karena menolak meninggalkan iman mereka, menjadi bagian integral dari sejarah gereja ini. Relik mereka dihormati di basilika Barcelona, sebuah koneksi yang menarik dengan sejarah keagamaan Catalonia dan bahkan dengan "La Moreneta" (Madonna Hitam), santo pelindung Catalonia.
Arsitektur sebagai Cerminan Sejarah:
Arsitektur Katedral Santo Justo dan Santo Pastor merupakan perpaduan unik berbagai gaya arsitektur. Elemen Romanesque, Gotik, Renaisans, Barok, dan Neoklasik berpadu secara harmonis, menciptakan sebuah mahakarya arsitektur yang mencerminkan perjalanan panjang sejarahnya. Keunikan ini diperkuat dengan statusnya sebagai basilika minor, yang diberikan oleh Paus Pius XII pada tahun 1946, menambah nilai historis dan spiritualnya.
Peran Politik dan Hukum:
Gereja ini tidak hanya berperan sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan politik dan hukum. Setelah Barcelona direbut kembali dari kekuasaan Moor pada tahun 801, Raja Louis menetapkan bahwa surat wasiat yang dibuat di dalam gereja ini memiliki kekuatan hukum yang sah. Ketentuan ini bahkan diperluas untuk mencakup berbagai perjanjian dan sumpah, termasuk sumpah para petarung sebelum duel. Praktik ini, yang baru dicabut pada tahun 1991, menunjukkan peran penting gereja dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat pada masa lalu. Penggunaan Alkitab bagi umat Kristen dan Sepuluh Perintah Allah bagi umat Yahudi dalam pengucapan sumpah menunjukkan toleransi yang relatif tinggi (meski dalam konteks dominasi Kristen) pada masa itu.
Gelar Magistral: Sebuah Keistimewaan Langka:
Katedral Santo Justo dan Santo Pastor memiliki keistimewaan yang jarang dimiliki gereja lain di dunia: gelar "Magistral". Gelar ini hanya diberikan kepada gereja-gereja di mana para kanonnya (pemimpin gereja) diwajibkan memiliki gelar doktor dalam bidang teologi. Gelar ini semakin mengukuhkan prestise dan nilai historis gereja tersebut.
Perubahan Fungsi Sepanjang Sejarah:
Sejarah Katedral Santo Justo dan Santo Pastor juga mencatat perubahan fungsi yang signifikan. Pada masa kekhalifahan Umayyah di Andalusia, situs ini pernah menjadi masjid, menunjukkan pergeseran kekuasaan dan pengaruh agama di wilayah tersebut. Perubahan ini kemudian berbalik setelah kekuasaan Kristen kembali menguasai wilayah tersebut. Fakta ini menjadi konteks penting dalam memahami konversi kembali bangunan tersebut menjadi masjid oleh Muhammadiyah.
Lokasi Strategis dan Potensi Wisata:
Letak Katedral Santo Justo dan Santo Pastor di pusat Alcala de Henares, dekat Madrid, memberikannya lokasi strategis yang ideal. Kedekatannya dengan ibu kota Spanyol membuatnya mudah diakses dan memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata religi. Hal ini juga memperkuat potensi bangunan tersebut sebagai pusat ibadah yang representatif bagi komunitas Muslim di Spanyol.
Akuisisi Muhammadiyah: Sebuah Langkah Strategis dan Simbolik:
Pembelian Katedral Santo Justo dan Santo Pastor oleh Muhammadiyah pada tahun 2023 merupakan langkah strategis dan simbolis yang berdampak luas. Langkah ini bukan hanya memperluas jangkauan dakwah Muhammadiyah ke kancah internasional, tetapi juga menunjukkan komitmen organisasi ini untuk membangun jembatan dialog antaragama dan budaya. Konversi bangunan bersejarah ini menjadi masjid akan menjadi pusat ibadah dan kegiatan keagamaan bagi komunitas Muslim di Spanyol, serta menjadi simbol kebangkitan Islam di wilayah yang pernah menjadi pusat peradaban Islam selama berabad-abad.
Implikasi dan Tantangan ke Depan:
Akuisisi ini, bagaimanapun, tidak lepas dari tantangan. Reaksi masyarakat Spanyol, baik dari kalangan Kristen maupun Muslim, akan menjadi faktor penting dalam keberhasilan proyek ini. Muhammadiyah perlu menunjukkan komitmennya untuk menghormati sejarah dan warisan budaya bangunan tersebut, serta membangun hubungan yang harmonis dengan komunitas lokal. Keberhasilan proyek ini akan bergantung pada kemampuan Muhammadiyah untuk mengelola aspek-aspek keagamaan, budaya, dan politik yang kompleks.
Kesimpulannya, akuisisi Katedral Santo Justo dan Santo Pastor oleh Muhammadiyah merupakan peristiwa bersejarah yang sarat makna. Langkah ini bukan hanya menandai ekspansi dakwah Islam di Spanyol, tetapi juga membuka lembaran baru dalam hubungan antaragama dan budaya di semenanjung Iberia. Keberhasilan proyek ini akan bergantung pada kemampuan Muhammadiyah untuk mengelola dengan bijak warisan sejarah yang kaya dan kompleks, serta membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat setempat. Peristiwa ini akan terus diamati dan dikaji sebagai sebuah studi kasus yang penting dalam dinamika hubungan Islam dan Kristen di dunia modern.