Peristiwa-peristiwa dahsyat yang menandai hari kiamat telah diramalkan dalam berbagai kitab suci dan hadits. Salah satu tanda yang paling mengerikan dan seringkali menjadi perbincangan adalah kemunculan Dabbah Al-Ard, sebuah makhluk misterius yang keberadaannya di dunia menandakan semakin dekatnya hari akhir. Ayat Al-Quran surat An-Naml ayat 82, yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "…Apabila keputusan (kehancuran) telah datang atas mereka, Kami keluarkan dari bumi binatang melata yang akan berkata kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak meyakini ayat-ayat Kami…", merupakan salah satu rujukan utama mengenai makhluk ini. Namun, deskripsi yang samar dalam ayat tersebut telah memicu beragam interpretasi dan penafsiran di kalangan ulama dan ahli tafsir selama berabad-abad.
Identitas Dabbah Al-Ard sendiri masih menjadi perdebatan. Tidak ada gambaran fisik yang pasti dan terdokumentasi secara ilmiah. Namun, berbagai literatur keagamaan, khususnya hadits dan tafsir Al-Quran, memberikan gambaran yang beragam, meskipun tetap bersifat metaforis dan simbolis. Deskripsi yang paling umum ditemukan mengacu pada hewan melata yang memiliki kemampuan berbicara layaknya manusia, sebuah kemampuan yang luar biasa dan menakutkan.
Ibn Juraij, salah satu ulama terkemuka, menawarkan deskripsi fisik yang cukup detail, meskipun tetap bersifat alegoris. Dalam buku "Dahsyatnya Petaka Kiamat" karya Mohd Zuhdi Ahmad Khasasi, dijelaskan bahwa menurut Ibn Juraij, Dabbah Al-Ard memiliki kepala seperti lembu, mata seperti babi, telinga seperti gajah, tanduk seperti rusa, leher seperti burung unta, dada seperti singa, warna tubuh seperti harimau, tulang rusuk seperti kucing, ekor seperti kibas, dan tinggi badan seperti unta. Deskripsi ini menunjukkan perpaduan karakteristik berbagai hewan, menciptakan citra makhluk yang unik dan mengerikan, mencerminkan kekuasaan Ilahi yang tak terduga.
Imam Al-Qurthubi, seorang ahli tafsir ternama, menambahkan bahwa Dabbah Al-Ard akan berbicara kepada manusia dengan bahasa yang mudah dipahami oleh semua orang, tanpa memandang bahasa atau suku bangsa. Suaranya digambarkan sangat keras dan lantang, menjangkau seluruh penjuru bumi, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat luput dari peringatannya. Ini menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan Dabbah Al-Ard bersifat universal dan ditujukan kepada seluruh umat manusia.
Hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri RA, yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim, dan Tirmidzi, menambahkan dimensi lain pada kemunculan Dabbah Al-Ard. Rasulullah SAW bersabda, "Demi jiwa Muhammad yang jiwanya berada dalam genggaman-Nya, tidak akan terjadi kiamat hingga binatang buas berbicara kepada manusia dan seseorang diajak berbicara oleh ujung (siksa) cemeti dan tali sandalnya, lalu memberitahukannya. Maka, ambillah atau lakukan apa yang akan dia lakukan nanti." Hadits ini menekankan aspek peringatan dan perhitungan amal yang akan terjadi sebelum kiamat. Dabbah Al-Ard bukan hanya sekadar makhluk aneh, tetapi juga sebagai alat perantara untuk menyampaikan pesan Ilahi yang bersifat peringatan dan sekaligus penghakiman.
Lebih lanjut, Ahmad Thomson dalam bukunya "Sistem Dajjal" mengutip pendapat Ibnu Katsir dalam tafsirnya, yang menempatkan kemunculan Dabbah Al-Ard sebagai tanda pertama di bumi, sementara terbitnya matahari dari barat sebagai tanda pertama di langit. Ibnu Katsir menggambarkan Dabbah Al-Ard sebagai makhluk yang sangat ganjil dan berukuran raksasa, melebihi daya bayangan manusia. Dabbah akan muncul dari perut bumi, mengusap debu dari kepalanya, dan membawa cincin Nabi Sulaiman dan tongkat Nabi Musa – dua artefak penting yang melambangkan kekuasaan dan otoritas kenabian. Kehadiran kedua artefak ini semakin memperkuat makna simbolis Dabbah Al-Ard sebagai perantara pesan Ilahi yang bersifat final.
Ibnu Katsir juga menggambarkan bagaimana Dabbah Al-Ard akan bertindak sebagai penghakim. Dengan tongkat Nabi Musa, Dabbah akan menghancurkan hidung setiap orang kafir dan menorehkan kata "kafir" di dahi mereka. Sebaliknya, ia akan menghiasi wajah orang-orang beriman dan menorehkan kata "mukmin" di dahi mereka. Dabbah juga akan berbicara kepada manusia, mengungkapkan kebenaran dan kebatilan, membedakan antara orang-orang yang beriman dan yang mengingkari kebenaran. Deskripsi ini menggambarkan Dabbah Al-Ard sebagai agen penghakiman Ilahi, yang akan membedakan antara kebenaran dan kebatilan secara nyata dan tak terbantahkan.
Af Idah Salmah dalam "Negeri Akhirat" menambahkan bahwa Dabbah Al-Ard diperkirakan akan muncul di antara bukit Shafa dan Marwah di Makkah. Setelah muncul, Dabbah akan terbang ke udara, sehingga terlihat oleh seluruh umat manusia di muka bumi. Kejadian ini akan menjadi peristiwa global yang menyaksikan pengungkapan akhir dari iman dan kekafiran.
Riwayat lain menyebutkan bahwa Dabbah Al-Ard memiliki tongkat Nabi Musa dan cincin Nabi Sulaiman. Kepemilikan artefak-artefak ini semakin menegaskan peran Dabbah Al-Ard sebagai simbol otoritas Ilahi dan penghakiman akhir. Pada saat itu, semua kemunafikan, kekafiran, kesesatan, dan bid’ah akan terungkap dengan jelas. Dabbah Al-Ard akan membedakan antara orang mukmin dan orang kafir, memberikan tanda yang tak terbantahkan pada setiap individu.
Kesimpulannya, Dabbah Al-Ard, meskipun deskripsinya beragam dan bersifat simbolis, merupakan salah satu tanda kiamat yang paling signifikan dalam literatur keagamaan. Kehadirannya bukan hanya sebagai pertanda akhir zaman, tetapi juga sebagai peringatan terakhir bagi manusia untuk bertaubat dan kembali kepada jalan yang benar. Makhluk ini digambarkan sebagai agen penghakiman Ilahi, yang akan membedakan antara iman dan kekafiran, mengungkapkan kebenaran dan kebatilan, dan memperlihatkan konsekuensi dari pilihan hidup masing-masing individu. Meskipun wujud fisiknya masih menjadi misteri, makna simbolis Dabbah Al-Ard tetap relevan dan menjadi pengingat akan pentingnya keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Peringatan ini senantiasa relevan sepanjang masa, mengajak manusia untuk selalu merenungkan kehidupan dan mempersiapkan diri menghadapi hari akhir.