Jakarta – Kematian, sebuah realita tak terelakkan bagi setiap insan, memicu pertanyaan mendalam tentang nasib jiwa setelah meninggalkan dunia fana. Alam barzakh, atau alam kubur, menjadi tahapan transisi yang penuh misteri, di mana ruh manusia menanti hari pembalasan. Keyakinan umat Islam terhadap adanya siksa kubur, sebagai konsekuensi dari amal perbuatan di dunia, mendorong pencarian amalan-amalan yang dapat melindungi diri dari azab tersebut. Salah satu amalan yang kerap disebut-sebut adalah membaca Surah Al-Mulk sebelum tidur. Namun, pemahaman yang komprehensif dan seimbang perlu dibangun agar tidak terjadi misinterpretasi terhadap hadits dan ajaran agama.
Artikel ini akan mengupas tuntas perihal keutamaan membaca Surah Al-Mulk, khususnya dalam konteks perlindungan dari siksa kubur, serta mengkaji amalan-amalan lain yang relevan dalam meraih husnul khatimah—kematian yang baik—menurut perspektif ajaran Islam. Penting untuk diingat bahwa segala bentuk perlindungan dan ampunan sepenuhnya berada di tangan Allah SWT, dan amalan-amalan ini semata-mata merupakan ikhtiar hamba untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Surah Al-Mulk: Benteng Perlindungan dari Siksa Kubur?
Keyakinan akan perlindungan dari siksa kubur melalui pembacaan rutin Surah Al-Mulk bersumber dari hadits-hadits yang diriwayatkan oleh beberapa ulama terkemuka. Salah satu hadits yang sering dikutip berasal dari riwayat An-Nasa’i, yang berbunyi: "Barang siapa yang membaca Tabaarakalladzii biyadihil mulku (surah Al Mulk) tiap malam, Allah SWT akan mencegahnya dari siksa kubur. Kami (para sahabat) di masa Rasulullah SAW menamakannya (surah) Al Maani’ah (yang mencegah dari azab kubur)."
Hadits ini, meskipun sanadnya dinilai shahih oleh Al-Hakim dan Adz-Dzahaby, perlu dikaji lebih dalam konteksnya. Istilah "mencegah" (menurut terjemahan di atas) tidak serta merta menjamin terbebasnya seseorang dari segala bentuk siksa kubur, melainkan lebih kepada pengurangan atau peringanan azab. Allah SWT Maha Pengampun dan Maha Penyayang, namun keadilan-Nya juga mutlak. Siksa kubur merupakan konsekuensi logis dari dosa-dosa yang dilakukan selama hidup di dunia. Oleh karena itu, membaca Surah Al-Mulk dapat diartikan sebagai upaya untuk memohon perlindungan dan rahmat Allah SWT, bukan sebagai jaminan mutlak terbebas dari siksa.
Buku "Biografi dan Akidah Imam Al-Muzani" karya Abu Utsman Kharisman menguatkan pandangan ini. Buku tersebut menjelaskan bahwa pembacaan Surah Al-Mulk sebagai bagian dari ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT, akan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan seseorang. Hal ini, pada gilirannya, dapat mempengaruhi kondisi ruh di alam barzakh. Namun, keimanan dan ketaqwaan yang tulus dan konsisten, diwujudkan dalam seluruh aspek kehidupan, jauh lebih penting daripada sekadar membaca satu surah tertentu.
Keutamaan Surah Al-Mulk di Luar Konteks Siksa Kubur
Surah Al-Mulk, terlepas dari interpretasi mengenai perlindungan dari siksa kubur, memiliki keutamaan lain yang tak kalah penting. Hadits riwayat Tirmidzi menyebutkan bahwa surah ini akan memberikan syafaat di akhirat. Abduh Zulfidar Akaha dalam "Panduan Praktis Doa dan Dzikir Sehari-hari" menjelaskan bahwa surah ini dapat menjadi penyejuk hati di hari kiamat, sebuah gambaran akan ketenangan jiwa yang didapatkan oleh mereka yang senantiasa beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Hadits riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi juga menyinggung keutamaan Surah Al-Mulk sebagai pemberi syafaat, yang berimplikasi pada pengampunan dosa. Namun, sekali lagi, penting untuk memahami bahwa pengampunan dosa sepenuhnya merupakan prerogatif Allah SWT. Surah Al-Mulk, sebagai bagian dari Al-Quran, mengandung ayat-ayat yang mengingatkan akan kebesaran dan keadilan Allah SWT, serta mendorong manusia untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Pembacaan surah ini dapat menjadi sarana untuk merenungkan dosa-dosa yang telah diperbuat dan memohon ampunan kepada Allah SWT.
Amalan Lain Menuju Husnul Khatimah
Selain membaca Surah Al-Mulk, terdapat amalan-amalan lain yang dianjurkan dalam Islam untuk meraih husnul khatimah dan terhindar dari siksa kubur. Amalan-amalan ini tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan dan memperkuat satu sama lain dalam membangun keimanan dan ketaqwaan yang kokoh.
-
Jihad Fi Sabilillah: Indah Permatasari, S.Pd, dalam "Perbuatan tak Disengaja Membuat Dosa yang Memberatkan Siksa Kubur", menjelaskan bahwa syahid di jalan Allah SWT, gugur dalam membela agama, merupakan salah satu jalan menuju husnul khatimah. Hadits riwayat Fadhdhalah ibn Ubaid menyebutkan bahwa amal seorang syahid akan terus mengalir hingga hari kiamat, dan ia akan terbebas dari fitnah kubur. Jihad di sini tidak hanya terbatas pada peperangan fisik, tetapi juga mencakup perjuangan dalam berbagai bidang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
-
Membaca Kalimat Thayyibah: Pengulangan kalimat "La ilaha illallah" bukan hanya simbol keislaman, tetapi juga merupakan dzikir yang ampuh untuk menenangkan jiwa dan memohon perlindungan Allah SWT. Rasulullah SAW menekankan pentingnya pengucapan kalimat thayyibah, terutama saat menghadapi sakaratul maut. Hadits lain menyebutkan keutamaan membaca "La ilaha illallah al malikul haqqul mubiin" secara konsisten sebagai jaminan keselamatan di alam kubur. Namun, perlu diingat bahwa keutamaan ini didapat melalui keimanan dan ketaqwaan yang tulus, bukan hanya sekedar pengulangan tanpa pemahaman.
-
Wafat dalam Keadaan Sakit Perut: Hadits riwayat Abu Hurairah RA menyebutkan bahwa mereka yang meninggal dunia akibat sakit perut akan mendapatkan kedudukan sebagai syahid. Hal ini juga diperkuat oleh riwayat Abdullah bin Yasar. Namun, perlu diwaspadai agar tidak ditafsirkan secara harfiah dan menyebabkan tindakan yang membahayakan diri sendiri. Hadits ini lebih menekankan pada kematian yang diiringi kesabaran dan keikhlasan dalam menghadapi cobaan.
-
Wafat di Hari Jumat: Hadits riwayat Abdullah bin Amr menyebutkan potensi terhindar dari siksa kubur bagi mereka yang wafat pada hari Jumat atau malam Jumat. Namun, Buya Yahya mengingatkan bahwa hal ini bukan jaminan mutlak. Husnul khatimah tidak ditentukan semata-mata oleh waktu kematian, melainkan oleh kualitas keimanan dan amal perbuatan selama hidup.
Kesimpulan: Ikhtiar dan Tawakal
Pembacaan Surah Al-Mulk, beserta amalan-amalan lain yang telah disebutkan, merupakan bagian dari ikhtiar manusia untuk meraih husnul khatimah dan perlindungan dari siksa kubur. Namun, penting untuk diingat bahwa segala sesuatu berada di tangan Allah SWT. Tawakal, yaitu penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT, merupakan kunci utama dalam menghadapi kematian dan kehidupan akhirat. Jangan sampai keyakinan terhadap keutamaan amalan tertentu membuat kita lalai dalam beribadah dan beramal saleh secara keseluruhan. Keimanan yang tulus, ketaqwaan yang konsisten, dan amal perbuatan yang baik adalah pondasi utama untuk meraih ridho Allah SWT dan husnul khatimah. Semoga Allah SWT memberikan kita semua husnul khatimah dan perlindungan-Nya di dunia dan akhirat.