Surah Al-Alaq, surah ke-96 dalam Al-Qur’an, menyimpan makna monumental dalam sejarah Islam. Bukan sekadar rangkaian ayat, surah yang terdiri dari 19 ayat ini menandai peristiwa sakral: turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW, menandai dimulainya risalah kenabian yang mengubah peta peradaban dunia. Nama surah ini sendiri, yang berarti "segumpal darah," merujuk pada ayat kedua dan menyimpan simbolisme mendalam tentang penciptaan manusia. Sebagai surah Makkiyah, Al-Alaq diturunkan di Mekkah sebelum hijrah Nabi ke Madinah, mencerminkan fase awal penyampaian risalah Ilahi.
Peristiwa turunnya wahyu pertama ini, sebagaimana termaktub dalam berbagai riwayat, terjadi di Gua Hira. Saat Nabi Muhammad SAW tengah bertafakur—mencari ketenangan dan mendekatkan diri kepada Tuhan—malaikat Jibril datang menghampiri beliau. Pertemuan ini bukan pertemuan biasa, melainkan peristiwa yang mengguncang alam semesta, menandai dimulainya tugas suci Nabi sebagai utusan Allah. Dengan suara yang menggetarkan, Jibril menyampaikan perintah Ilahi yang singkat, padat, namun sarat makna: "Iqra’!"—Bacalah!
Perintah ini, sederhana namun dahsyat, menimpa Nabi Muhammad SAW yang kala itu buta huruf (ummi). Ketidakmampuan membaca justru menjadi bukti nyata bahwa wahyu ini murni berasal dari Allah SWT, bukan hasil pembelajaran manusia. Ketidakmampuan Nabi SAW untuk memenuhi perintah Jibril menunjukkan betapa besarnya tantangan yang dihadapi. Riwayat menyebutkan bahwa Nabi SAW menjawab ketidakmampuannya, dan Jibril pun mengulangi perintah tersebut hingga tiga kali. Tekanan ini bukan semata tekanan fisik, melainkan tekanan spiritual yang luar biasa, menunjukkan urgensi dan pentingnya perintah tersebut. Tekanan ini juga menggambarkan proses spiritual yang mendalam yang dialami Nabi SAW dalam menerima amanah kenabian.
Setelah pengulangan ketiga, Jibril kemudian membacakan ayat-ayat pertama Surah Al-Alaq:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Al-Alaq: 1-5)
Ayat-ayat ini, meskipun singkat, mengandung pesan universal yang mendalam. Perintah "Bacalah!" bukan sekadar perintah untuk membaca tulisan, melainkan perintah untuk menuntut ilmu, untuk memahami ciptaan Allah, dan untuk menyebarkan risalah-Nya. Ayat selanjutnya menjelaskan proses penciptaan manusia dari segumpal darah ("’alaq"), mengingatkan kita akan asal-usul kita dan kebesaran Sang Pencipta. Penggunaan kata "Iqra’" dua kali menegaskan pentingnya membaca dan menuntut ilmu sebagai jalan menuju pemahaman kebenaran Ilahi. Kemudian, disebutkan peran "qalam" (pena atau tulisan) sebagai alat untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, menunjukkan pentingnya literasi dan pencatatan ilmu dalam penyebaran ajaran agama. Ayat terakhir dari bagian ini menekankan kemampuan Allah SWT dalam mengajarkan manusia hal-hal yang sebelumnya tidak diketahuinya, menunjukkan betapa luasnya ilmu pengetahuan yang diberikan Allah kepada manusia.
Setelah membacakan ayat-ayat tersebut, Jibril meninggalkan Nabi Muhammad SAW. Beliau SAW, diliputi perasaan haru dan takjub, segera pulang kepada Khadijah, istrinya, dan menceritakan pengalaman luar biasa tersebut. Khadijah, sebagai istri yang setia dan penyayang, memberikan dukungan penuh kepada Nabi SAW, memperkuat keyakinan dan keteguhan beliau dalam menjalankan tugas kenabian. Peristiwa ini menandai awal dari perjalanan panjang Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan risalah Islam, bermula dari wahyu pertama yang sederhana namun penuh makna.
Ayat-ayat selanjutnya dalam Surah Al-Alaq (ayat 6-19) beralih ke tema yang berbeda, namun tetap relevan dengan konteks wahyu pertama. Ayat-ayat ini mengkritik sikap sombong dan angkuh manusia yang merasa cukup dengan dirinya sendiri, mengingatkan akan kebesaran Allah SWT dan keharusan untuk kembali kepada-Nya. Ayat-ayat ini juga membahas tentang larangan untuk menghalangi seseorang yang sedang beribadah dan menyeru kepada kebaikan, menunjukkan pentingnya kebebasan beragama dan ajakan untuk bertakwa kepada Allah. Ancaman bagi mereka yang mendustakan dan menolak kebenaran juga diungkapkan, menunjukkan keseriusan Allah SWT dalam menegakkan keadilan dan kebenaran.
Secara keseluruhan, Surah Al-Alaq merupakan surah yang komprehensif, mencakup tema penciptaan manusia, pentingnya membaca dan menuntut ilmu, serta peringatan terhadap kesombongan dan penolakan terhadap kebenaran. Ayat-ayatnya, meskipun singkat, sarat dengan makna dan hikmah yang dapat dipetik oleh umat manusia sepanjang zaman. Turunnya surah ini menandai awal dari sebuah revolusi spiritual dan intelektual yang mengubah dunia, bermula dari perintah sederhana namun dahsyat: "Iqra’!"—Bacalah!
Penggunaan kata "Iqra’" sebagai perintah pertama dalam wahyu menunjukkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan dalam Islam. Islam bukan agama yang statis, melainkan agama yang dinamis dan selalu mendorong umatnya untuk terus belajar dan menuntut ilmu. Ilmu pengetahuan, dalam konteks Islam, bukan hanya ilmu pengetahuan sekuler, melainkan juga ilmu pengetahuan agama yang dapat menuntun manusia kepada jalan yang benar.
Surah Al-Alaq juga mengajarkan kita tentang pentingnya keteguhan hati dan keimanan dalam menghadapi tantangan. Nabi Muhammad SAW, sebagaimana yang tergambar dalam riwayat turunnya wahyu pertama, menunjukkan keteguhan hati dan keimanan yang luar biasa dalam menghadapi tekanan dan keraguan. Keteguhan beliau menjadi contoh bagi kita untuk tetap teguh dalam menjalankan perintah Allah SWT, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan dan kesulitan.
Secara keseluruhan, Surah Al-Alaq bukan hanya sekadar surah dalam Al-Qur’an, melainkan juga simbol dari awal mula risalah kenabian, menunjukkan pentingnya ilmu pengetahuan, keteguhan hati, dan keimanan dalam kehidupan seorang muslim. Pesan-pesan yang terkandung di dalamnya tetap relevan hingga saat ini dan akan terus menjadi panduan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. Perintah "Bacalah!" akan selalu menjadi seruan untuk terus belajar, berkembang, dan menyebarkan kebaikan di dunia. Surah Al-Alaq, dengan demikian, merupakan warisan berharga yang harus dikaji dan dihayati oleh setiap muslim untuk memahami inti ajaran Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.