Jakarta, [Tanggal Publikasi] – Kisah Nabi Ya’qub AS dan Nabi Yusuf AS merupakan salah satu kisah paling menyentuh dalam Al-Qur’an, menceritakan tentang ujian kesabaran, kekuatan iman, dan kasih sayang seorang ayah yang begitu besar kepada putranya. Cinta Ya’qub AS yang mendalam kepada Yusuf AS, sayangnya, justru menjadi pemicu tragedi yang menghancurkan hati dan menguji keimanannya. Kecemburuan saudara-saudara Yusuf AS yang dipicu oleh kasih sayang istimewa sang ayah, berujung pada tindakan keji yang mengubah hidup Ya’qub AS selamanya.
Saudara-saudara Yusuf AS, didorong oleh rasa iri dan dengki yang membutakan akal sehat mereka, merencanakan sebuah kejahatan yang kejam. Mereka, dengan penuh perhitungan jahat, menjebloskan Yusuf AS, sang adik yang masih belia dan penuh harapan, ke dalam sebuah sumur yang gelap dan dalam. Tindakan biadab ini diabadikan dalam firman Allah SWT dalam Surah Yusuf ayat 15:
“Maka tatkala mereka membawanya (Yusuf) dan sepakat untuk memasukkannya ke dalam dasar sumur, Kami wahyukan kepadanya: “Sesungguhnya engkau akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tidak mengetahui.”
Ayat tersebut menggambarkan bagaimana Allah SWT senantiasa mengawasi dan melindungi hamba-Nya, bahkan di tengah-tengah situasi yang paling mencekam. Meskipun Yusuf AS terjebak dalam situasi yang mengerikan, Allah SWT memberikan petunjuk dan kekuatan kepadanya.
Setelah menyingkirkan Yusuf AS ke dalam sumur, saudara-saudara yang kejam itu kemudian bersekongkol untuk menutupi kejahatan mereka. Mereka kembali kepada ayah mereka, Nabi Ya’qub AS, dengan membawa kabar duka yang palsu. Dengan air mata buaya, mereka menceritakan kisah yang direkayasa, bahwa Yusuf AS telah tewas diterkam binatang buas. Kebohongan ini, yang dilontarkan dengan penuh kelicikan, bertujuan untuk menghilangkan jejak kejahatan mereka dan membebaskan diri dari tanggung jawab atas perbuatan keji tersebut.
Bayangkan betapa hancurnya hati Nabi Ya’qub AS saat mendengar kabar tersebut. Rasa kehilangan yang mendalam, dipadu dengan kesedihan yang amat sangat, menghantamnya dengan keras. Ia tak kuasa membendung air mata kesedihannya. Tangisnya yang pilu dan tak henti-hentinya, mengiringi hari-hari yang terasa begitu panjang dan penuh duka. Rasa rindu yang membuncah kepada Yusuf AS, putranya yang dicintainya, begitu kuat sehingga menghancurkan kesehatan fisiknya. Ia menangisi kepergian Yusuf AS hingga penglihatannya pun meredup, bahkan akhirnya hilang sama sekali.
Kebutaan Nabi Ya’qub AS bukan sekadar kehilangan penglihatan secara fisik, melainkan juga simbol dari kehilangan harapan dan masa depan yang begitu mendalam. Kehilangan Yusuf AS, yang merupakan sumber kebahagiaan dan cahaya dalam hidupnya, telah menenggelamkannya dalam kesedihan yang amat sangat. Kebutaannya menjadi manifestasi dari kesedihan batiniah yang begitu dalam dan tak tertahankan.
Namun, di tengah ujian yang begitu berat ini, keimanan Nabi Ya’qub AS tetap teguh. Ia tidak menyerah pada keputusasaan. Ia tetap berpegang teguh kepada Allah SWT, menyerahkan segala urusan kepada-Nya, dan memohon kesabaran serta kekuatan untuk menghadapi cobaan ini. Kisah ini mengajarkan kita betapa pentingnya memiliki keimanan yang kuat dalam menghadapi ujian hidup, betapapun beratnya ujian tersebut.
Bertahun-tahun berlalu dalam kesedihan dan kebutaan. Namun, takdir Allah SWT yang maha kuasa, memiliki rencana yang indah. Dalam kitab Qashash Al-Anbiya karya Ibnu Katsir, dikisahkan bahwa suatu hari, Nabi Ya’qub AS yang dikaruniai indra penciuman yang sangat tajam, tiba-tiba mencium aroma yang sangat familiar. Aroma itu, aroma baju Yusuf AS, menggema di indra penciumannya, membangkitkan kembali secercah harapan di tengah kegelapan kesedihannya.
Aroma baju Yusuf AS, yang telah lama hilang, tiba-tiba muncul dan menggetarkan hati Ya’qub AS. Aroma itu menjadi pertanda, sebuah petunjuk ilahi yang membawa kembali cahaya harapan di tengah kegelapan yang begitu pekat. Ia merasakan kehadiran Yusuf AS, meskipun secara fisik masih terpisah jarak yang begitu jauh.
Ketika baju Yusuf AS diusapkan ke wajahnya, mukjizat terjadi. Penglihatan Nabi Ya’qub AS kembali pulih. Kebutaan yang telah menyelimuti matanya selama bertahun-tahun, lenyap seketika. Ia dapat melihat kembali, melihat dunia dengan mata yang telah dipenuhi oleh air mata kesedihan, namun kini dipenuhi oleh cahaya harapan dan kebahagiaan.
Kembalinya penglihatan Nabi Ya’qub AS bukan hanya sekadar pemulihan fisik, melainkan juga simbol dari pemulihan harapan dan kebahagiaan. Ia kembali melihat dunia dengan mata yang baru, mata yang telah diuji dan ditempa oleh kesabaran dan keimanan yang luar biasa.
Setelah kembali mendapatkan penglihatannya, Nabi Ya’qub AS tidak melupakan kesalahan yang telah dilakukan oleh anak-anaknya. Ia tetap berlapang dada dan memohon ampun kepada Allah SWT atas segala kesalahan dan dosa yang telah mereka perbuat. Doa dan permohonan ampunnya tertuang dalam Surah Yusuf ayat 98:
“Dia (Ya’qub) berkata: “Aku memohon ampun bagimu kepada Tuhanku, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Doa Nabi Ya’qub AS ini menjadi teladan bagi kita semua, mengajarkan kita untuk selalu memohon ampun kepada Allah SWT atas segala kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat. Ia juga menunjukkan betapa besarnya kasih sayang dan pengampunan Allah SWT kepada hamba-Nya yang bertaubat.
Saudara-saudara Yusuf AS, yang telah menyadari kesalahan mereka yang begitu besar, juga memohon ampun kepada Allah SWT. Mereka menyesali perbuatan keji yang telah mereka lakukan terhadap Yusuf AS. Penyesalan yang tulus dan permohonan ampun yang sungguh-sungguh, akhirnya diterima oleh Allah SWT yang Maha Pengampun.
Kisah Nabi Ya’qub AS dan Nabi Yusuf AS merupakan kisah yang sarat dengan hikmah dan pelajaran berharga. Kisah ini mengajarkan kita tentang arti kesabaran, kekuatan iman, kebesaran kasih sayang seorang ayah, dan pengampunan Allah SWT yang maha luas. Kehilangan penglihatan Nabi Ya’qub AS bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari sebuah perjalanan spiritual yang penuh dengan ujian dan hikmah. Ia menjadi bukti nyata bahwa kesabaran dan keimanan yang teguh akan selalu dibalas oleh Allah SWT dengan keindahan dan kebahagiaan yang tak terhingga. Semoga kisah ini menjadi inspirasi dan pelajaran berharga bagi kita semua dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Wallahu a’lam bishawab.