Jakarta – Rezeki dalam rumah tangga bukanlah semata-mata hasil dari kerja keras dan usaha suami atau kepala keluarga. Amal dan perilaku pasangan suami istri juga memegang peranan penting dalam menentukan keberkahan dan kelancaran aliran rezeki. Terkadang, tanpa disadari, dosa-dosa tertentu dapat menjadi penghalang bagi datangnya rezeki yang berlimpah.
Kehidupan rumah tangga, seperti lautan luas, dipenuhi dengan ujian dan godaan yang dapat menggoyahkan pondasi keberkahan. Godaan-godaan ini, jika tidak dihindari, dapat berujung pada dosa yang pada akhirnya menjadi penghambat rezeki dalam rumah tangga itu sendiri.
Berikut ini adalah lima dosa yang wajib dihindari oleh pasangan suami istri agar tidak menjadi penghambat rezeki dalam rumah tangga, berdasarkan penjabaran dari buku "29 Dosa yang Menghalangi Datangnya Rezeki" karya Ibnu Mas’ad Masjhur dan "Magnet Rezeki Suami Istri":
1. Tidak Taat kepada Allah SWT: Dosa Pokok yang Menghambat Rezeki
Dosa utama yang menjadi penghambat rezeki dalam rumah tangga adalah ketidaktaatan kepada Allah SWT. Hal ini diibaratkan seperti seorang pekerja yang tidak taat pada atasannya. Jika seorang pekerja menuruti perintah dan aturan dengan baik, ia akan mendapatkan bonus dan penghargaan. Namun, jika ia membangkang dan tidak taat, maka ia bisa kehilangan gaji, bahkan dipecat.
Begitu pula dalam hubungan dengan rezeki, hubungan antara manusia sebagai hamba dan Allah SWT sebagai pemberi rezeki. Allah SWT berfirman dalam surah Fatir ayat 3:
"Wahai manusia, ingatlah nikmat Allah kepadamu! Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia. Lalu, bagaimana kamu dapat dipalingkan (dari ketauhidan)?"
Ketidaktaatan kepada Allah SWT dapat berupa melanggar perintah-Nya, seperti tidak menunaikan sholat, berzina, berjudi, dan lain sebagainya. Ketaatan kepada Allah SWT, di sisi lain, mencakup menjalankan perintah-Nya, seperti menunaikan sholat, berpuasa, bersedekah, dan menjauhi larangan-Nya.
2. Melupakan Orang Tua: Menutup Pintu Rezeki bagi Keluarga
Pepatah "kacang lupa kulit" menggambarkan dosa yang menjadi penghambat rezeki ini dengan tepat. Melupakan jasa orang tua, yang telah melahirkan, membesarkan, dan mendidik kita, sama saja dengan melupakan akar dan sumber kehidupan kita.
Orang tua merupakan pintu rezeki bagi anak. Meskipun anak telah dewasa dan membina keluarganya sendiri, keberadaan orang tua tetaplah penting. Allah SWT berfirman dalam surah Luqman ayat 14:
"Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) "Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu." Hanya kepada-Ku (kamu)"
Melupakan orang tua, baik dengan tidak menjenguk, tidak menanyakan kabar, atau tidak membantu mereka, merupakan bentuk ketidaktaatan kepada Allah SWT dan dapat menutup pintu rezeki bagi keluarga.
3. Berkhianat pada Istri dan Anak: Ketidakpercayaan yang Menghancurkan Rezeki
Bagi seorang istri, suami adalah wadah dan jalan rezeki. Rezeki istri dititipkan kepada suami untuk kemudian dibelanjakan untuk kepentingan keluarga. Suami menjadi perantara dalam menyampaikan rezeki tersebut.
Di sini, suami diuji mengenai sifat amanah dan kepercayaan. Apakah rezeki yang ia dapatkan benar-benar untuk keluarga, atau justru ia habiskan untuk kepentingan pribadi?
Seringkali, kita melihat seorang kepala keluarga bekerja keras, namun ketika mendapatkan gaji, ia justru tidak segera pulang untuk menafkahi keluarganya, melainkan pergi ke tempat-tempat yang tidak bermanfaat, seperti tempat judi, karaoke, dan tempat maksiat lainnya. Ia membelanjakan gajinya untuk kesenangan pribadi, sementara istri dan anak-anaknya menunggu dengan harapan di rumah.
Ketika seorang suami tidak lagi bisa dipercaya sebagai penyampai rezeki, maka ia juga tidak bisa dipercaya sebagai pemimpin keluarga. Kehilangan kepercayaan ini dapat menyebabkan rezeki perlahan menghilang dari dirinya.
Setiap rezeki yang didapatkan suami bukanlah semata-mata untuk dirinya sendiri. Allah SWT menitipkan rezeki itu agar ia nafkahkan kepada keluarga. Rasulullah SAW bersabda:
"Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari Kiamat nanti), kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), hingga makanan yang kamu berikan kepada istrimu." (HR. Bukhari)
Dalam kesempatan lain, Nabi Muhammad SAW juga bersabda, bahwa setiap rupiah yang ia berikan kepada istri dan keluarga, lebih mulia daripada memberikannya kepada orang lain dengan tujuan apa pun.
"Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu, maka pahalanya lebih besar menafkahkan untuk keluarga." (HR. Muslim)
4. Menyembunyikan Sesuatu pada Suami: Kurangnya Kejujuran yang Menghambat Keberkahan
Meskipun dosa-dosa sebelumnya lebih sering dikaitkan dengan suami sebagai kepala keluarga, istri juga memiliki peran penting dalam menjaga kelancaran rezeki. Salah satu dosa yang dapat menghambat rezeki adalah menyembunyikan sesuatu dari suami.
Tidak hanya soal materi, tetapi juga hal-hal yang bersifat rahasia lainnya. Dalam kaitannya dengan rezeki keluarga, hasil dari istri yang bekerja adalah milik istri sendiri, suami tidak memiliki hak di dalamnya. Namun, istri diharapkan terbuka terhadap suami mengenai penghasilannya, tabungannya, dan bagaimana ia membelanjakannya.
Kejujuran istri dalam hal ini bukan sebagai laporan, melainkan sebagai bentuk tanggung jawab suami atas apa yang dilakukan oleh istrinya terhadap rezeki yang dimilikinya. Suami wajib mengetahui agar dapat mengontrol dan mengingatkan istrinya jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan rezeki.
Fungsi suami mengetahui harta istri adalah untuk mengontrol dan mengingatkan, bukan untuk mengekang. Istri berhak menggunakan hartanya untuk kebutuhannya sendiri, seperti berhias, membeli pakaian, dan lain sebagainya.
Namun, seringkali hal ini disalahpahami oleh istri. Suami yang ingin mengetahui harta istrinya dianggap ingin menguasai. Padahal, suamilah yang akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan istrinya.
Rasulullah SAW mengingatkan betapa bahayanya perempuan jika tidak dikontrol. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya orang yang selalu melakukan kefasikan adalah penghuni neraka."
"Wahai Rasulullah, siapakah orang selalu berbuat fasik itu?" tanya salah seorang sahabat.
"Para wanita." Jawab Nabi SAW.
"Bukankah mereka itu ibu-ibu kita, sadari-saudari kita, istri-istri kita?" tanya sahabat lagi.
"Benar. Akan tetapi, apabila mereka diberi sesuatu, mereka tidak bersyukur. Apabila mereka ditimpa ujian (musibah), mereka tidak bersabar," jawab Rasulullah SAW.
Dari bahaya perempuan yang disampaikan oleh Rasulullah SAW dalam hadits di atas, maka suami berhak tahu dan wajib mengetahui atas segala perilaku istrinya, terutama tentang syukur dan sabar.
5. Tidak Menghormati Tamu: Menutup Pintu Rezeki dan Keberkahan
Setiap rumah tangga wajib menghormati tamu. Bukan semata-mata untuk mendapatkan rezeki, tetapi juga sebagai bentuk perilaku sosial sebagaimana ajaran Islam.
Salah satu ciri rumah yang mendatangkan rezeki adalah senantiasa didatangi tamu karena kelapangan hati pemiliknya.
Rasulullah SAW bersabda:
"Tamu datang pada kalian dengan membawa rezeki." (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda:
"Tamu datang dengan membawa rezekinya dan pergi dengan menghapus dosa-dosa kalian dan Allah menghapus dari dosanya dan dosa-dosa kalian." (HR. Abu Syaikh).
Namun, tidak semua orang senang dengan kehadiran tamu yang terus-menerus. Misalnya, suami senang memiliki banyak teman yang datang ke rumahnya, sementara istrinya tidak senang karena harus repot-repot menyuguhi tamunya.
Rasulullah SAW pernah menceritakan kisah seorang sahabat yang istrinya marah-marah karena suaminya kerap menerima tamu. Setiap kali kedatangan tamu, istrinya menunjukkan sikap yang tidak baik. Sahabat itu kemudian mengadu kepada Rasulullah SAW.
"Katakan kepada istrimu bahwa hari ini Rasulullah SAW dan beberapa sahabatnya akan bertamu ke rumah kita," kata Rasulullah Saw,"Katakan kepada istrimu agar ia memperhatikan tamu pada saat keluar rumah." Lanjutnya.
Pesan itu pun disampaikan oleh sang suami. Maka ketika tamu datang dan pergi, si istri memperhatikan dengan saksama. Ternyata, tamu itu membawa daging dan buah-buahan yang banyak ketika datang, dan keluar rumah mereka membawa ular dan kalajengking yang banyak.
Rasulullah SAW kemudian bersabda:
"Kedatangan tamu ke rumah mendatangkan karunia yang banyak ke dalam rumah dan pada saat mereka pergi mereka membawa keluar berbagai bencana."
Sejak menyaksikan hal itu, istri lelaki itu jadi senang menerima tamu.
Penutup: Menjemput Rezeki dengan Amal dan Perilaku yang Benar
Demikianlah pembahasan mengenai dosa-dosa yang dapat menghalangi rezeki dalam rumah tangga. Mari kita hindari dosa-dosa tersebut agar keluarga kita selamat dan selalu memperoleh rezeki yang berkah dari Allah SWT.
Rezeki merupakan anugerah Allah SWT yang tidak terbatas. Dengan menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan berakhlak mulia, kita dapat membuka pintu rezeki yang luas dan berlimpah.
Ingatlah, rezeki tidak hanya berupa materi, tetapi juga kesehatan, kebahagiaan, ketenangan, dan keberkahan dalam hidup. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rezeki yang halal dan berkah bagi kita semua.