Di tengah ragam amalan dalam Islam, membayar utang dan bersedekah menempati posisi istimewa. Keduanya dianjurkan dan menjanjikan pahala. Namun, pertanyaan klasik kerap muncul: mana yang lebih utama, melunasi utang atau bersedekah terlebih dahulu?
Membayar Utang: Kewajiban Utama yang Tak Terbantahkan
Islam menempatkan pembayaran utang sebagai kewajiban utama. Hal ini tertuang dalam berbagai dalil, salah satunya sabda Nabi Muhammad SAW: "Menunda-nunda melunasi utang padahal mampu adalah perbuatan zalim." (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Syaikh Utsmainin dalam bukunya "Kumpulan Fatwa Ulama tentang Zakat" menegaskan bahwa membayar utang lebih diutamakan karena sifatnya yang wajib, berbeda dengan sedekah yang bersifat sunnah. Prinsip dasar ini menekankan bahwa kewajiban harus dipenuhi sebelum menjalankan amalan sunnah.
Utang: Beban Moral dan Sosial
Selain aspek hukum, utang juga memiliki beban moral dan sosial. Dalam Islam, berutang berarti seseorang telah mengambil hak orang lain dan berkewajiban mengembalikannya. Menunda pembayaran utang tanpa alasan yang kuat dapat menimbulkan kesulitan finansial bagi pemberi pinjaman dan merugikan hubungan sosial.
Bersedekah: Amal Baik yang Dianjurkan
Meskipun membayar utang lebih diutamakan, Islam tidak melarang bersedekah bagi mereka yang memiliki utang. Buku "JABALKAT II: Jawaban Problematika Masyarakat" menjelaskan bahwa bersedekah tetap diperbolehkan selama kondisi keuangan tidak terdesak.
Rasulullah SAW bersabda: "Andaikata aku punya emas sebesar bukit Uhud, maka akan membahagiakanku jika tidak terlewat tiga hari dan emas itu telah habis (untuk beramal baik), kecuali sedikit emas yang aku simpan (persiapkan) untuk melunasi utang." (HR. Bukhari)
Sabda ini menunjukkan bahwa Islam menghargai amal kebaikan dalam bentuk apa pun, selama tidak mengabaikan kewajiban utama.
Menyeimbangkan Kewajiban dan Kebaikan
Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa bersedekah tetap dianjurkan, tetapi tidak boleh mengabaikan kewajiban membayar utang. Jika seseorang memiliki utang besar dan kondisi finansial terbatas, fokus utama harus diarahkan pada pelunasan utang. Namun, jika kondisi keuangan stabil, bersedekah tetap menjadi amal baik yang mendatangkan pahala dan keberkahan.
Hukum Utang-Piutang dalam Islam
Konsep utang atau "al-qardhu" dalam Islam memiliki makna "memotong," karena pemberi pinjaman seolah-olah "memotong" sebagian hartanya untuk membantu orang lain.
Memberikan pinjaman merupakan tindakan yang dianjurkan dalam Islam, karena membantu meringankan beban saudara seiman. Hadits Rasulullah SAW menyebutkan: "Pada malam ketika aku menjalani Isra’, aku melihat di pintu surga tertulis, ‘Pahala sedekah 10 kali lipat dan pahala pemberi utang 18 kali lipat.’"
Hadits ini menunjukkan besarnya pahala bagi mereka yang membantu orang lain, baik melalui sedekah maupun pinjaman.
Syarat-Syarat Pemberian Utang
Islam menetapkan syarat-syarat tertentu bagi pemberi utang, antara lain:
- Pemberi utang adalah orang yang sah atas hartanya, bukan harta orang lain.
- Peminjam tidak boleh meminta pinjaman lebih dari yang diperlukan.
- Peminjam tidak boleh menunda pembayaran jika sudah mampu, karena ini termasuk perilaku zalim.
- Para ulama melarang penambahan jumlah pembayaran sebagai "balas jasa," karena termasuk riba yang haram.
- Jika peminjam ingin mengembalikan lebih sebagai bentuk kebaikan tanpa syarat, hal ini diperbolehkan dan dinilai sebagai amalan baik.
Hukum tentang Sedekah
Sedekah memiliki kedudukan penting dalam Islam, dan hukumnya bervariasi tergantung pada situasi dan kondisi penerima serta niat pemberi.
Berdasarkan buku "Cara Berkah Lunas Amanah (Hutang)" oleh Budhi Cahyono, berikut macam-macam hukum sedekah:
- Sunnah: Pada dasarnya, bersedekah adalah sunnah. Jika dilakukan, pelaku mendapat pahala, tetapi jika tidak, tidak ada dosa.
- Haram: Sedekah menjadi haram jika diketahui bahwa harta atau bantuan akan digunakan untuk berbuat maksiat atau melanggar aturan agama.
- Wajib: Sedekah dapat menjadi wajib dalam kondisi tertentu, seperti jika seseorang memiliki makanan atau kebutuhan pokok yang cukup, sementara ada orang yang kelaparan atau membutuhkan bantuan. Sedekah juga wajib jika seseorang telah bernazar untuk melakukannya.
Kesimpulan
Membayar utang dan bersedekah merupakan amalan mulia dalam Islam. Membayar utang merupakan kewajiban utama yang harus diprioritaskan, terutama jika kondisi finansial terbatas. Namun, jika keadaan keuangan stabil, bersedekah tetap dianjurkan dan mendatangkan pahala.
Penting untuk menyeimbangkan kewajiban dan kebaikan, agar hidup kita senantiasa berkah dan mendapatkan ridho Allah SWT.