Jakarta – Kematian, tak terkecuali bagi anak-anak, adalah misteri yang penuh tanda tanya. Namun, dalam Islam, nasib anak-anak yang wafat dalam iman dijamin surga tanpa perlu dihisab. Sebuah kabar gembira yang menenangkan hati orang tua yang ditinggalkan.
Janji Surga dan Syafaat:
Ajaran Islam menegaskan bahwa bayi atau anak-anak yang meninggal sebelum baligh, khususnya mereka yang mendahului kedua orang tuanya, akan mendapatkan tempat istimewa di surga. Tak hanya itu, mereka juga memiliki peran penting sebagai syafaat, yaitu perantara doa yang dapat menolong orang tua mereka untuk masuk surga.
Hadits riwayat Bukhari, An Nasa’i, dan Ahmad menguatkan hal ini. Rasulullah SAW bersabda, "Wahai Ummu Sulaim, tidaklah dua orang muslim yang telah ditinggal mati tiga orang anaknya kecuali Allah akan memasukkannya ke dalam surga karena kasih sayangnya kepada mereka." Ummu Sulaim kemudian bertanya, "Kalau dua?" Beliau menjawab, "Dua juga."
Kehidupan di Alam Barzakh:
Setelah wafat, ruh anak kecil berada di alam barzakh, sebuah alam perantara antara dunia dan akhirat. Di sini, mereka hidup dalam ketenangan dan kebahagiaan, selalu mengingat orang tua mereka.
H. Brilly El-Rasheed, S.Pd., dalam bukunya "Seni Menjemput Kematian", menjelaskan bahwa anak yang meninggal dalam usia belum baligh dijamin masuk surga tanpa dihisab dan memiliki kemampuan untuk memberikan syafaat kepada orang tua mereka.
Ruh anak-anak yang telah wafat mampu merasakan kehadiran orang tua yang menziarahi mereka. Mereka dapat melihat, mendengar, dan menjawab salam serta doa yang dipanjatkan. Aktivitas sehari-hari mereka di alam barzakh hanya istirahat dan menunggu datangnya hari kiamat.
Firman Allah SWT dan Pandangan Ulama:
Allah SWT dalam surat At-Tur ayat 21 menegaskan bahwa orang-orang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, akan dipertemukan di surga. Firman-Nya: "Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya."
Muhammad bin Saleh al-Utsaimin, dalam bukunya "Fikih Anak Muslim", menjelaskan bahwa surga adalah tempat kembalinya anak-anak orang mukmin yang telah meninggal dunia. Hal ini dikarenakan mereka mengikuti akidah kedua orang tua mereka.
Nasib Anak-anak yang Bukan Keturunan Mukmin:
Bagaimana dengan nasib anak-anak yang lahir dari orang tua yang bukan beragama Islam? Dalam hal ini, hanya Allah SWT yang mengetahui takdir mereka di akhirat kelak.
Rasulullah SAW, ketika ditanya tentang nasib anak-anak orang musyrik di akhirat, bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta’ala Mahamengetahui apa yang telah mereka lakukan." (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
Larangan Menentukan Takdir:
Riwayat lain yang diceritakan oleh Aisyah, istri Rasulullah SAW, menggambarkan larangan untuk memberikan kepastian tentang tempat kembalinya seseorang di akhirat, surga atau neraka, sekalipun dia anak kecil yang belum mempunyai dosa.
Aisyah berkata, "Pada suatu ketika Rasulullah pernah diundang untuk melayat jenazah seorang bayi dari kaum Anshar. Kemudian saya berkata kepada beliau, ‘Ya Rasulullah bahagianya bayi kecil ini! Seekor dari burung-burung di surga.’ Kemudian Rasulullah bersabda, ‘Hai Aisyah, sesungguhnya Allah telah menciptakan bagi surga penghuni yang akan mendiaminya, sedangkan mereka, kala itu masih dalam tulang rusuk orang tua mereka.’"
Sabda Rasulullah ini mengandung pesan penting bahwa takdir seseorang, termasuk anak kecil, hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Anak kecil mungkin mengikuti agama dan keyakinan kedua orang tuanya yang bukan muslim.
Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah sebagai Pengasuh:
Abdul Muhsin al-Muthairi, dalam bukunya "Buku Pintar Hari Akhir", menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah akan menjadi pengasuh bagi anak-anak kecil yang meninggal dunia sebelum orang tua mereka di sebuah gunung di surga.
Kehidupan anak-anak kecil tersebut di surga digambarkan penuh dengan kegembiraan. Mereka berlari-larian tanpa ada yang menghalangi. Hal ini dijelaskan dalam riwayat Imam Bukhari. Rasulullah SAW pernah bermimpi melihat seorang lelaki tinggi bersama banyak anak. Beliau bersabda, "Adapun lelaki tinggi di dalam Raudhah itu adalah Ibrahim AS dan sekeliling baginda itu ialah wildan (anak yang meninggal dunia pada waktu kecil). Mereka semua yang dilahirkan pada waktu kecil itu mati di atas fitrah (yakni Islam dan dimasukkan ke dalam surga)."
Kebahagiaan di Surga:
Syekh Hamid Az-Zaini, dalam bukunya "Pertanyaan Seputar Alam Barzakh", menjelaskan bahwa anak-anak yang telah meninggal akan hidup bahagia di surga. Mereka bebas bermain, bersenang-senang, dan mendapatkan segala kenikmatan yang mereka inginkan.
Rasulullah SAW, ketika mengunjungi alam barzakh, bersabda, "Kemudian aku dibawa melanjutkan perjalanan, dan ternyata di sana ada anak-anak yang sedang bermain di antara dua sungai. Aku berkata, "Siapa ini?" Dia menjawab, "Ini adalah keturunan orang-orang mukmin."
Anak-anak tersebut akan diasuh dan dijaga hingga hari Kiamat tiba, saat mereka akan dipertemukan kembali dengan orang tua mereka. Hadits riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menyebutkan, "Anak-anak kecil orang muslim (yang sudah meninggal dunia) tinggal di sebuah gunung di surga. Mereka diasuh oleh Ibrahim dan Sarah hingga dikembalikan lagi ke pangkuan orang-orang tua mereka pada hari kiamat."
Kesimpulan:
Ajaran Islam memberikan pemahaman yang menenangkan tentang nasib anak-anak yang wafat dalam iman. Mereka dijamin masuk surga tanpa dihisab dan memiliki peran penting sebagai syafaat bagi orang tua mereka. Kehidupan mereka di alam barzakh dipenuhi dengan ketenangan dan kebahagiaan, menunggu hari mereka dipertemukan kembali dengan orang tua mereka di surga.
Wallahu a’lam.