Nabi Muhammad SAW, sosok yang dihormati dan dicintai oleh jutaan umat manusia di seluruh dunia, memiliki kisah hidup yang sarat dengan keajaiban dan makna. Salah satu peristiwa penting dalam masa kecil beliau adalah pembelahan dada oleh Malaikat Jibril, sebuah kejadian yang menandai kesucian hati dan keistimewaan beliau sebagai utusan Allah SWT.
Kisah ini bermula di masa kecil Nabi Muhammad SAW, saat beliau menghabiskan waktu bersama ibu sepersusuannya di pedalaman Bani Sa’ad. Beliau tumbuh menjadi anak yang sehat, berbudi luhur, dan fasih dalam berbahasa. Kehidupan beliau dipenuhi dengan kasih sayang dan kebersamaan dengan saudara sepersusuannya, mengisi hari-hari dengan bermain dan menggembala kambing di padang penggembalaan Bani Sa’ad.
Suatu hari, saat Nabi Muhammad SAW sedang menggembala kambing bersama saudara sepersusuannya, datanglah Malaikat Jibril dalam wujud manusia. Jibril menyapa Nabi Muhammad SAW dengan lembut, lalu memegang tangan mungil beliau. Sentuhan Jibril membuat Nabi Muhammad SAW terkejut dan pingsan.
Jibril kemudian meletakkan Nabi Muhammad SAW yang tak sadarkan diri di atas batu. Di saat inilah, Jibril melakukan hal yang luar biasa: membelah dada Nabi Muhammad SAW. Dengan tangan suci, Jibril mengeluarkan segumpal darah hitam dari hati beliau yang telah dibelah, lalu membuangnya. Darah hitam ini melambangkan kotoran hati yang melekat pada manusia sejak lahir, seperti sifat buruk seperti kesombongan, iri hati, dengki, dan syirik.
Setelah itu, Jibril membersihkan hati Nabi Muhammad SAW dengan air suci dari surga, bukan air zamzam seperti yang dikisahkan dalam beberapa riwayat. Air suci ini melambangkan rahmat dan kasih sayang Allah SWT yang membersihkan hati Nabi Muhammad SAW dari segala noda dan membuatnya suci.
Jibril kemudian meletakkan hati Nabi Muhammad SAW kembali ke tempat semula. Peristiwa ini terjadi dua kali, yaitu ketika Nabi Muhammad SAW berusia empat tahun dan sepuluh tahun.
Saksi mata kejadian ini, saudara sepersusuan Nabi Muhammad SAW, sangat ketakutan. Mereka berlari pulang dan menceritakan kejadian tersebut kepada ibu mereka, Halimah, dengan penuh ketakutan. Halimah yang mendengar cerita tersebut langsung bergegas menuju padang gembalaan.
Sesampainya di sana, Halimah mendapati Nabi Muhammad SAW sedang menggembala kambing dalam kondisi sehat dan tidak ada luka atau goresan di tubuhnya. Bahkan, wajah beliau terlihat lebih cerah dari biasanya. Halimah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW tentang kejadian yang dialaminya. Nabi Muhammad SAW menjawab dengan polos, "Dua orang laki-laki berjubah putih telah mengambil sesuatu dari tubuhku."
Halimah merasa heran dan khawatir, namun ia tidak menemukan tanda-tanda yang mengkhawatirkan pada diri Nabi Muhammad SAW. Ia pun membawa Nabi Muhammad SAW dan anak-anaknya pulang dengan perasaan waswas. Peristiwa pembelahan dada ini sangat mengganggu pikiran Halimah, dan ia tidak bisa melupakan kejadian tersebut.
Tidak lama setelah kejadian pembelahan dada, Halimah mengembalikan Nabi Muhammad SAW kepada ibunya, Aminah. Nabi Muhammad SAW merasakan kebahagiaan karena bisa hidup bersama ibundanya, namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Aminah meninggal dunia saat Nabi Muhammad SAW berusia enam tahun.
Peristiwa pembelahan dada Nabi Muhammad SAW oleh Malaikat Jibril merupakan tanda nyata dari kesucian hati dan keistimewaan beliau sebagai utusan Allah SWT. Kejadian ini menunjukkan bahwa Allah SWT telah memilih Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah suci untuk menyelamatkan umat manusia dari kegelapan menuju cahaya kebenaran.
Pembelahan dada ini juga melambangkan proses penyucian jiwa yang harus dilakukan setiap manusia. Kita semua memiliki kotoran hati yang perlu dibersihkan dengan cara mendekatkan diri kepada Allah SWT, beribadah, berbuat baik, dan menjauhi segala bentuk dosa.
Kisah pembelahan dada Nabi Muhammad SAW menjadi inspirasi bagi kita untuk selalu berusaha membersihkan hati dan jiwa, serta meneladani akhlak mulia beliau dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita semua dapat meneladani keteladanan Nabi Muhammad SAW dan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.