Jakarta, 4 November 2024 – Mantan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut), resmi memimpin Institute for Humanitarian Islam yang diluncurkan di Hotel JW Marriot, Jakarta Selatan, Senin malam. Peluncuran ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Menteri Agama RI Prof KH Nasaruddin Umar, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), duta besar negara sahabat, perwakilan organisasi keagamaan, serta perwakilan kementerian dan lembaga negara.
Gus Yaqut dalam sambutannya menekankan bahwa Institute for Humanitarian Islam hadir sebagai wadah untuk mendorong pemahaman, kasih sayang, dan aksi nyata dalam menghadapi tantangan kemanusiaan global. "Lembaga ini mengingatkan kita akan ajaran mendalam Islam yang menekankan kasih sayang, empati, dan tanggung jawab terhadap sesama," ujar Gus Yaqut.
Ia menegaskan bahwa Institute for Humanitarian Islam akan menjadi platform untuk pendidikan, dialog, dan kolaborasi guna memberdayakan individu dan komunitas dalam upaya kemanusiaan yang berakar pada nilai-nilai Islam. "Kami bertekad untuk menjelajahi solusi inovatif untuk mengurangi penderitaan, mempromosikan keadilan, dan membangun jembatan pemahaman antar berbagai komunitas," tambahnya.
Gus Yaqut mengajak semua pihak untuk berpartisipasi dalam misi kemanusiaan ini. "Mari kita jalani misi ini bersama-sama, dengan harapan dan tekad untuk menciptakan dampak positif di dunia," ajaknya.
Ketua Umum PBNU, Gus Yahya, dalam kesempatan yang sama menjelaskan bahwa wacana Humanitarian Islam pertama kali diperkenalkan pada tahun 2017 dalam konferensi yang digelar di Ponpes Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, Jawa Timur. "Saat itu, kami menghadirkan narasumber dari berbagai negara yang kemudian melahirkan deklarasi Gerakan Pemuda Ansor tentang Islam untuk kemanusiaan," ungkap Gus Yahya.
Ia menekankan bahwa Indonesia, dengan keragamannya yang luar biasa, telah berhasil membangun peradaban yang bersatu dan harmonis. "Unity of diversity telah terwujud di dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia," tegasnya.
Gus Yahya meyakini bahwa keberhasilan Indonesia dalam membangun persatuan di tengah keragaman dapat menjadi inspirasi bagi dunia internasional dalam mencari solusi atas berbagai konflik. "Mudah-mudahan Institute for Humanitarian Islam ini dapat mewujudkan peradaban global yang sungguh-sungguh adil dan harmonis," harapnya.
Menteri Agama, Prof KH Nasaruddin Umar, menyambut baik peluncuran Institute for Humanitarian Islam. Ia berharap lembaga ini dapat meningkatkan indeks kualitas keberagaman di Indonesia. "Semoga peluncuran institut ini akan mengangkat indeks kualitas keberagaman, kualitas kemanusiaan kita semuanya, khususnya bangsa Indonesia," pungkasnya.
Institute for Humanitarian Islam: Harapan Baru untuk Kemanusiaan
Peluncuran Institute for Humanitarian Islam menjadi momentum penting dalam upaya membangun peradaban yang lebih adil dan bermartabat. Lembaga ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi berbagai pihak untuk berkolaborasi dalam mengimplementasikan nilai-nilai kemanusiaan yang universal, khususnya dalam konteks Islam.
Dengan komitmen terhadap keunggulan dan inklusivitas, Institute for Humanitarian Islam diharapkan dapat memainkan peran penting dalam:
- Mempromosikan pemahaman yang lebih mendalam tentang Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semesta).
- Membangun jembatan dialog antaragama dan antarbudaya untuk menciptakan toleransi dan kerukunan.
- Memberdayakan komunitas dan individu untuk terlibat aktif dalam aksi kemanusiaan.
- Mengembangkan solusi inovatif untuk mengatasi berbagai tantangan kemanusiaan seperti kemiskinan, konflik, dan bencana alam.
Institute for Humanitarian Islam diharapkan dapat menjadi pusat rujukan bagi berbagai pihak yang ingin belajar dan berkontribusi dalam membangun peradaban yang lebih humanis. Lembaga ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para akademisi, aktivis, dan pemimpin untuk berkolaborasi dan melahirkan ide-ide brilian untuk mengatasi berbagai permasalahan kemanusiaan.
Tantangan dan Harapan
Meskipun Institute for Humanitarian Islam memiliki potensi besar untuk menjadi katalisator perubahan positif, lembaga ini juga menghadapi sejumlah tantangan.
- Tantangan pertama adalah membangun kepercayaan dan dukungan dari berbagai pihak. Institute for Humanitarian Islam perlu menunjukkan komitmennya dalam menjalankan misi kemanusiaan dengan transparan dan akuntabel.
- Tantangan kedua adalah membangun jaringan dan kolaborasi yang kuat dengan berbagai organisasi dan lembaga. Institute for Humanitarian Islam perlu menjalin kemitraan strategis dengan organisasi kemanusiaan, lembaga pendidikan, dan pemerintah untuk memperluas jangkauan dan dampaknya.
- Tantangan ketiga adalah mengelola sumber daya dengan efektif dan efisien. Institute for Humanitarian Islam perlu membangun sistem pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel untuk memastikan keberlanjutan program dan kegiatannya.
Terlepas dari tantangan yang dihadapi, Institute for Humanitarian Islam memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan positif dalam membangun peradaban yang lebih adil dan bermartabat. Lembaga ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi berbagai pihak untuk berkolaborasi dalam mengimplementasikan nilai-nilai kemanusiaan yang universal, khususnya dalam konteks Islam.
Dengan komitmen yang kuat dan dukungan dari berbagai pihak, Institute for Humanitarian Islam dapat menjadi harapan baru bagi kemanusiaan di masa depan.