Hati, dalam perspektif Islam, bukan hanya organ fisik, melainkan juga wadah spiritual yang kompleks. Ia memiliki beberapa tingkatan dan lapisan yang saling terhubung, masing-masing dengan fungsi dan peranannya sendiri. Kerusakan pada satu bagian dapat berdampak pada kinerja bagian lainnya.
Artikel ini akan mengupas tiga istilah penting dalam memahami dimensi hati: fu’ad, qalb, dan shadr. Ketiganya saling terkait, namun memiliki makna dan fungsi yang berbeda.
1. Fu’ad: Mata Hati yang Menembus Hakekat Ilmu
Istilah "fu’ad" berasal dari akar kata Arab "fa-a-da" yang memiliki arti serupa dengan "qalb". Dalam Al-Qur’an, istilah ini muncul dalam bentuk "al-fuad" dan "al-af’idah".
Menurut Imam Tirmidzi, fu’ad berperan sebagai pusat pemrosesan ilmu pengetahuan (al-Ilm dan al-Ma’rifah). Fu’ad ibarat mata hati, yang memungkinkan seseorang untuk melihat hakekat ilmu pengetahuan, sementara qalb memahami hasil dari ilmu tersebut.
Contohnya, ketika seseorang mempelajari tentang penciptaan alam semesta, fu’ad-nya akan melihat keagungan Allah SWT di balik kompleksitas alam, sementara qalb-nya memahami dan menerima kebenaran ilmu tersebut.
Dua ayat Al-Qur’an menggambarkan fungsi fu’ad:
- Surat An-Nur ayat 44: Ayat ini berbicara tentang pergantian malam dan siang sebagai tanda kebesaran Allah SWT. Orang yang memiliki penglihatan (ar-ru’ya), yang terhubung dengan fu’ad-nya, mampu melihat pelajaran di balik fenomena alam tersebut.
- Surat Al-Hasyr ayat 2: Ayat ini menceritakan tentang siksaan Allah SWT yang datang secara tiba-tiba. Orang yang memiliki pandangan (al-bashr), yang terhubung dengan fu’ad-nya, dapat mengambil pelajaran dari kejadian tersebut.
Kedua ayat ini menunjukkan bahwa orang yang berpikir dengan hatinya, khususnya dengan fu’ad-nya, mampu merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT dengan penuh keimanan dan mengambil pelajaran dari ilmu tersebut.
2. Qalb: Pusat Niat, Kehendak, dan Tekad
"Qalb" berasal dari akar kata Arab "qalaba" yang berarti membalikkan, mengganti, berubah-ubah, dan berbolak-balik.
Adnan an-Nahwi mendefinisikan qalb sebagai tempat bagi niat, kehendak, dan tekad. Qalb adalah dimensi hati yang menentukan kebaikan atau keburukan seseorang. Ia juga merupakan tempat bersemayamnya hidayah, iman, dan wawasan kesadaran yang mendalam atau ilmu.
Qalb memiliki sifat yang tidak terlihat oleh mata. Salah satu kemampuannya adalah memahami tanda-tanda kekuasaan Allah SWT, seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Hajj ayat 46:
- Surat Al-Hajj ayat 46: Ayat ini mempertanyakan mengapa manusia tidak merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang ada di alam semesta. Ayat ini menegaskan bahwa bukan mata yang buta, melainkan hati yang berada di dalam dada.
Hati berfungsi sebagai dimensi yang mampu menerima kebenaran. Orang yang tidak menggunakan hatinya untuk memikirkan kebenaran ilmu-ilmu Allah SWT, hatinya akan mati. Kematian hati ini menutup sumber ketakwaan dan keimanan, yang akhirnya berujung pada kekafiran dan kemusyrikan.
3. Shadr: Dimensi Terluar Hati, Tempat Interaksi Spiritual
"Shadr" berasal dari kata Arab "shadara-yashduru-shadran", dengan bentuk jamak "shudur".
Shadr disebut sebagai sumber dari segala urusan karena merupakan dimensi paling luar, atau bagian terluar dan pertama dari hati.
Shadr adalah tempat interaksi antara kepribadian kita dengan alam spiritual kita. Kita membutuhkan kepribadian untuk berinteraksi dengan dunia luar, dan juga membutuhkan bimbingan dari dalam hati.
Di sinilah setan sering mengganggu manusia dengan segala tipu dayanya. Gangguan setan dapat membuat shadr seorang mukmin menjadi sempit, sehingga ia terkadang mengikuti hawa nafsunya dan mendapatkan musibah sebagai ganjarannya.
Sempitnya shadr juga bisa terjadi karena sering melihat dan mendengar kebathilan tanpa melibatkan hati dalam memahami kebathilan tersebut. Sebaliknya, orang kafir yang shadr-nya terisi dengan kegelapan kekafiran, kesyirikan, dan keragu-raguan, tidak memiliki tempat untuk cahaya Islam atau kebenaran di dalam hatinya.
Membedakan Shadr, Qalb, dan Fu’ad
Meskipun ketiga istilah ini digunakan untuk menyebutkan hati, mereka memiliki perbedaan makna.
- Shadr: Lapisan terluar hati, tempat interaksi dengan dunia luar dan alam spiritual.
- Qalb: Lapisan kedua, tempat bersemayamnya niat, kehendak, tekad, hidayah, iman, dan wawasan kesadaran.
- Fu’ad: Lapisan terdalam, pusat pemrosesan ilmu pengetahuan dan tempat bertemunya ilmu qalb dengan makrifat.
Qalb sering diibaratkan sebagai sumber air, sementara shadr sebagai kolamnya. Cahaya iman yang ada di qalb memberikan keyakinan, ilmu, dan niat, yang kemudian muncul di shadr. Hubungan antara qalb dan shadr ibarat hubungan antara pokok dan cabang.
Fu’ad merupakan sumber makrifat dan penglihatan. Pengetahuan yang ada di qalb bersumber dari penglihatan fu’ad.
Ketika ilmu qalb dan makrifat bersatu di fu’ad, segala sesuatu yang awalnya abstrak menjadi jelas dan terang. Baik fu’ad maupun qalb dapat dikatakan sebagai al-bashr (penglihatan).
Kesimpulan
Shadr, qalb, dan fu’ad merupakan tiga dimensi hati yang saling terkait dan memiliki fungsi yang berbeda. Memahami perbedaan mereka penting untuk memahami kompleksitas spiritual manusia.
Dengan menggunakan ketiga dimensi hati ini dengan baik, seseorang dapat mencapai kebaikan dan ketakwaan. Namun, jika seseorang hanya menggunakan shadr-nya tanpa melibatkan qalb dan fu’ad-nya, ia bisa terjerumus dalam keburukan.
Oleh karena itu, penting untuk selalu berusaha membersihkan dan menjernihkan hati, khususnya qalb dan fu’ad, agar dapat menerima hidayah, ilmu, dan kebenaran dari Allah SWT.